Chapter 7

9K 547 5
                                    

Tok tok tok tok

"Aria, bentar, sini dulu."

Aku memejamkan mata kuat-kuat. Argggggh mau apalagi sih dia??

tok tok tok

Dengan kesal aku menendang selimut yang menyelubungiku dan bangkit duduk.

Aku meraih handphone untuk mengecek jam. Sudah jam 9 malam... mau apalagi dia?

"Kenapa Mas??" tanyaku, kentara sekali terdengar kesal.

"Bentar, aku mau tanya."

Aku menghela napas panjang sebelum memakai sweater.

Saat aku membuka pintu, sosok menjulang Aksa berdiri disitu sambil tersenyum.

"Apa, Mas?"

"Ganggu ya? Bentar aja aku mau tanya."

Aku mengikutinya menuju ke ruang tengah. Diatas meja makan, ada beberapa dokumen bertebaran dan laptop yang masih menyala.

"Aku udah liat sepatu yang kamu pilih, selera kamu bagus juga." katanya sambil duduk didepan laptop. "Sini duduk."

Dengan langkah yang diseret aku menggeser bangku disamping Aksa dan duduk disebelahnya.

"Menurut kamu, kalau aku fokus jualin sneakers cewek kayak gini gimana?"

"Bagus, Mas." jawabku malas.

"Serius, Aria."

"Iya, Mas, serius, bagus."

"Kamu kenapa? Ngantuk ya? Mau aku orderin kopi?"

Maunya tidur kocak! arrrrg.

"Nggak perlu, Mas."

"Kamu ada ide nggak, mau bikin konsep brand sepatu cewek yang kayak gimana?"

Aku melipat tangan di meja. "Ide saya mahal, mas."

Aksa mengalihkan pandangannya dari laptop padaku. "Oke. Berapa?"

Mataku yang sudah menyipit karena mengantuk kembali melebar. "Mas mau bayar saya?"

"Iya, coba kamu buat konsep brand sepatu cewek, patokannya selera kamu aja, pokoknya bebas. Buat di ppt, terus presentasiin. Kalau oke, aku beli ide kamu 50 juta."

Sekarang rasa kantukku benar-benar hilang. "50 juta??"

"Deal?"

Aku menatap uluran tangan Aksa dihadapanku.

"Beneran ini?"

"Deal nggak nih?"

Tanpa pikir panjang aku menjabat tangannya. "Deal!!"

"Ok, kamu pake aja laptop nganggur di kamar, ada diatas meja. Aku kasih waktu seminggu cukup?"

Aku mengangguk semangat, "Saya coba, Mas."

***

Sisa minggu ini aku habiskan dengan banyak waktu di depan laptop—merancang sebuah brand sepatu cewek. Karena konsepnya bebas dan tanpa batasan, aku semakin semangat mengerjakan tugas ini. Belum lagi imbalannya yang benar-benar menggiurkan.

Bisa apa aku dengan 50 juta? Tentu saja banyak hal!! Pertama, dan yang paling penting, aku bisa keluar dari rumah ini dan membayar denda pelanggaran kontrak kerja. Lalu aku bisa pindah ke kota yang biaya hidupnya lebih murah, pindah ke Malang, mungkin?

Senyumku mengembang. Nanti, di Malang, aku bisa cari kerja atau mungkin buka usaha kecil-kecilan. Sebagai seorang yang suka berjualan, 50juta untuk memulai usaha kecil itu lebih dari cukup kalau bisa diatur dengan baik.

He Was My First KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang