Chapter 19

4.9K 413 11
                                    

Living room

Ya seperti yang sudah di bilang nya tadi, kini mereka berada di tempat itu. Hening belum ada sepatah katapun yang terucap dari mulut nya. Entahlah suasana seakan mencekam. Dia mendadak menciut dengan sosok yang ada di depan. Tatapan mengintimidasi dari mata kucing nya, membuat nya merinding.

"Apakah kita akan saling diam seperti ini tuan?." Tanya nya

Mencoba untuk menetralkan diri nya sebelum berbicara.

"Sebelum nya saya minta maaf."

Kalimat yang terucap dari mulut nya membuat dia bertanya heran.

"Minta maaf? Kenapa tuan minta maaf." Tanya nya dengan menggerutkkan alis nya.

"Maaf karena membuat giel seperti itu."

"Memang nya apa yang tuan lakukan, hingga membuat nya seperti itu?."

"Saya.. saya tidak sengaja membentak giel." Ucap nya gugup

Huhhhh

Helaan napas kasar itu keluar dari mulut nya, senakal apapun anak itu tidak pernah sekalipun dia membentak nya. Anak itu memang aktif, terkadang suka tantrum tapi jika kita mengajak nya dengan berbicara pelan. Dia akan lebih mengerti.

"Kenapa tuan membentak nya? Tuan taukan anak tuan itu seperti apa?."

"Maaf kan saya, saya tidak sengaja. Niat awal ingin makan malam sekaligus memperkenalkan giel kepada teman kencan saya. Tapi karena ada sedikit tragedi yang menjadikan nya seperti itu."

Sekarang jennie tau inti dari permasalahan yang terjadi antara anak dan ayah itu.

"Sebenarnya saya tidak mempunyai hak untuk mengatakan ini, tapi karena ini sudah menyangkut dengan giel, maka saya akan turun tangan, karena giel sudah saya anggap seperti anak saya sendiri. Tuan, saya tau dan paham maksud tuan itu baik. Namun di lihat kondisi nya terlebih dahulu, pengenalan itu perlu proses bertahap tuan, tidak bisa langsung keinti nya. Tuan lihat sendiri kan yang terjadi bagaimana. Anak tuan itu masih sangat rentan, jika tuan membentak nya itu akan berpengaruh pada psikis nya, anak itu akan mengingat kejadian yang menimpanya atau malah berujung menjadi trauma. Apa tuan tidak berpikir konsekuensi nya seperti apa? Seharusnya tuan lebih bisa mengontrol emosi tuan. Memiliki pendamping hidup ya itu hak tuan, tapi saya minta cari sosok yang bisa membuat nya nyaman, tenang, senang, dan bahagia saat bersama dengan orang itu. Maka itu akan mempermudah tuan juga dalam menentukan pasangan hidup lagi." Ucap nya dengan panjang lebar dan tegas.

Ucapan yang keluar dari mulut nya membuat sosok di depan nya semakin bersalah dengan tindakan yang di lakukan nya.

"Maaf kan saya."

"Tuan tidak mempunyai salah kepada saya, tapi tuan harus minta maaf lah kepada anak tuan."

"Nee, nanti saya akan meminta maaf. Saya akan keluar sebentar mencari udara. Saya minta tolong jagakan giel."

"Baik tuan." Sahut nya

Dia tidak pernah bertanya lisa akan kemana, karena menurutnya itu adalah privasi tuan nya.

Dirasa tidak ada lagi yang di bicarakan mereka beranjak ke tempat masing-masing. Jennie kembali ke kamar menemani anak itu tertidur. Sedangkan lisa melajukan mobil nya ke BAR pikiran nya sedang riuh, mungkin dengan sedikit minum bisa menenangkan pikiran nya. Mungkin.

Sesampai nya di bar dia langsung memesan minuman nya. Sembari menunggu pesanan nya jadi, dia melepaskan dua kancing kemeja atas putih nya, lengan nya di gulung sampai sikut. Menambah kesan hot pada duda anak satu itu.

Memilih tempat tersendiri, walaupun banyak jalang yang menggoda nya, tapi tidak sedikit pun di gubrisnya.

Tidak terasa hari semakin malam, kini sudah pukul 2 dini hari. Lisa memutuskan untuk kembali, sedikit tipsy tapi masih bisa mengemudikan mobil nya dengan selamat sampai tujuan.

BABY SISTTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang