Chapter 25

4.7K 415 9
                                    

Sejak kejadian itu, dia membuktikan ucapan nya. Lebih memperhatikan keduanya. Dan itu membuat sang anak sangat senang, kini waktu bermain bersama sang ayah lebih banyak.

"Selang daddy." Teriak nya

"Dol dol."

"Yahh baby, lihat daddy menjadi basah."

"Hahaha." Tawa nya memenuhi ruangan itu.

"Sudah bermain nya, lihat keringat mu astaga." Ucap wanita yang menghampiri mereka dengan membawa camilan.

"Beyum ma, baby au main. Ayo dad main agi."

"Kita istirahat dulu, mama sudah membawakan camilan. Masa tidak di makan? Baby tidak kasian dengan mama sudah membuat ini?."

Anak itu menurut dan berhenti bermain. Tangan berlemak itu mengambil camilan yang di buat oleh mama nya.

Memasukkan camilan itu ke dalam mulutnya, dan mata nya terbelalak.

"Waww, ini tangat enyak. Pacti mama bitin na patai tinta." Ucap nya dengan mulut penuh.

Membuat wanita itu hanya tersenyum dan menggelengkan kepala nya.

Dia pun menyuapi sang ayah. "Enyak tan dad." Tanya nya.

Menganggukan kepala nya, menyiakan ucapan sang anak. "Benar, ini enak sekali, kita jualan saja ya."

"Emm, semua nya saja di jadikan bisnis."

"Heyy, kita itu harus melihat jika itu peluang kenapa tidak."

"Terserah, tapi lebih baik habiskan ini."

Di saat mereka berdua tengah berdebat, sang anak malah asik memasukkan camilan itu kedalam mulut nya. Kepala nya ikut bergoyang saking menikmatinya. Tapi karena terlalu banyak mengakibatkan nya menjadi tersedak.

Uhukkk
Uhukkk

"Maka nya kalau makan itu pelan-pelan, tidak semua bisa di masukkan kedalam mulutmu yang kecil itu." Ucap ayahnya.

"Anak nya tersedak, bukan nya di ambilin air malah di omelin." Bela mama nya

"Salah lagi saja." Ucap nya dalam hati.

Mama nya menyerahkan air itu dan langsung di minum nya.

"Ahhh yega, telima tacih mama."

"Sama-sama sayang, pelan saja makan nya."

"Nee mama."

Sedangkan sang ayah dari tadi perlahan mendekat kearah wanita itu. Dan itu di sadari oleh nya.

"Ini kenapa dekat-dekat seperti ini?." Tanya nya

"Y-ya tidak apa hehe." Jawab nya

"Sana jauh-jauh."

"Masa di usir, sayakan mau menyapa anak saya." Ucap nya

"Anak tuan? Ini anak saya. Ayah nya tidak ada."

Senyum di bibir nya perlahan menghilang menjadi datar.

Huhhh

Menghela napasnya sejenak, sebelum berbicara.

"Saya harus bagaimana lagi jen? Saya tau saya salah. Saya juga sedang berusaha memperbaiki semua nya. Saya akui saya bukan ayah yang baik untuk anak saya. Tapi tidak bisa kah kau sedikit saja melihat saya? Apa yang saya lakukan belakangan ini masih kurang dimatamu jen? Saya hanya menebus salah saya kepada anak yang di kandunganmu. Bagaimana pun dia anak saya jen, darah daging saya. Saya merasa berdosa karena tidak menganggap nya kemarin. Tapi jika kau ingin anak yang di kandungmu tidak menginginkan sosok ayah seperti saya, tidak apa jen. Saya sadar diri. Saya memang tidak pantas. Apalagi kau wanita yang tulus dan baik, pasti lelaki itu beruntung memiliki kau tidak seperti saya yang hina ini." Jelas nya panjang lebar.

Jennie melihat sorot mata itu, membuat nya merasa bersalah karena sudah bertindak seperti itu.

Ya, dia masih merasa kesal saja, bukan berarti dia menolah kehadiran sosok ayah dari janin yang di kandung nya.

"Jaga kandunganmu saat saya tidak berada di sampingmu, tapi jika kau mengingkan sesuatu hubungi saya, segera mungkin." Ucap nya beranjak dari tempat mereka berkumpul.

"Giell." Panggil nya kepada sang anak.

Untung nya anak itu sudah pergi bermain kembali, sehingga tidak mendengar perdebatan yang barusan terjadi.

"Tenapa dad?."

"Daddy, mau ke kantor sebentar. Daddy lupa hari ini ada meeting. Baby jaga dan temanin mama ya, jangan nakal."

"Nee dad, daddy ati-ati alacco."

"Ara baby. Ya sudah daddy pamit."

Kaki jenjang itu melangkah keluar, sebelum itu dia menyempatkan mengecup kepala sang anak.

"Tuhan aku harus bagaimana lagi." Ucapnya

Drtttt
Drtttt
Drtttt

Mengambil ponsel nya melihat siapa yang menghubungi nya ternyata wanita yang pernah dekat dengan nya.

Memilih mengabaikan wanita itu, karena sejak dia bertekad memperbaiki semua, wanita itu di tinggalkan nya.

Namun tidak semudah itu. Wanita itu masih bersikeras mendekati nya kembali, karena tujuan nya masih belum tercapai. Dan dia melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan nya.

"Di bilang baik-baik tidak mengerti, apakah aku harus berlaku kasar agar dia mengerti?." Kesal nya

Melajukan mobil nya menuju kantor dengan kecepetan sedang. Kelapa nya masih sangat riuh memikirkan kejadian tadi.

Seburuk itukah dia dimata wanita itu? Begitu pikirnya

Sesampainya di kantor dia malah bertemu dengan sosok yang di hindari nya beberapa waktu ini.

"Sialan, untuk apa dia kesini." Ucap nya tanpa menganggap sosok itu ada dia berlalu begitu saja. Sosok itu diam saja? Tentu tidak. Dia berlari menghampiri nya.

"Lisa tunggu." Teriak nya

Tetap teguh pada pendirian nya. Akhirnya sosok itu berhasil mengejarnya dan ikut masuk kedalam ruangan nya.

"Lisa." Panggil nya kembali.

"Siapa yang menyuruhmu menginjakkan kaki mu ke perusahaan ku?." Tanya dengan nada dingin nan arogan

"Kenapa kau menjauhkan ku begitu saja? Tanpa alasan yang pasti. Kau tau kan jika aku menyanyangimu." Jawabnya

"Ckk, kita sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi diana. Jadi lebih baik kau keluar dari ruanganku. Sebelum aku bertindak lebih terhadapmu?." Tegasnya

"Tidak, aku tidak mau."

"Keluar sekarang atau ku seret?."

"Lisaa." Wanita itu mendekat dan memeluk nya, tingkah wanita membuat nya naik pitam

"Aku sudah memperingatkan mu, jadi jangan salahkan aku. Karena sikap lancang mu itu." Mencenggram lengan wanita itu dan menyeretnya keluar dari ruangan nya.

"Ini terakhir kali nya aku melihat dirimu, jangan pernah menampakkan dirimu kehapadan ku karena aku sudah muak melihat dirimu. Jika kau bertindak lebih dari ini. Kau lihat saja aku bisa lebih gila dari itu." Marahnya

Brakk

Pintu itu di banting nya dengan sangat keras, emosi nya benar-benar meluap. Dia tidak memikirkan tindakan nya menjadi bencana untuk orang di sekitar nya.

"Lisa, lisa. Kau kira aku akan menyerah secepat itu? Tidak akan lisa. Kau akan melihat apa yang akan terjadi nanti. Tunggu saja bom itu meledak. Maka akan ku pastikan kau hancur berkeping-keping." Ucap nya layak nya seperti orang psikopat.

.


BABY SISTTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang