Chapter 5

9.1K 516 7
                                    

Aksa POV

Mobil mewah terparkir berjejer dihalaman klub malam yang ekslusif itu. Tak sembarang orang bisa memasukinya. Hanya kalangan berduit dan berkuasa saja yang bisa.

Bagi Aksa, klub ini sudah seperti rumah keduanya. Apalagi dulu, sewaktu dia sedang liar-liarnya. Hampir setiap minggu dia dan teman-temannya open table di tempat ini, menghabiskan uang puluhan bahkan ratusan juta hanya satu malam saja.

Tapi itu dulu, sekarang Aksa sibuk membangun bisnis yang ia mulai dari 0. Baginya, hal itu lebih menantang ketimbang bermain perempuan atau menenggak bergelas-gelas alkohol untuk memenangkan sebuah taruhan bodoh.

"Nah ini yang ditunggu-tunggu dateng!" Jordan, sahabat Aksa sejak bangku sekolah berdiri dan menyambut Aksa hangat.

"Aksa!! Katanya lo udah taubat? Kok kesini lagi? Gak kuat sama godaan duniawi, ya?" seloroh Anette, seorang anak konglomerat yang juga satu circle dengan Aksa sejak dulu.

"Gua yang paksa!" kata Jordan. "Lagian sombong amat baru jadi kang sepatu juga."

"Gue baru absen dua bulan, udah di bilang sombong." kata Aksa sambil duduk di tempat yang kosong. Dia menyalakan rokoknya dan menghisap dalam.

"Nggak seru, nggak ada lo." kata Anette. "Nggak ada yang bisa kalahin Jordan waktu truth or dare."

Tak lama kemudian, teman-teman satu circle mereka yang lain datang. Malam ini Jordan memang mengundang semuanya dalam rangka reunian. Selain Aksa, Jordan dan Anette, ada juga Ghyan, Sultan, Harris dan Vio di circle mereka. Semuanya sama dari kalangan berpengaruh dan kaya raya. Sudah lama mereka tidak berkumpul satu tim begini.

Suara musik yang berdentam-dentam mengiringi pertemuan mereka. Obrolan, tawa, tegukan minuman keras, membuat Aksa hanyut dalam suasana.

"Eh, katanya Jordan bikin party di rumah lo ya??" tanya Ghyan pada Aksa.

"Iya, tolol banget, rumah gua jadi kayak kapal pecah." Aksa langsung merasa kesal mengingat kondisi rumahnya yang di obrak-abrik Jordan hingga tak berbentuk.

"Lagian lo juga tolol, ngapain izinin dia pake rumah lo coba?? Dia kan gila!" celetuk Vio.

Anette tertawa. "Itu karena si Aksa kalah taruhan. Makanya si Jordan bisa pakai rumahnya seenaknya."

"Ayo kita main!" kata Jordan sambil berdiri dan meletakan botol kosong ditengah meja. "Truth or dare, seperti biasa!!"

Hal itu disambut dengan meriah. Anette berdiri dan menarik Jordan duduk. "Gue aja yang puter botolnya! Lo suka licik!" katanya.

Anette kemudian memutar botol, seruan terdengar saat botol itu licin berputar diatas meja, sampai akhirnya berhenti, menunjuk ke arah Vio.

"Vio! Truth or dare??"

Vio mendecak malas. "Truth aja, lagi mager gue!"

"Gue! Gue mau tanya!" Anette bangkit berdiri. "Katanya bokap lo kabur ke Swiss karena diincar KPK, bener nggak tuh?"

Vio memasang raut wajah tak suka. "Kok jadi ke bokap sih?"

"Vio, lo yang milih truth."  Jordan mengingatkan.

Vio menghela napas. "Iya, bokap gua masuk DPO, puas lo??"

Suara gelak tawa terdengar. "Dasar pemakan duit haram!" komentar Jordan seenaknya, tapi Vio tampak tak peduli.

"Puter lagi! Sekarang gua yang puter!" kata Vio sambil bangkit berdiri.

Botol itu kembali berputar, kemudian berhenti mengarah ke Aksa yang sedang menyesap rokoknya, entah batang keberapa.

Semua langsung bersorak sorai saat Aksa yang kena, karena hal itu jarang sekali terjadi.

"Anjiiiing ini kesempatan rare! Sumpah! Terakhir kali gua bisa ngerjain si Aksa pas SMA." teriak Jordan bersemangat.

"Emang pernah ngapain si Aksa?" tanya Ghyan.

"Lupa ya lo? Yang gua suruh dia cipok anak kelas 10 itu!" jawab Jordan bersemangat.

"Ohh, yang videonya kesebar kemana-mana ya?" Vio menimpali.

"Eh, gua mau tau dong, videonya, masih ada?"  tanya Sultan, yang baru bergabung dengan circle mereka saat kuliah.

Jordan segera mengeluarkan handphonenya. "Sampai gua simpen di iCloud nih video." katanya.

Handphone Jordan langsung dirampas Vio, mereka menonton video pendek itu bersama-sama.

"Kasian banget muka ceweknya, tegang." komentar Anette.

"Tapi cipokan macem apaan tuh? Nggak ada hot-hotnya." timpal Harris.

"Ini siapa korbannya?" tanya Sultan.

Jordan mengangkat bahu. "Gua asal tunjuk aja sih, kebetulan banget namanya mirip kayak nama si Aksa."

"Hah? Cewek namanya Aksa?"

"Namanya Alexandria, si Aksa kan namanya Alexander—"

Aksa yang sedari tadi duduk tenang di sofa tiba-tiba berdiri dan merampas handphone Jordan ditangan Vio.

"Anjing Aksa, lo kenapa?? Kaget gue!" Seru Vio.

Aksa memerhatikan video itu lekat-lekat. Setelah dia yakin, dia melempar handphone itu pada Jordan, yang untungnya langsung sigap ditangkap oleh cowok itu.

"Gue balik dulu."

"Heh! Mau kemana lo?? Kabur ya??"

"Bentar, gue ada urusan urgent."

"Nggak bisa! Truth or dare dulu." desak Jordan.

Aksa memejamkan mata dan menghela napas berat. "Dare."

"Habisin nih!" Jordan menyodorkan botol alkohol yang masih 3/4 terisi. Tanpa banyak pikir Aksa segera menenggak minuman keras itu hingga tak bersisa.

"Udah? Puas?" kata Aksa sambil setengah membanting botol kosong itu keatas meja.

"Gilaaakkkk lo emang keren!" seru Jordan.

"Gue balik."

"Eh, eh, emang lo bisa nyetir kondisi mabok gitu??"

Tak memedulikan pertanyaan Anette, Aksa beranjak pergi.

He Was My First KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang