Chapter 46

2.6K 339 13
                                    

3 hari kemudian

Karena keadaan ibu maupun bayi kecil sudah membaik, mereka di perbolehkan untuk pulang.

Perkembangan yang cukup pesat. Bayi kecil itu sudah bisa bernapas dengan baik, namun begitu mereka juga tidak bisa lengah. Lebih baik mengantisipasi dari pada mengobati.

Membereskan semua perlengkapan yang akan di bawa, di temani oleh jagoan nya. Dia membantu mengambilkan barang yang di sebutkan ayah dan ibu nya. Dengan sebatang coklat di tangan nya.

"Ckk, bawa yang benar!."

Dia menatap sinis ayah nya, mulut nya bergerak mengunyah coklat tersebut.

"Ini cudah benal."

Karena kesal di tegur ayah nya, dia melemparkan barang itu dan mengenai ayah nya tepat di di wajah nya.

Sang ayah hanya memejamkan mata nya.

Mengambil barang itu sambil menatap tajam anak nya.

Sejahil dan setantrum apa pun dia, jika ayah nya sudah dalam mode seperti itu. Pasti akan takut juga, karena dia dan ayah nya sama.

"Sopan kah seperti itu Giel?."

Ayah nya tidak pernah memanggil nya dengan sebutan nama, jika sudah memanggil nya dengan sebutan nama. Maka dia berada dalam masalah.

Anak itu hanya menundukkan kepala nya, tidak berani menatap ayah nya.

"Kenapa diam? Tau guna mulut untuk apa?."

"Emm." Angguk nya

"Untuk matan." Lanjut nya lagi

Memijat pangkal hidung nya setelah mendengar jawaban dari sang anak.

"Jika bicara lihat daddy. Apa daddy ada di bawah situ giel?."

"Baby atut, daddy celam." Ucap nya pelan namun masih terdengar.

Mengehela napas nya dalam-dalam dan menghembuskan nya dengan kasar.

Mengontrol emosi nya untuk tidak lepas, karena dia teringat ucapan istri nya tempo lalu.

"Giel, dengarkan daddy. Tindakan giel tadi itu tidak sopan. Daddy tau giel kesal, tapi tidak boleh melampiaskan ke orang lain, jika giel kesal giel boleh menjauh terlebih dahulu untuk menenangkan diri, jangan merugikan diri giel dan orang lain paham?."

"Baby paham, mianhe daddy."

"Tidak apa, jangan di ulangi oke."

"Nde dad."

Tersenyum menatap anak nya, dan sedikit mengacak rambut nya.

Sedangkan di atas brankar hanya menyaksikan kedua anak dan ayah itu.

"Lihat nak. Mereka selalu berdebat, jangan masuk circle mereka ya. Bisa pecah kepala mama nanti." Monolog nya terhadap bayi mungil itu.

Bayi itu hanya sibuk dengan asupan nya.

Menatap lekat anak nya, tersenyum manis. Lengan nya terangkat mengusap rambut anak nya yang tidak terlalu lebat.

"MengASIhi baby, membuat mama teringat pada kakak mu dulu. Kakak mu dulu sangat kuat menguyyu. Namun sekarang sudah perlahan berhenti. Karena uyyu nya sudah di rebut adik hehe."

"Baby kenapa cantik sekali nak?. Apa mama cuma kebagian pipi mu saja? Tidak adil baby."

Terlalu tenggelam bermonolog dengan sang anak, tidak menyadari jika ayah dan anak itu sudah selesai dengan tugas nya.

Mulut nya penuh dengan lelehan coklat. Bahkan baju nya ikut terkena.

"Baby tidak marah uyyu nya di rebut adik?." Tanya ayah nya.

BABY SISTTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang