Jiro pikir malam tadi dirinya dan Kina sudah berbaikan. Namun ternyata tidak, Kina malah semakin mendiami dirinya bahkan sekedar membukakan pintu untuknya pun Kina tidak mau.
"Kin, buka dulu pintunya. Masa masih marah sih?" Teriak Jiro dari luar.
Kina kepusingan sendiri mendengar Jiro yang terus berteriak memintanya membukakan pintu. Emang Jiro pikir Kina bakal dengan mudah maafin dia? nggak lah. Meskipun gak cinta, Kina tetap merasa dipermainkan sama Jiro. Apalagi Kina sudah memutus urat malunya demi mengatakan perasaannya pada Jiro, meski hanya pura–pura.
"Kin, buka atau gue dobrak?" ucapan Jiro terdengar serius kali ini.
Cklek
Jiro menghela nafas lega saat Kina membuka pintu kamarnya. Namun, gadis itu malah keluar berjalan melewati Jiro yang berdiri mematung di depan pintu.
"Ini serius gue diginiin?" Kepalanya bergerak mengikuti ke mana gadis itu melangkah.
Kina melangkahkan kakinya ke dapur, mengambil gelas dan mengisinya dengan air putih dingin dari kulkas.
"Kin, astaga. Sakit banget hati gue lo giniin." Kini Jiro sudah berada di dekat gadis itu. Kina tetap menghiraukan keberadaan laki–laki yang terus memanggil namanya itu. Jiro geram dengan Kina, alhasil ia menarik gelas dari tangan gadis itu, dan meletakkannya di atas meja. Kemudian membawa gadis itu pergi ke ruang keluarga.
"Lepasin," pinta Kina saat Jiro menarik dirinya secara paksa.
"Gue lepasin tapi ngomong sama gue, jangan kayak gini. Gue udah tau salah gue apa, tapi tolong jangan diemin gue, Kin." Jiro melepaskan tangannya. Dan membawa Kina untuk duduk di atas sofa dan mengobrol di sana.
"Lo cemburu?" tanya Jiro to the point.
"Nggak," bantah Kina.
Jiro mengernyitkan dahinya, "kalo gak cemburu, kenapa lo semarah ini?"
"Kalo cewek biasanya cemburu itu ya kode–kode aja Kin, kalo lo kan langsung nunjukin cemburu kayak gini, ya jelas ketebak lah sama gue. Apalagi lo marah waktu Reva cium gue kan?"
Kina mendelik malas. "Lo bisa stop sebut nama cewek itu gak?"
"Eh, iya–iya maaf. Cemburu kan berarti?" Jiro mendekatkan diri pada Kina dan meraih tangan mungil gadis itu. Kina menepis tangan Jiro dan menjauhkan dirinya.
"Jijik ah jangan pegang–pegang." Ucapnya dengan mimik wajah seperti orang jijik.
Jiro menatap gadis itu tak percaya. "Lah? jijik kenapa?" katanya yang masih tetap berusaha menyentuh gadis itu.
"Kotor."
"Dih, udah mandi gue. Cium aja nih wangi." Memang benar Jiro selalu wangi mau belum mandi atau sudah mandi, laki–laki itu selalu punya wangi yang khas.
"Lo kotor habis dipegang–pegang, sama dicium si Reva!" Ketus Kina.
Jiro terkekeh mendengar perkataan gadis yang ia nilai sedang cemburu itu. "Astaga, sini dulu makanya deketan jangan ngejauh gitu." Jiro kembali mengikis jaraknya dengan gadis itu. Kini Kina hanya berdiam saja, tidak menjauhkan dirinya lagi.
Kina menatap lurus ke depan, menghiraukan Jiro yang sudah menggenggam tangannya. Tangan Jiro bergerak ke arah dagu Kina dan mengarahkan gadis itu untuk melihat ke arahnya. "Jangan cemburu, tetep lo yang menang."
"Gue gak lagi lomba sama cewek lo itu." Ketus Kina.
"Cewek lo cewek lo, cewek gue itu elo Kinara."
"Halah, kemarin juga gitu. Di depan Dinan lo bilang gue istri lo, malemnya tetep aja tuh dicium sama cewek inisial Reva." Cibir Kina.

KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUSLY | Jihoon Treasure
FanfictionPark Jihoon x OC ⚠️ no one exit door. "Once you get in here, you won't be able to get out. come and play with me. Lo cuma perlu terima gue, dan hidup sama gue, maka lo akan selamat, Kinara." [Sajiro Runggala] Disclaimer : harshword.‼️ 🔞 kekerasan⚠...