Chapter 44

2.8K 337 17
                                    

Kembali menginjakkan kaki nya ke tempat yang membuat nya mengingat kejadian 2 tahun lalu.

Trauma itu rasa nya masih membelenggu. Melihat wanita nya terbaring di brankar menahan sakit. Keringat mengalir deras di dahi nya, wajah nya pun memucat. Badan nya terasa gemetar namun dia mencoba melawan semua itu.

Usia kandungan sudah menginjak 40 minggu, artinya bayi dalam kandungan nya meminta untuk segera melihat dunia.

Roda brankar beradu dengan lantai keramik berwarna putih. Membawa nya keruang bersalin.

Flashback on

Ruangan meeting di hadiri oleh orang-orang penting, dimana semua adalah rekan bisnis nya. Karena meeting kali ini diadakan karena adanya keinginan kerjasama oleh pihak rekan bisnis tersebut.

Mendengarkan secara sesama presentasi yang di pimpin oleh nya. Hingga suara nyaring dari dering ponsel menghentikan nya. Sengaja mengaktifkan nada dering ponsel nya karena dia meninggalkan istri nya yang sedang mengandung, dan itu memang tahap kehamilan nya rawan karena usia kandungan nya sudah memasuki HPL kelahiran anak nya.

Drtttt..

My wife 💋🤍 calling

"Halo sayangg."

"Hiksss d-dad."

"Baby, ada apa nak? Kenapa baby menelpon di ponsel mama? Kemana mama?." Tanya nya.

"Daddy puwangg, mama hikss mama atit."

"Sakit apa?." Tanya nya panik

"Baby nda tau, but mama aduh-aduh. Toyongg dad."

"Haloo daddy, payiii dad. Baby tacian look mama."

"Daddy. Taki mama telual ailll hiksss." Teriak nya nyaring.

"Pasti jennie mau melahirkan." Gumam nya

"Baby, baby dengarkan daddy. Daddy akan segera pulang, baby temanin mama. Jangan kemana-mana arraseo?."

"Nee dad alla."

Bergegas membereskan berkas nya, tidak perduli ada nya meeting penting itu, yang paling penting sekarang adalah anak dan istri nya.

"Saya minta maaf, meeting kali ini saya tunda. Saya ada urusan penting. Kita bahas lagi di pertemuan nanti. Kalau begitu saya permisi." Ucap nya bergegas meninggalkan ruangan meeting tersebut.

"Emmm, joy saya bisa minta tolong?."

"Minta tolong apa sajangnim?." Tanya joy

"Saya minta tolong kau ikut saya sekarang ke kediaman saya, jennie mau melahirkan. Giel tidak ada yang menjaga nya, bisa tolong saya untuk menjaga nya sementara saya dan jennie ke rumah sakit?."

"Bisa sajangnim."

"Sekarang ambil tas mu kita berangkat sekarang."

Pergi bersama joy selaku sekertaris nya. Dimana dia sudah mengenal jennie dengan dekat.

Tidak perduli keadaan jalanan seperti apa, memilih mengebut di jalan agar cepat sampai menemui istri nya.

"Tuhann, aku tidak mau mati dulu. Belum menikah tuhan." Ucap joy memejamkan mata nya erat, sambil meremas seat belt.

Setibanya di kediaman nya, melihat istri nya bersandar di sofa living room. Menggenggam erat lengan anak nya dan mengusap pelan perut nya.

"Atit ma? Mama matih tuat tan? Daddy atan datang cebental agi hikss tundu ya ma."

BABY SISTTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang