Bab 48

1.7K 259 26
                                    

Setelah sesi sarapan bersama selesai, kini orang-orang yang sebelumnya membahas bisnis bersama berkumpul kembali di ruang kerja Kaisar. Namun berbeda dari sebelumnya, bertambah 1 orang baru, yaitu sang putra mahkota, Aeron De Clathria.

Dia baru saja kembali saat mendengar kabar bahwa istananya terdapat sebuah kejadian yang cukup besar. Dan kini dia berada di perkumpulan beberapa orang penting.

Elora tampak gugup saat berada di ruang tersebut. Memang kemarin-kemarin dia juga gugup, namun kali ini pipinya bersemu dengan malu-malu.

Ran hanya menghela nafasnya pelan. Dasar budak cinta...

Oberon terlihat kebingungan, wajahnya masih sedikit pucat akibat tubuhnya baru pulih dari luka yang cukup serius di perutnya. Joen memasang wajah datar dan acuh tak acuhnya. Pendeta besar masih dengan senyum ramahnya.

Permaisuri dengan anggun duduk di samping suaminya.

Sang kaisar yang pertama kali membuka percakapan. "Kalian tahu kenapa aku memanggil kalian kesini?"

Oberon menjawab dengan sedikit sopan santun. "Membahas permasalahan sebelumnya."

Berbanding terbalik dengan Oberon, Joen menjawab dengan sopan, "Membahas tentang kedua pemuda yang mengalami masa evolusinya."

Pendeta ikut menjawab, "Membahas tentang wanita penyihir yang sebelumnya."

Sang kaisar mengangguk puas dengan jawaban yang dia terima. "Benar. Kita akan membahas itu semua hari ini. Para bangsawan mulai khawatir dan cemas karena kemarin terjadi pertempuran di dalam istana kaisar. Para rakyat juga merasa kewalahan dengan itu. Aku mengumpulkan kalian disini untuk membahas lebih lanjut dan berdiskusi bagaimana kedepannya akan melangkah. Apa dari kalian memiliki saran?"

Joen lagi-lagi menjawab dengan sopan, "Izin menjawab, menenangkan para bangsawan lebih di butuhkan dalam kasus ini, yang mulia."

Tapi pendeta menentang jawaban dari Joen. "Tidak. Rakyat lebih penting saat ini. Banyak pemberontakan dari wilayah selatan. Jika yang mulia tidak menenangkan para rakyat, maka mereka bisa saja berpindah kubu."

Kaisar terlihat bimbang saat ini. Memutuskan untuk bertanya kepada Oberon. Namun jawaban Oberon tak membuatnya merasa lebih baik. "Aku tidak ingin terlibat dalam politik. Ikuti saja kata hatimu, yang mulia."

Sang Kaisar menghela nafasnya gusar. Di benaknya penuh dengan berbagai macam permasalahan. Suara halus perempuan membuat nya mengalihkan perhatian. "Umm... Jika saya boleh memberi saran. Lebih baik menenangkan bangsawan terlebih dahulu. Bangsawan memiliki kedudukan lebih kuat... Jika bangsawan merasa aman, maka rakyat biasa pasti berfikir sama."

Ran ikut mengajukan suara. "Walau terkesan tidak adil. Hanya itu satu-satunya cara untuk menenangkan kedua belah pihak. Setidaknya memilih pertemuan dengan bangsawan yang memiliki banyak pengikut dan di senangi oleh rakyat biasa. Itu akan meredakan kekhawatiran mereka jika bangsawan yang di senangi mereka merasa aman."

Sang kaisar akhirnya menganggukkan kepalanya. Dia sekarang dapat memutuskan apa yang harus dia lakukan nanti saat pertemuan antar bangsawan.

Pendeta besar tampak sedikit kecewa karena sarannya tak terlalu membantu. Tapi Elora dengan cepat menyemangati pendeta agung dengan kata-kata nya yang lembut. "Tidak perlu kecewa pendeta. Anda adalah orang baik yang memikirkan para rakyat... Tapi dalam kasus ini, bangsawan lebih memiliki kuasa, tidak ada salahnya memilih jalan yang lebih menguntungkan..."

Setelah itu suasana menjadi canggung. Mereka saling berdebat dengan pikiran sendiri.

Sang permaisuri akhirnya memecahkan suasana dengan sebuah pertanyaan yang membuat orang-orang menjadi penasaran. "Ngomong-ngomong, Ran Snow? Itu nama mu bukan? Aku ingin bertanya, sebenarnya ini sudah ku pendam cukup dalam. Bagaimana kamu bisa memiliki hubungan dengan diagram kuno itu? Dan spirit agung kegelapan itu... Bukankah di buku kuno tak tercatat tentang itu?"

Has a Unique Magic That is None Other Than Tarot CardsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang