Bab 35

2.8K 379 26
                                    

Anak itu menatap ku dan Ariadne dengan tajam, "Siapa kalian...?"

"Nama saya Ariadne, dan di sebelah saya bernama Ran..." jawab Ariadne dengan hangat.

Anak itu menatap kami dengan tatapan curiga. Mata nya menelisik kami dari atas sampai bawah. Alis anak tersebut berkedut, "Kalian...?"

Ariadne menatap anak tersebut dengan lembut, sedangkan aku menatapnya dengan bertanya-tanya. "Apa ada yang salah dengan kami?" tanya Ariadne lembut.

Anak itu tak menjawab pertanyaan Ariadne, ia malah memutari kami dengan ekspresi aneh.

"Satu adalah seseorang yang suci, dan yang satu... Tidak terdeteksi?" gumam anak itu dengan aneh.

Aku dan Ariadne saling melirik, tatapan kami berdua seperti berkata, 'ada apa dengan anak kecil ini?'

Aku dengan penasaran bertanya, "Kenapa kamu mengelilingi kami? Apa ada yang salah?"

Anak tersebut menunjuk ke arah ku, "Kamu... Salah..."

Aku menunjuk diri ku sendiri dengan linglung, "Aku?"

Anak itu hanya terdiam sembari menatap ku dengan dalam.

Aku yang di tatap merasa gugup. Memang apa yang salah dengan ku?

Ariadne berlutut untuk menyamai tinggi nya dengan anak itu, bertanya dengan hati-hati, "Bisakah kamu menceritakan apa yang terjadi sampai kamu terkurung di sini dan di dalam lukisan...?"

Anak itu lagi-lagi tak menjawab pertanyaan Ariadne. Dia hanya terdiam masih dengan menatap ku dengan dalam.

Ariadne menatap ke arah ku, tatapan nya mengartikan apa yang membuat anak itu menatap ku dengan dalam. Aku hanya menggelengkan kepala ku tanda tak mengerti dengan apa yang terjadi.

Setelah mengamati ku dengan dalam, anak itu akhirnya menjawab pertanyaan Ariadne. "Aku tidak tahu."

Aku seperti merasa deja vu dengan jawaban anak ini. Dia terlihat seperti Vance saat pertama kali aku menemukan nya...

"Lalu, apa kau tahu dimana kau tinggal?" tanya ku.

"Tidak tahu."

... Dia sama persis.

"Lalu-" ucapan ku terpotong dengan penjelasan anak itu.

"Aku tidak tahu dan tidak tahu apapun. Bahkan nama ku sendiri."

Ariadne menghela nafas nya ringan, "Baiklah... Ingin menghangatkan diri terlebih dahulu? Sepertinya kamu perlu sesuatu yang hangat karena terkurung sangat lama di dalam lukisan itu..."

Anak itu mengangguk setuju. Ariadne tersenyum dengan jawaban anak itu dan menatap ke arah ku dengan lembut, bermaksud untuk pergi dari sini.

Aku menghela nafas ku pelan, dan mengikuti Ariadne.





.
.
.






Kami menghangatkan diri cukup lama di depan api unggun. Dan selama itu juga, tak ada percakapan yang terdengar. Semua sibuk menghangatkan diri masing-masing. Akhirnya Ariadne membuka suara nya. "Ran, seperti aku akan kembali ke sana..."

Aku melirik ke arah Ariadne, "Apa anda yakin?"

"Ya... Ku rasa..."

"Jika anda tidak yakin, lebih baik menetap lah terlebih dahulu di bumi. Setidaknya sampai anda yakin dan memiliki rencana balas dendam."

"Balas dendam? Ku rasa itu tidak perlu..."

Aku dengan reflek menghadap ke arah Ariadne dengan sepenuh nya. "Itu diperlukan dewi! Jangan bilang anda ingin menerima semua perbuatan memalukan yang sahabat- maksud ku, dewi yang mengkhianati anda begitu saja? Apa anda tidak merasa marah dan muak dengan apa yang terjadi kepada anda?!"

Has a Unique Magic That is None Other Than Tarot CardsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang