Bab 2

13.1K 951 18
                                    

10 tahun kemudian...

"Buah ini enak juga, aku akan membawakan nya untuk kakek juga," ucap seorang anak berumur 10 tahun.

Ia sedang berada di atas pohon.

"Hm, kira kira berapa yang harus ku petik?"

1 buah terpetik dari pohon nya.
2 buah terpetik dari pohon nya.
3 buah terpetik dari pohon nya.
4 buah..
5...
6...
7...
8...
9...
10 buah terpetik dari pohon nya.

"Hey bocah, turun kau dari sana!!" suara teriakan terdengar dari arah bawah pohon. Terlihat seorang pria paruh baya tengah menatap anak kecil yang berada di atas pohon dengan muka memerah.

'Gawat.. pemiliknya datang sepertinya dia marah, aku harus pergi sekarang juga'

"Hehe paman...." cengegesan anak itu terdengar. Tak lama bocah itu melihat sebuah batu kecil terbang kearah sang pria paruh baya tersebut.

"Paman, ada sebuah batu yang akan mendarat di kepalamu, lihat disana," ucap anak itu sembari menunjuk kearah yang di tuju.

Pria paruh baya tersebut tidak percaya oleh ucapan anak tersebut.

"Tsk... ini hanya akal busuk mu saja agar bisa kabur, cepat sini turun!!"

Tak lama setelah pria paruh baya tersebut berucap, sebuah batu mendarat tepat di kepala belakang nya.

Suara tawa anak kecil terdengar di telinga pria paruh baya tersebut. Tentu saja itu suara tawa anak kecil yang berada di pohon.

"Auchh.... SIAPA YANG MELEMPAR BATU KE ARAH KEPALAKU?!"

Pria paruh baya itu memutar tubuh nya kearah batu yang mengenai kepala nya dan mengamuk sembari memegangi kepala belakang nya.

Anak kecil yang melihat celah tersebut, akhir nya kabur dari sana.

.
.
.

Setelah berhasil kabur dari pemilik pohon yang buah nya ia ambil, anak kecil itu pulang ke rumah nya.

Kritt.....

"Kakek!! aku membawa buah pir yang segar dan ini sangatttttt manis."

Sang kakek yang sedang minum air tersedak minumannya sendiri. Ia terkejut dengan suara cempreng yang masuk ke gendang telinga nya.

"Uhuk uhuk.... Ran.... sudah kakek bilang, jangan berteriak jika berada di rumah."

Sedangkan orang yang dimaksud hanya tersenyum jahil sembari terkekeh.

"Hehe maaf kakek."

Sang kakek hanya menggelengkan kepala nya.

"Kemarikan buah nya, aku ingin mencoba."

Ran yang mendengarnya mendekat kearah sang kakek dan memberikan buah yang berada di tangan nya.

Cruch....

"Hm... ini enak," ucap sang kakek.

Ran menyahuti ucapan sang kakek, "Benar kan? itu manis..."

"Ya, buah pir ini manis, kamu mencurinya dari pohon paman Roy kan?" tanya sang kakek dengan nada menyelidik.

Ran yang ketahuan hanya bisa terkekeh pelan.

"Anak nakal, berikan obat ini kepada paman Roy dan jangan lupa untuk meminta maaf karena mencuri buah nya."

Ran yang mendengar perintah sang kakek pun memeluk sang kakek dengan erat.

Sang kakek yang tidak siap dengan pelukan tiba-tiba Ran hampir saja terjungkal dari kursi nya.

Has a Unique Magic That is None Other Than Tarot CardsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang