Chapter 24

23.9K 1.4K 21
                                    

Setelah dirawat selama 9 hari, akhirnya Javier dibolehkan pulang. Tentu saja, dia tetap harus kontrol ke rumah sakit dan melakukan fisio terapi selama beberapa minggu kedepan. Untuk sementara, ia juga masih harus menggunakan kursi roda.

Aku duduk di meja pengurusan administrasi sambil menunggu. Hatiku berdebar menunggu berapa total biaya perawatan Javi.

"Nggak ada asuransi apapun ya Mbak?" Bu Monita, pegawai administrasi yang sedari tadi membantuku, mengecek ulang.

Aku menggeleng. "Nggak ada, Bu, BPJS juga nggak ada."

"Baik, ini total biayanya ya, boleh dicek dulu."

Aku menerima secarik kertas yang ia berikan. Mataku melebar saat melihat total biaya yang tercantum disana.

Rp 137.503.079,-

"Pembayaran pakai debit ya Bu." kataku sambil menyerahkan kartu debit berwarna kuning itu.

Perasaan lega membanjiriku saat transaksi dinyatakan berhasil.

"Untuk obat bisa ke farmasi dulu ya." kata Bu Monita.

"Iya, terima kasih bantuannya Bu."

Aku berdiri dan segera pindah menuju ke bagian farmasi. Iseng-iseng aku membuka handphone untuk mengetahui sisa saldo di mbanking.

Mataku melebar saat melihat angka yang tertera disana.

Rp 155.667.008,-

Aku mengerjap, lalu menggosok kedua mataku. Ini nggak salah apa?? Kok masih sisa 150juta??

Dengan tangan bergetar aku mengecek mutasi rekening selama 14 hari kebelakang. Ada dana masuk sebesar 250 juta dari rekening atas nama Alexander Angkasa.

Cepat-cepat aku menelfon Aksa.

"Halo—"

"Mas Aksa, waktu itu transfer aku 250juta ya?" Todongku.

"... bentar ya, gue keluar dulu..." dia terdengar sedang berbicara dengan orang lain. "Kenapa Aria? Hari ini Javi jadi pulang?"

"Iya."

"Uangnya kurang?"

Aku menelan ludah. "Justru kelebihan. Kok transfernya 250 juta? Salah transfer apa gimana?"

"Nggak salah transfer kok."

"Terus?"

"Nggak apa-apa, jaga-jaga kalau kamu perlu kebutuhan lain, kalau kurang bilang, nanti aku kirim lagi."

Aku tertegun. Dulu, rasanya mencari uang 100 ribu saja susahnya minta ampun. Sekarang, seseorang bisa dengan mudahnya mengirimiku uang ratusan juta.

Eh, mudah apanya? Aku mendengus saat tersadar. Sesaat aku lupa, kalau uang ini harus dibayar kembali dengan kehidupanku.

"Halo?"

"Yaudah Mas, aku cuma make sure aja, maaf ya kalau ganggu."

"Nggak ganggu kok, kirain kamu telfon karena kangen."

Aku menggeleng. "Kangen? Bukannya kita baru ketemu hari Minggu kemarin?"

"Itu kan, udah lama."

Lama apanya? Baru aja 3 hari berlalu. batinku. Tapi, aku memilih untuk nggak membahas hal itu.

"Lancar kerjaan?" tanyaku, sedikit berbasa-basi.

"Lancar, orderan juga lagi banyak banget sampai tim gudang keteran—oh ya, barang-barang AP udah siap launching nih." kata Aksa. AP itu singkatan dari Aria Projects. "Rencana launching minggu depan pas payday sale."

He Was My First KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang