Bab 54

3.1K 236 37
                                    

Di sebuah bar kecil yang berada di pinggiran kota Loka, terdapat dua wanita, yang satu sudah berumur dan yang satunya terlihat masih muda. Keduanya sedang berdiri menghadap ke arah jendela.

Hari masih menjelang pagi buta, namun kedua wanita tersebut telah rapi dengan pakaian mereka.

Di tengah kesepian, wanita yang lebih tua tiba-tiba mengeluarkan suara. "Bagaimana menurut mu, Gabriella?"

Yang lebih muda melirik sebentar ke arah yang lebih tua. Salah satu alisnya tanpa sadar naik lebih tinggi, wajahnya penuh tanda tanya.

Wanita yang lebih tua tersenyum tipis, "Lebih baik disini bukan, daripada di pelelangan kumuh itu."

Yang lebih muda, Gabriella terdiam sejenak, kemudian ikut tersenyum sembari menatap ke arah langit yang masih gelap. "Benar. Disini lebih baik. Terimakasih karena telah membeli ku dari tempat pelelangan itu 5 tahun yang lalu."

Wanita tua itu menghela nafasnya kasar, dia ikut menatap ke arah langit. "Tapi, kamu yang memiliki bakat malah harus terikat disini. Itu sangat di sayangkan..."

"Hm? Tidak juga. Lagipula bakat ku ini bisa membuat bisnis kita menjadi lancar, itu sudah lebih dari cukup menurut ku."

"Tapi setidaknya kau tidak menjadi seorang wanita penghibur untuk itu..."

Gabriella membawa tubuhnya berhadapan dengan sang wanita tua tersebut. Menggenggam kedua tangan yang sudah hampir dipenuhi keriput itu dengan hati-hati. "Mau bagaimana lagi. Amak, tidak perlu merasa bersalah, justru aku sangat berterimakasih karena kamu membeli ku dari tempat pelelangan itu dan membawa merasakan kebebasan. Lagipula, menurut ku sihir yang ku miliki juga berguna untuk kebutuhan bar ini."

Wanita tua yang di panggil Amak menatap ke arah genggaman tangan tersebut, dia bergumam dengan pelan, "Kebebasan, ya?"

"Ngomong-ngomong, aku dengar dari Izal, kamu menolak untuk melayani si pak tua Jek itu, ya? Ada apa?"

"Oh? Si pak tua menyebalkan itu... Aku menolaknya karena dia melewati batas ketentuan yang sudah di tetapkan. Kamu tahu kan bahwa aku tidak suka jika ada seseorang yang melewati batas mereka..."

Amak mengangguk dan tersenyum tipis. "Tidak apa. Kamu yang menentukan pelanggan untuk mu sendiri."

Gabriella berucap dengan lembut. "Mari kita sudahi percakapan ini, Amak. Lihat, mataharinya sudah mulai terbit, kita harus membuka toko sekarang juga!"

Amak menghela nafasnya pelan, "Kamu disini saja menata meja, aku yang akan membuka tokonya."

"Baik, Amak!"

Gabriella dengan cepat mengambil kain lap untuk mengelap meja. Amak hanya menggelengkan kepalanya melihat semangat yang Gabriella keluarkan. "... Dasar anak muda."

Sebelum Amak meninggalkan Gabriella, dia memberitahu kepadanya tentang tamu penting yang akan datang nanti malam. "Ohh, benar. Aku sempat lupa. Gabriella, nanti malam toko akan tutup lebih cepat."

Gabriella yang sedang mengelap meja menghentikan aksinya dan bertanya, "Huh? Memangnya ada apa? Apakah akan ada tamu?"

"Kamu benar. Akan ada tamu penting yang datang berkunjung di bar. Kamu harus bekerja dua kali lipat dari hari biasanya..."

"Haha, aku mengerti! Aku mengikuti perintah mu, bos!"

Amak pun meninggalkan Gabriella sembari menggelengkan kepalanya pelan. Ada-ada saja memang anak muda.

Sedangkan di sisi Gabriella, dia sedang memikirkan seperti apa nanti tamu penting yang akan datang ke bar tempatnya bekerja. Apa itu seorang bangsawan? Atau Ksatria? Atau bahkan lebih tinggi dari itu? Entahlah, sepertinya dia harus melaksanakan tugasnya sebagai wanita penghibur nanti malam.




Has a Unique Magic That is None Other Than Tarot CardsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang