Chapter 21

2.5K 295 16
                                    

Merasakan ada yang berbeda pada diri nya beberapa hari ini. Diri nya mudah lemas dan cepat lelah, sering pusing, nafsu makan jadi menurun.

Seperti saat ini, dia merasakan pusing namun di tahan nya karena dia sedang menyiapkan makan malam untuk mereka. Dari tempat yang tidak terlalu jauh ada yang memperhatikan gerak gerik nya.

"Sepelti na mama cedang catit. Muta mama juda putat."

Ketika ingin membawa hidangan itu ke meja makan, tiba-tiba dia terjatuh dan..

Pranggg

Piring itu menjadi pecah, anak yang memperhatikan tadi langsung menghampiri ke dapur.
Membuat nya terkejut ketika melihat sosok yang di depan nya terkapar tidak sadar kan diri.

"Mama" teriak nya

Untung nya pecahan piring lumayan jauh, jadi tidak membahayakan sekitar nya.

"Mama napa, angun hiks."

Mencoba membangunkan nya dengan menepuk pipi mama nya, namun hasilnya nihil.

"Hikss, angan tindalin baby."

"Mama hikss angun maa."

"Baby halus pandil daddy."

Berlari menghampiri ayahnya yang tengah berada di kamar.

Tok
Tok
Tok

"Daddy hiks."

"Help daddy."

Ceklekkk

Pintu kamar terbuka dari dalam, membuat ayah nya bingung melihat sang anak yang nampak panik dan histeris itu.

"Hey, kenapa baby seperti ini?."

"Mama hiks help mama daddy."

"Kenapa ada apa? Bicara dengan tenang dulu."

"Mama tidul dapul."

"Tidur di dapur?."

Dia menganggukan kepala nya, sang ayah masih tidak mengerti apa yang di maksud oleh sang anak.

Melihat respon dari sang ayah nampak kebingungan, dia menarik tangan ayah nya menuju dapur.

"Tuu, mama tidul dapul dad hikss, baby pandil nda banun-banun hikss, toyong mama daddy hiks." Tunjuk nya ke arah mama yang masih terkapar di area dapur.

Melihat itu dia langsung bergeges menghampiri nya.

"Baby di situ saja disini banyak pecahan beling."

"Astaga kenapa bisa pucat seperti ini, kau sakit jen? Kenapa tidak bilang." Gumam nya dan membawa jennie ke kamar nya.

Sejak kejadian sebulan lalu, interaksi kedua nya nampak merenggang. Hanya berinteraksi secukupnya saja. Entahlah canggung rasa nya.

Membaringkan tubuh nya ke kasur empuk milik nya, lalu bergegeas memanggil dokter untuk memeriksa keadaan nya.

Anak kecil itu ikut berbaring di samping nya, mendekap erat leher di iringi isak tangis. Seakan takut untuk di tinggalkan.

"Mama hiks, baby dandi nda natal agi. But mama halus banun."

"Sayang beri ruang untuk mama den."

Anak itu tidak menghiraukan ucapan ayah nya.

Tidak lama kemudian dokter pun datang. Dan melakukan kinerja nya.

Dokter itu tersenyum hangat membuat nya bingung kenapa dokter ini tersenyum.

"Kenapa dokter tersenyum seperti itu." Tanya nya

BABY SISTTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang