Aksa POV
Aksa terbangun karena rasa sakit di ulu hatinya yang begitu menusuk. Ia langsung terduduk dan mencengkram perutnya. Kepalanya juga seperti mau pecah, rasanya pusing sekali sampai mau muntah.
Keringat dingin keluar di kening Aksa, sensasi terbakar di dadanya membuatnya panik. Apa dia akan mati?? Aksa menoleh ke kanan dan ke kiri, ia terduduk di sofa ruang TV sendirian. Kapan ia sampai rumah? Aksa tak tahu.
Aksa memejam menahan rasa sakit yang menjadi itu. Ia paksa berdiri dan melangkah pelan menuju ke kamar belakang, tempat Aria tidur.
Tok tok tok—
Aksa mengetok pintu pelan, sebelah tangannya masih memegang bagian ulu hatinya yang seperti dicengkram.
"Aria... tolong..." katanya lirih.
Tak lama, pintu kamar Aria terbuka, sosok kecil perempuan itu membuat Aksa lega. Setidaknya kalau ia mati, ia tak sedang sendirian.
Aria menatapnya sejenak, sebelum berkata, "Kita ke rumah sakit sekarang."
Aksa tak menolak saat Aria memapahnya ke mobil. Diluar, langit masih gelap, suara adzan shubuh sayup-sayup terdengar. Rasa sakit yang teramat sangat membuat Aksa tak dapat berpikir, perjalanan ke rumah sakit terasa seperti selamanya.
Sesampainya di rumah sakit, Aksa dibantu satpam masuk ke IGD, sementara Aria mengurus administrasi. Ia terbaring di bed sambil meringkuk memegang perutnya yang perih luar biasa.
Rasa sakit Aksa baru mereda setelah obat-obatan diberikan lewar jalur infus. Dokter bilang dia harus dirawat inap dan diendoskopi untuk mengecek keadaan lambungnya. Sepanjang hari, Aria banyak diam. Ia tak bersikap sksd seperti bisa. Aksa baru menyadari itu ketika mereka sudah pindah ke ruang rawat VIP.
Aksa memerhatikan gerak-gerik Aria, cewek itu tampak sibuk dengan handphonenya. Ia tak peduli dengan Aksa, dan itu membuat Aksa kesal—tapi ia juga tak tahu harus bicara apa.
Siangnya, saat Mama dan Papa Aksa datang dan mengomelinya panjang lebar, Aria malah beranjak pergi dari ruangan dan meninggalkannya.
Aneh. Dia kenapa? Apa dia marah karena Aksa ke Club tanpa pamit? Tapi kan, Aksa sudah bilang kalau ia tak mau dikekang.
Seharian, Aria tak juga datang menjenguknya. Bahkan ketika Mama dan Papanya pamit pulang, ia ditinggal sendirian di ruang perawatan. Hal itu sontak membuat hatinya bertanya-tanya, kemana cewek itu?? Katanya dia istrinya, kok malah tak ada disaat-saat seperti ini??
Meskipun merasa begitu, Aksa gengsi untuk menghubungi Aria duluan. Dia menyibukkan diri dengan bermain game online di handphonenya, saat baterai handphone itu habis, Aksa ganti menonton TV. Kebosanan yang melandanya membuat Aksa kesal sendiri.
Kemana sih, Aria??
Pukul 8 malam, pintu kamarnya dibuka dan sosok yang ia cari itu muncul. Tapi kali ini, tak ada senyum diwajahnya.
"Darimana aja?" tanya Aksa, berusaha untuk terdengar biasa saja.
"Kerja." jawab cewek itu sambil menaruh satu tas jinjing besar. "Mau ganti baju nggak?"
Aksa mengangguk mendengar tawaran itu. Dia benar-benar merasa badannya bau.
"Bisa sendiri? Apa perlu bantuan?" tanya Aria dengan nada datar yang mengganggu Aksa.
"Ini infusannya bikin susah."
Aria menekan tombol pemanggil perawat disamping bed, Aksa mengernyit bingung, saat perawat datang, Aria melengos pergi.
"Eh, mau kemana?" tanya Aksa terpaksa.
"Makan, aku laper." jawab Aria.
Aksa melongo melihat punggung cewek itu yang menghilang dibalik pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Was My First Kiss
RomanceJadi ART di rumah seorang laki-laki brengsek yang pernah menciumnya hanya karena kalah taruhan?? Aria rasanya ingin kabur saja saat tau siapa majikannya, tapi situasinya tak semudah itu, ia benar-benar butuh uang untuk bertahan hidup. _________ Seme...