Chapter 44

20.1K 1.2K 30
                                    

Aksa POV

Dua minggu kebelakang benar-benar membuat Aksa tersiksa. Ia tak paham kenapa dirinya repot-repot mengambil jalan berselingkuh. Hati nuraninya mengutuk keras perbuatannya, tapi setan selalu punya cara untuk membuat seseorang buta.

Setiap Aksa membaca pesan masuk dari Hazel, alih-alih senang—perhatian, godaan dan kata-kata manis dari perempuan itu selalu membuatnya merasa tak nyaman. Apapun alasan dibalik semua ini, Aksa tahu hubungannya dan Hazel sungguh keliru.

Untung saja, kesempatan mereka bertemu hanya sesekali saja saat jam makan siang. Sebelum ia terjebak lebih jauh, hubungan terlarang ini harus segera ia hentikan.

"Mas Aksa mikirin apa?" Pertanyaan yang diajukan dengan nada yang begitu lembut itu membuat Aksa semakin merasa brengsek.

"Nggak mikirin apa-apa kok." jawab Aksa sambil memiringkan badannya menghadap Aria.

"Hmm, nggak mau cerita ya?" Aria mengelus rambut Aksa kebelakang. Aksa menatap perempuan manis ini dengan seksama. Wajahnya itu jenis cantik natural yang adem dilihat terus menerus. Aksa sungguh suka dengan lesung kecil di pipi kanan Aria setiap ia tersenyum.

Aksa mendekatkan bibirnya dan mencium Aria dengan lembut. Ia juga suka sekali dengan rasa Aria yang manis. Apalagi sih yang Aksa cari?? Dia merasa begitu tolol nekat berselingkuh begini.

Aria menjauh dan menutup mulutnya, kemudian terbatuk kecil. "Jangan cium, aku kayaknya mau sakit."

"Pusing?" Aksa mengelus kepala cewek itu lembut. "Besok mau ke dokter?"

"Nggak usah, minum vitamin doang juga kayaknya sembuh."

"Hmm, kalau gitu mau nggak?"

Aria bergeming sebelum beringsut menjauh. "Dibilang aku mau sakit juga, malah diajak capek."

Aksa tertawa dan menangkap pinggang Aria. "Coba dulu, kali aja abis itu sakitnya sembuh."

***

Tapi, saat besoknya Aria malah demam tinggi, Aksa jadi menyesal tak membiarkan cewek itu istirahat yang cukup.

"Kita ke dokter aja ya?" tawarnya.

Aria menggeleng, ia menyusut hidungnya yang meler. "Minum obat flu juga sembuh, tapi hari ini aku izin ya? Biar bisa full istirahat."

"Iya, nggak apa-apa."

Aria mengantar Aksa sampai kedepan rumah. Aksa mencium keningnya sebelum berangkat pergi.

"Kabarin ya kalau obatnya nggak ngaruh, kita ke dokter aja."

"Iya, iya, dah sana berangkat."

Aksa menatap sekali lagi wajah Aria yang memerah karena demam. Bohong kalau ia tak sayang dengan perempuan ini. Lagipula, menyayangi Aria yang selalu perhatian dan bersikap hangat sangatlah mudah.

Hari ini, Aksa sudah bertekad untuk mengakhiri hubungannya dengan Hazel.

***

"Aksa! Mana si Aksa??" Sosok Anette muncul di kantor Aksa seperti angin ribut. Aksa berdiri dan menyambut sahabatnya yang selalu heboh sendiri itu.

"Lah? Lo beneran kesini Net?"

"Sini! Turun lo! Gue mau ngomong!"

Aksa menatap bingung kearah Leo yang berada dihadapannya, Leo balas mengangkat bahu tanda tak paham. Aksa menghela napas dan memutuskan untuk mengikuti Anette turun ke coffee shop di lantai satu.

"Si Aria beneran nggak masuk hari ini?" tanya Anette, tadi dia sempat chat Aksa dan menanyakan hal itu juga.

"Iya, sakit dia. Ada apa sih lu heboh begini?"

He Was My First KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang