43. Diculik (1)

584 59 14
                                    

Kina terus merengek pada Jiro agar diizinkan keluar rumah hanya untuk belanja bahan masakan. Hanya permintaan sepele, namun Jiro sulit memberinya izin.

"Ayolah Ji, kan keluarnya sama Bi Ani? cuma ke luar komplek aja nanti kan pulang lagi." Rengek Kina seraya menggoyang–goyangkan tangan laki–laki yang lebih tinggi darinya itu.

"Emang stok di kulkas habis?" tanya Jiro datar. Ia masih belum memberi Kina izin.

"Ada yang kurang, makanya mau beli ke depan."

Jiro berjalan ke ruang tamu, dan mendudukkan dirinya di atas sofa. Kina yang ditinggalkan Jiro pun berdecak kesal karena laki–laki itu tak kunjung memberinya izin. Dengan langkah yang dihentak–hentak, Kina berjalan menyusul Jiro dan duduk di sebelah laki–laki itu.

"Please, gue gak aneh–aneh kok. Kan HP gue lo sadap, lo bisa cek aja gak ada apa–apa. Lagian juga ke depannya sama Bi Ani kan."

Jiro menggelengkan kepalanya, "nggak, nanti chat Gandhi aja mau nitip apa, biar sekalian dia bawain."

"Gak mau, Gandhi gak ngerti, dia gak tau apa–apa soal masakan. Harus gue sendiri yang beli, ayo kalo mau lo
ikut deh!" Kina terus membujuk Jiro agar ia mau memberinya izin. Lagi pula hanya ke depan komplek, tidak sampai ke luar kota.

"Gue cuma bawa Hp sama dompet aja. Bawa Hp pun biar lo tau kalo gue gak pergi jauh. Sumpah deh," bujuk Kina sekali lagi, usahanya tidak sampai di situ. Gadis ini terus memohon pada Jiro agar diperbolehkan pergi ke luar rumah.

"Jaminannya apa kalo lo gak bakal pergi jauh?"

"Kan ada Bi Ani. Masa lo trust issue sama gue?"

"Lo gak bisa dipercaya," tukas Jiro.

"Astaga, setelah apa yang kita lakuin berdua, lo masih gak bisa naro kepercayaan ke gue? sakit deh hati gue," ucap Kina seolah berdrama, dengan suara yang ia rubah seolah menjadi orang yang paling sedih di muka bumi ini.

Jiro terkekeh kecil, "emang kita berdua habis ngapain?" goda Jiro seraya menaik–turunkan alisnya.

"Melakukan adegan dewasa," jawab Kina polos.

Jiro menahan diri untuk tidak tertawa terbahak–bahak. "Adegan dewasa apa?" pancing Jiro.

Kina menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Itu, berbincang mengenai kehidupan orang dewasa. Itu salah satu adegan dewasa kan?" ucap Kina dengan wajah polosnya.

Astaga, apakah anak itu benar–benar polos, atau hanya berpura–pura saja? sepertinya yang benar adalah yang kedua.

"Halah–halah, ya udah iya gue izinin. Gak lama tapi ya? sama Bi Ani aja oke? gue masih ada kerjaan sedikit." Ucap Jiro yang akhirnya mengizinkan Kina untuk keluar.

Kina bersorak gembira, dan langsung bangkit dari duduknya. "Oke, terima kasih om Jiro!" Ucapnya dengan suara menirukan anak kecil.

"Mana ciumnya? masa makasih doang?"

Kina mengangkat kedua tangannya membentuk huruf X tepat di depan wajahnya. Setelahnya ia turunkan kembali. "Gak boleh cium–cium, sama anak kecil ya om!"

Jiro tertawa ringan. "Haha, ya udah sana. Uangnya ada gak?"

Kina mengangguk, "ada, nanti kalo kurang minta lagi ya."

"Iya sayang, sana gih."

"Oke! dadah." Kina beranjak pergi memanggil Bi Ani untuk pergi bersamanya.

"Bi, nanti kalo ada yang tanya Kina siapa jawab aja istri saya ya." Teriak Jiro tertuju kepada Bi Ani.

DANGEROUSLY | Jihoon Treasure Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang