Tok tok tok tok
Aku membuka mataku yang terasa rapat dan lengket sekali. Suara adzan shubuh sayup-sayup berkumandang di kejauhan.
"Aria, ayo, katanya mau sholat shubuh ke masjid."
Aku mengerjap beberapa kali saat mendengar suara Aksa dibalik pintu.
"Iya, bentar."
"Nanti telat lho."
Bibirku refleks mengulas senyum. Excited banget ya, mau sholat shubuh ke masjid?
Aku segera bangkit dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar. Cepat-cepat aku cuci muka dan sikat gigi, lalu berwudhu dan memakai mukena.
Aku mengamit tas slempang kecilku sebelum keluar. Tampak Aksa sedang duduk di bangku taman yang menghadap ke kolam renang.
"Kok pake itu?" tanyanya saat melihatku.
"Apa? Mukena?"
Aksa mengangguk.
"Aku juga sekalian sholat di masjid aja."
"Oh."
"Kamu bawa sarung?"
"Sarung?"
Aku mengernyit. "Jangan-jangan nggak punya sarung ya?"
Aksa mengangkat bahu. "Kayaknya ada, nggak tau dimana sih."
"Parah. Yaudah nggak apa-apa, pake celana panjang juga bisa."
"Ok."
"Ayo berangkat!"
Aku buru-buru keluar rumah, disusul dengan Aksa dibelakangku. Letak masjid sebenarnya dekat, tak jauh dari gerbang masuk cluster. Tapi jarak antara adzan dan iqomah kan pendek.
"Pagi Neng Aria, lho, ada Mas Aksa juga toh?" sapa Pak Burhan.
"Pagi, Pak." Aksa balas menyapa.
"Mau ke masjid ya?"
"Iya nih Pak, duluan ya." jawabku sambil melangkah cepat.
Iqomah terdengar saat kami sampai ke gerbang masjid kecil berwarna hijau muda itu. Meskipun kecil, masjid ini dirawat dengan baik oleh warga sekitar.Benar-benar nyaman, bersih dan wangi.
"Nanti kalau udah selesai, kamu balik duluan aja, aku mau lanjut belanja." kataku sebelum memasuki pintu khusus wanita.
Selepas sholat, aku langsung pergi ke arah pasar pagi untuk membeli bahan makanan. Sengaja aku nggak membeli banyak, toh, aku akan keluar dari rumah itu dalam waktu dekat.
Aku melangkah dengan riang menuju ke rumah. Memikirkan akan segera terbebas dari situasi ini benar-benar membuatku senang! Hari ini, yang aku perlu hanya mendatangi kantor Pak Boss untuk pamit!
"Seneng banget sih Neng."
Suara Aksa yang tiba-tiba muncul dibelakangku membuatku loncat kedepan. "Heh!! Bikin kaget aja! Kirain udah di rumah?"
"Tadi denger khutbah shubuh dulu. Menarik materinya."
Mataku melebar. "Oh ya? Bagus dong! Emang bahas apa?"
"Kematian."
"Waduh? Dark banget." komentarku.
"Pembawaan ustadznya bagus, buat kita jadi mikir."
Aku nggak sanggup menahan senyum. "Jadi sekarang mau insyaf nih?"
Aksa balas tersenyum. "Mungkin."
"Btw Mas, aku izin keluar ya siang ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
He Was My First Kiss
RomanceJadi ART di rumah seorang laki-laki brengsek yang pernah menciumnya hanya karena kalah taruhan?? Aria rasanya ingin kabur saja saat tau siapa majikannya, tapi situasinya tak semudah itu, ia benar-benar butuh uang untuk bertahan hidup. _________ Seme...