Termenung di bangku taman sekolah seorang diri. Tatapan kosong itu terpancar dari mata nya.
"Kenapa? Kenapa harus menutupi itu?." Gumam nya.
Menundukkan kepala nya terisak pelan, tidak menyadari jika ada sosok yang berada di samping nya.
Sosok itu tersenyum tipis.
"Mian, bolehkah aku duduk disini?." Tanya sosok tersebut.
Anak itu mengangkat kepala nya, menatap sosok itu.
"Kenapa bertanya?."
"Hanya ingin, siapa tau kau keberatan bukan?."
"Duduk saja, tidak ada yang melarangmu lagi pula ini milik sekolah bukan milik ku pribadi." Jawab nya dengan datar.
Sosok itu menganggukkan kepala nya.
"Kau tau semua sedang membicarakanmu?." Tanya nya
"Aku tidak perduli dengan itu."
"Kau ingat jika kau itu dari keluarga yang berpengaruh di kota ini?."
"Lalu apa masalah nya dengan itu?." Jawab nya.
"Masalah nya adalah kau bisa merusak reputasi keluargamu yang di kenal harmonis itu."
"Kenapa kau tidak membicarakan masalah itu dengan orang tua mu secara pribadi? Mian, bukan bermaksud ikut campur masalah keluargamu. Tapi kau harus mengontrol diri juga, jangan seperti ini."
"Apa kau tidak melihat pancaran kebahagian dari orang tuamu saat mereka menyaksikan jika anak mereka mencetak prestasi?."
"Seharusnya kau itu bersyukur masih mempunyai orang tua yang selalu mendukung mu, banyak orang di luaran sana yang tidak memiliki orang tua contoh nya seperti aku, aku tinggal bersama ibu pantiku. Aku tidak tau orang tua ku siapa, mereka masih hidup atau sudah tiada. Sebab dari aku lahir sudah berada di panti itu."
"Apakah status itu sangat penting menurut mu? Ibu kandung atau bukan tidak ada masalah menurut ku, selagi dia memperlakukan mu dengan baik. Apakah ibu mu pernah berlaku kasar terhadap mu? Aku yakin itu tidak pernah terjadi, karena aku melihat ibu mu adalah sosok yang lembut dan penuh kasih sayang."
"Hargai keberadaan nya sebelum kau menyesal nanti."
"Siapa nama mu." Tanya nya.
"Lia, nama ku lia. Kita masuk di angkatan yang sama, kelas dan jalur yang sama. Sama-sama masuk lewat beasiswa."
"Kenapa aku tidak pernah melihat mu?."
"Untuk apa kau melihat ku? Jika kau saja selalu sibuk dan meninggalkan kelas. Untung nya kau pintar jadi bisa menyusul pelajaran dengan cepat."
Anak itu menganggukkan kepala nya.
"Makasih nasehat nya lia, aku hanya terkejut saja dengan fakta yang ada."
"Memang, fakta itu selalu menyakitkan."
"Giel." Panggil lia.
Giel menatap ke arah lia dan mengangkat kedua alisnya.
"Kau tau ibu mu tadi di larikan kerumah sakit."
Giel membelalakkan kedua mata nya.
"K-kenapa bisa?."
"Ibu mu terjatuh di saat sedang mengejar mu. Dan langsung tak sadarkan diri."
Mendengar itu giel langsung beranjak dari taman, berlari sekencang mungkin menuju motor nya.
Lalu menyusul ibu nya ke rumah sakit dengan membawa motor secepat mungkin, tidak perduli klakson mobil yang berbunyi di jalan raya.
"Mama, maafin giel hiks."
KAMU SEDANG MEMBACA
BABY SISTTER
RandomDisaat teman sebayanya melanjutkan pendidikan ke universitas, jennie memilih untuk bekerja. Keterbatasan ekonomi membuat diri nya mengubur semua cita-cita yang di impikan nya sejak kecil yaitu menjadi seorang dokter. "Aku hanya orang miskin sebatang...