004

593 72 18
                                    

Saat ini Ruka telah memarkirkan mobil Volvo XC90 di parkiran khusus pimpinan sekolah.

Rora dan Can yang duduk di bagian belakang keluar lebih dulu dari mobil kakak nya.

Sepanjang perjalanan tadi Ruka banyak bertanya pada Can, namun Can hanya menjawab nya singkat.

Ruka bertanya tentang olahraga dan beberapa prestasi yang Can dapatkan dan mengharumkan nama sekolah, yang tentu saja membuat Ruka sangat menyukai nya.

Ruka juga memberi tahu Can bahwa nanti akan ada kompetisi antara SMA-SMA se Indonesia diberbagai bidang olahraga dan beberapa mata pelajaran yang akan di lombakan.

Itu cukup membuat Ruka mendapat perhatian Can dan juga Rora adiknya.

"Pulang sekolah bareng kakak lagi ya Ra, Can." Ucap Ruka yang meminta adiknya ikut pulang bersama nya nanti sore setelah jam pulang sekolah.

"Hmm maaf kak, tapi gue balik ke apartemen." Tolak Can.

"Hmm ya GPP Can, kan Lo bisa di anterin sama kak Ruru. Ya kan kak?!" Tanya Rora.

"Iyaa dong, nanti kakak anterin ke apartemen kamu ya dek," ucap Ruka pada Can yang saat ini tengah memandangi nya.

" Yaudah ka, Rora sama Can duluan yak. Bye" pamit Rora pada kakaknya yang hanya diangguki oleh Ruka yang masih tersenyum pada keduanya.

Rora dan Can melewati parkiran mobil-mobil seketika langkah kaki Rora dan Can terhenti saat mobil Mercedes Benz SL-Class 43 berwarna putih menghalangi langkah mereka berdua.

Rora merasa familiar dan sangat tahu jelas siapa yang mengemudikan mobil mewah itu dan mencoba menghalangi nya. Tidak-tidak ini bukan sekedar menghalangi jalannya namun hampir saja menabrak sahabatnya.

Sementara di dalam mobil Asa nginjak dalam pedal Rem nya. Ayuna yang berada di samping Asa dan Rumi  berada di bagian belakang sungguh tak bisa berkata-kata lagi pada Asa yang sejak pagi seperti menahan kesal ya. Baik Ayuna maupun Rumi memegang handle pintu bagian atas ketika gadis yang memegang kemudi itu menancap gas, padahal mereka sudah sampai di area parkir sekolah.

Entah apa yang merasuki Asa, kini gadis itu hampir saja menabrak seseorang yang bersama adiknya kesayangannya.

"Sa.. Lo Gilak yak" Ucap Rumi yang baru saja keluar dari mobil.

Sementara Asa masih berada di belakang kemudi nya menatap sinis seseorang yang berada di depan mobil nya.

Ayuna yang juga telah keluar dari dalam mobil hanya menatap Can dan Rora bergantian, kemudian berjalan menghampiri Rora yang masih terlihat syok akibat ulah kakak nya.

"Ra, Lo GPP?" Tanya Ayuna yang juga melirik ke arah Can yang masih menatap Asa tanpa peduli Ayuna sedang berada di dekat nya.

"Gue gpp kak Yuna", jawab Rora singkat dan kembali fokus pada Can yang masih terdiam

"Lo GPP kan can?" Tanya Ayuna kini beralih pada Can yang tak menjawabnya.

"Ayo Ra." Ucap Can yang mengabaikan Ayuna dan langsung menggenggam tangan Rora meninggalkan Ayuna, Rumi juga Asa yang masih didalam mobilnya.

Setelah kepergian Can dan Rora, Asa masih terdiam di bangku kemudi nya. Ia tak tahu mengapa ia hampir saja menabrak sahabat adiknya tepat di depan mata adiknya, Rora.

"Bego banget sih Sa.." rutuk Asa pada dirinya sendiri.
"Ngapain juga Lo mikirin manusia Es kaya dia." gerutu Asa yang ditujukan pada dirinya sendiri.

"Woyyy!!! Ayo masuk kelas!!! Lo mau masuk kelas apa rumah sakit?? Udah bell noh" Ucap Rumi yang mengingatkan Asa.

"Lo duluan. Gue nyusul!" Ucap Asa singkat lalu Rumi membuka pintu sebelah kanan tepat di pintu kemudi.

"Ayook cepetan. Gak ada alesan." Tarik Rumi pada Asa yang hanya menghela nafas dalam nya.

____

Sesampainya di kelas Rora mendudukkan dirinya pada bangku sebelah Can, gadis itu masih mengatur nafas nya karena ketegangan pagi ini antar Can dan kakak kedua nya, Asa.

"Can, lo ada masalah apa sama kakak gue? gak biasanya dia kaya gitu," tanya Rora.
"mungkin masih kesel, atau mungkin kakak lo bawaannya gitu?" Ucap Can yang take serius menanggapi pertanyaan Rora.
"tapi perasaan gue bilang kalau dia dibuat kesel deh sama lo." Lo habis ngapain kakak gue hayoo??" Ucap Rora menyelidik.
Can tak menjawab dan hanya menghela nafasnya.

sementara di kelas XII-IA 1, Rumi melempar kasar tas selmpang yang ia bawa ke meja dekat jendela tempat duduknya.

"Lo gilak ya Sa?, kalau tadi lo nabrak itu anak gimana ege?" Kesal Rumi yang masih tak habis pikri dengan tindakan Asa di area parkir tadi. sedangkan ASa hanya terdiam juga merutuki tindakan nya. sementara disisi lainnya Ayuna hanya diam seperti memikirkan sesuatu.

"Ya maaf, gue lagi kesel banget sama tuh monster." ucap Asa pada Rumi.

"hmm.. lo kesel kenapa sih Sa?" tanya Ayuna yang seperti sedang menenangkan kekesalan sahabatnya.

"Gak tau, gue sebel banget sama tuh anak, gue tanya dia gak jawab, gue panggil dia juga gak denger. yang bikin keselnya lagi dia gak minta maaf setelah kemarin dia nabrak gue dia perpustakaan. dan semalem dia narik gue, tidur di pangkuan gue, tapi gak bilang makasih karena gue udah nungguin dia tidur sampai Rora selesai mandi." cerita Asa pada kedua sahabatnya.

"Tunggu, can tidur di pangkuan lo? kok bisa? kapan?" Tanya Rumi bersamaan dengan Ayuna yang tengah meminta penjelasan pada Asa.

"Yaitu karena dia nginep di rumah gue, tepatnya Rora yang bawa Can ke rumah. Udah ahh gue males ceritainnya lagi. inget itu cuma buat gue kesel." Ucap Asa yang hanya diangguki oleh Ayuna.

"Hati-hati lo sama dia!!" Ucap Rumi yang membuat Asa menengok ke  arahnya meminta penjelasan atas warning yang ia sampaikan.

"Maksud lo?" Tanya Asa

"Pelet nya  Kuat. Lo bisa kesel dan benci sama doi sekarang, tapi besok bisa lain lagi. kalau udah kena pelet nya Can, Lo gak akan bisa Move on deh. Ibarat nya ya, Hati lo bakal jatuh, sejatuh-jatuhnya sama pesona nya Can. Cinta Lo bakal habis sama Dia." Ucap Rumi yang tengah memberi tahu Asa.

"Gak akan!!!." Ucap Asa pelan yang masih dapat Rumi dan Ayuna dengar.

Ayuna hanya terdiam melihat kedua sahabatnya saling berdebat tentang seseorang yang selalu ada di hati dan pikirannya selama ini.

_____

Sampai sini cukup jelas ya siapa yang Can hindari??

See you n next Chapter.

 I CAN'T, But U CANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang