Chapter 50

2.3K 334 16
                                    

Tidak perduli kondisi jalan seperti apa. Mobil itu melaju dengan kecepatan full. Resah, panik, merasa bersalah atas kejadian tadi.

Terlebih melihat raut wajah istrinya. Dan Tangis itu terdengar pilu.

Menggigit jemari nya. Pikiran nya melayang jauh.

"Bagaimana, bagaimana jika jennie meninggalkan aku?."

"Tidak. Tidak akan! Jangan biarkan mimpi buruk itu menimpaku."

"Aghhh wanita sialann." Ucap nya memukul-mukul setir mobil nya.

Keselamatan itu urusan belakangan, yang terpenting bagaimana cara nya, agar dia cepat sampai ke rumah menemui istrinya.

Sementara itu jennie baru saja tiba di rumah.

"Loh, sudah pulang jen?." Tanya chaeng

Jennie hanya mengulas senyum nya.

"Aku ke kamar dulu ya rosie." Ucap nya

Chaeng mengganggukkan kepala nya, namun dahi nya mengkerut. Seakan ada yang berbeda dari jennie begitu penglihatan nya.

"Sewaktu berangkat tadi energi nya full, tapi kenapa setelah pulang energi nya malah terkuras habis? Apa dia tidak menerima jatah nya?." Gumam nya

Memarkirkan mobil nya sembarangan. Berlari kencang memasuki rumah itu.

Mengatur napas nya. "Chaeng, dimana jennie?." Tanya nya dengan napas terengah-engah

"Kau kenapa? Habis di kejar rentenir?."

"Aku bertanya tinggal jawab saja dimana jennie." Sahut nya dengan nada tinggi.

"Di kamar." Jawab chaeng.

Saat lisa ingin beranjak. Chaeng menghentikan nya

"Kenapa lagi?." Tanya lisa

"Jangan bilang jennie seperti itu tadi gara-gara kau lisa?."

Lisa hanya diam menggigit bibirnya.

"Ingat ini, jika kau menyakitinya. Aku orang pertama yang mejauhkan jennie dari manusia seperti kau."

"Chaeng, jennie hanya salah paham."

"Buktikan itu, jangan keterlaluan lisa. Istrimu baru saja melahirkan anak mu. Jennie itu wanita baik lisa. Jangan menambah derita nya lisa, dia sudah sakit selama ini."

"Jika jennie tidak percaya padaku, aku mohon dengan sangat tolong bantu aku chaeng." Pinta nya

"Tidak. Bukan bermaksud tidak ingin menolongmu, tapi kasus nya adalah ini masalah rumah tangga kalian berdua. Jadi selesaikan berdua, jangan sampai orang lain tau bahkan daddy dan mommy tau apa yang sedang terjadi di rumah tanggamu."

"Emmm, baik. Aku akan berjuang sendiri jika begitu."

"Aku menyusul jennie terlebih dahulu."

Tanpa membalas ucapan chaeng, dia berlalu menghampiri jennie yang sedang berada di kamar mereka.

Berdiri di depan pintu, ragu ingin masuk kedalam. Tapi mereka harus menyelesaikan masalah itu bukan?.

Menganggat tangan nya menggenggam gagang pintu. Dan memutarnya pelan.

Namun gerakan nya tertahan lantaran mendengar istrinya bermonolog dengan anak nya.

"Gwen, anak mama paling cantik hikss. Maafkan mama ya nak, mama masih belum bisa menjadi ibu yang baik teruntuk kalian. Mama masih banyak kurang nya hikss. Maaf gwen harus mendengar mama menangis seperti ini. Karena kakak giel tidak suka mendengar mama menangis seperti ini, jadi mama menangis di depan gwen saja. Tidak apa kan nak? Mama cuma punya kalian. Mama tidak ingin kalian merasakan apa yang mama rasakan dimasa lampau nak. Cukup mama saja yang menganggung rasa sakit itu hikss. Oh tuhann kenapa sakit dan sesak sekali rasanya."

"Kau lihat lisa, karena ulahmu. Istrimu selalu merendahkan dirinya. Maafkan daddy mama. Sungguh daddy tidak bermaksud."  Ucap nya dalam hati

Masuk ke kamar secara perlahan, gerak-gerik nya tidak terdengar oleh jennie.

"Ma." Panggil nya

Jennie menggenggam erat box bayi anaknya.

Memilih diam tidak menghiraukan lisa yang ada di dalam kamar mereka. Dengan perlahan lisa mendekat dan menggenggam tangan jennie yang berada di box bayi. Namun dengan cepat jennie menepis genggeman itu.

"Maafkan daddy, kejadian itu tidak seperti yang mama lihat."

Jennie masih diam tidak bergeming. Mulut nya memang diam, namun mata nya tidak pernah bohong. Bukti nya cairan bening itu keluar dengan derasnya membahasi pipi mandu nya."

"Hikss."

"Ma." Panggil nya lagi.

"Setidaknya berikan sahut jawaban ketika daddy memanggil ma."

"Harus bicara apa aku lisa?."

"Selamat? Selamat bersenang-senang dengan wanitamu seperti itu?."

"Tidak sayang, bukan itu maksud daddy."

"Lalu apa lisa?."

Lisa diam tidak berbicara.

"Hahaa, kenapa diam lisa?." Kekeh nya

"Mama itu salah paham, daddy jelaskan kejadian nya itu tadi.."

"Cukup."

Jennie mengangkat telapak tangan nya. Membuat lisa berhenti berbicara.

Membalikkan badan nya menatap lekat suami nya.

"Sayangg, dengarkan daddy dulu. Mama salah paham?."

"Ternyata hidup ku memang tidak pernah seberutung orang lain. Kenapa rasa nya ingin hidup damai tentram dan bahagia itu sangat susah sekali?."

"Orang yang ku percaya bisa membuatku lebih hidup, ternyata sama saja hikss. Kau bodoh jennie kau menaruh kebahagian dan mempercayakan orang itu jika bisa membuatmu bahagia tapi apa?."

"Hidupmu hanya penuh dengan caci maki jennie. Kenapa dulu tuhan tidak menjemputmu bersama orang tuamu?."

Mata lisa berkaca-kaca mendengarkan kalimat yang di lontarkan oleh istrinya.

"Jangan bicara seperti itu ma." Ucap nya langsung mendekap tubuh jennie dengan erat. Jennie langsung memberontak

"Lepass lisa hikss."

"Tidak akan jennie."

"Kenapa hikss? Kenapa kau jahat lisa?." Jerit jennie memukul dada lisa.

"Jika kau sudah tidak cinta, tidak bahagia dengan ku bilang lisa hikss. Jangan seperti ini lisa, aku lebih baik jika kau mengatakan kau tidak mencintaiku, dari pada aku harus menyaksikan itu tadi di depan mataku."

"Maafkan daddy sayang."

"Hiksss."

"Aku tau aku hanya orang miskin lisa, jawab aku! kau menikahi ku karena kasihan bukan?."

Lisa menggelengkan kepala nya dengan cepat.

"Aku menikahimu karena aku mencintaimu, bukan karena masalah materi dan harta jennie. Karena aku yakin jika kau pendamping yang tepat untuk ku." Jawab nya

"Cihhh, mulut lelaki sangat pandai berkata manis."

"Tapi kenapa kau memberi luka lisa?."

"Maaf sayangg maaf."

"Apa kau ingin pisah lisa? Biar tidak ada yang mengganggumu bersama wanita itu."

"Mama ini bicara apa hah?." Marah nya

"Kenapa?." Tantang jennie.

Lisa langsung bersimpuh memeluk erat kaki jennie.

"Jangan ucapkan kalimat itu jennie."

"Hiksss, maafkan aku jennie. Sungguh semua itu salah paham hikss. Jangan seperti ini aku mohonn hikss. Jangan tinggalkan aku, aku mohonn jennie." Lirih nya

Tangis kedua nya menjadi satu.

Seakan tau apa yang sedang terjadi kepada orang tua nya. Bayi kecil itu tidak terusik sama sekali. Giel anak itu asik bermain bersama aluna. Tentu saja di awasi oleh chaeng.

.

BABY SISTTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang