44.♡

99 35 23
                                    

Dalam doa seusai sholat malam nya tangis Anita pecah.

"Bagaimana saya harus menghadapi masalah ini ya Alloh..?"

Dalam ruang kamar yang terang, Marie memandangi gambar pemandangan taman bunga sakura di Jepang pada salahsatu halaman majalah yang sedang dia baca. Bibirnya merekah senyuman manis, membayangkan dirinya dan Anita dapat pergi ke salahsatu negara impian mereka untuk hidup bersama.
Dengan semangat, dia baca artikel si penulis yang membagikan cerita pengalamannya dapat hijrah ke Jepang.

Minggu, menjelang siang hari.
Lembut nan hati-hati, jemari Marie bergerak memetik satu persatu bunga telang di halaman samping rumahnya. Bunga kecil berwarna biru keunguan ini biasa keluarganya gunakan sebagai bahan teh, atau pewarna alami makanan.
Mengecek keranjang di lengannya masih belum penuh, dia lanjutkan memetik. Tanpa sadar akan keberadaan seseorang di sekitar, berjalan pelan menuju dirinya.

Dan,

DDUARRR

"Hhaak!" Spontan Marie memekik setelah dikagetkan orang tersebut di belakangnya.
Dia berbalik, lalu melihat wajah orang yang dicintainya, Anita.
Binar matanya menyala bahagia. "Anita...!"

Dia peluk gadis yang tengah tertawa itu.
"Kamu mah bikin aku jantungan.."

Anita peluk erat.
"Hhehe. Maaf isengin kamu,"
Bibirnya kecup kening Marie.

"Iya...
Kamu sengaja mau kagetin aku ya, datang ke sini tiba-tiba, hm?!"

"Gitu deh..
Mm.. Kamu sendirian aja disini?"

"Iya. Mamah ikut papah melayat sanak keluarganya yang meninggal tadi pagi."
Tangan Marie belai wajah Anita.
"Saya kangen sekali,"

Kesungguhan Marie terpancar begitu nyata, menembus ke dalam sukma nya. Namun terus teringat masalah perjodohannya, Anita merasa air matanya ingin keluar.

Dia kecup bibir Marie.
"Saya juga begitu. Selalu, Marie.."

Bibir Marie mengulas senyum cantik.
"Eh, ini kamu pakai jaket hadiah ulang tahun dari saya bukan?!"

Kepala Anita mengangguk semangat.
"Tadinya saya berniat akan simpan baik-baik saja biar awet, jadi kenang-kenangan. Tapi, sayang juga kalau saya gak lihatin ke kamu saya pakai ini.
Bagus gak?"

"Sangat bagus atuh!"

Senyuman riang mengembang di bibir Anita.
Dia bertanya, "Kamu petik bunga sebanyak ini buat apa?"

"Buat teh. Bisa juga buat bahan pewarna alami makanan. Kamu mau coba?"

"Tentu. Saya bantu petik, ya?!"

Kepala Marie mengangguk semangat.

Sesekali, Anita memandang si kekasih, bersama semua kecamuk di hati. Sangat pedih.
Melihat pancaran kebahagiaan dalam diri Marie, dia luar biasa tidak tega untuk membuat perempuan itu bersedih, terluka hatinya.
Bagaimana semua cinta kasih Marie begitu sangat nyata, menakjubkan bagi dirinya, dan bagaimana masalah perjodohan ini menyulitkan dirinya, sungguh membuat batin Anita merana dalam kegelisahan. Bagaimana dia bisa tega membuat Marie terluka.
Sejak dulu dia tau jika menjadi dirinya sendiri yang seperti ini akan menghadapi resiko, memiliki tanggung jawab yang cukup berbeda dari orang lain pada umumnya. Dan dia dulu berpikir, mungkin jika orang istimewa itu adalah sosok yang dikenal baik oleh sang ibu, maka ibunya akan memiliki toleransi tersendiri, merestui hubungan mereka berdua. Namun ternyata, kenyataan yang terjadi bukan demikian. Bahkan bu Lina menganggap semua sebagai aib.
Sesak sekali dada Anita. Untuk meringankannya, dia peluk si kekasih.

Tentu Marie terkesiap tiba-tiba dipeluk oleh kekasihnya. Setelah saling memberikan ciuman, mereka lanjut memetik bunga.

Berpindah ke halaman belakang. Marie mengajak Anita menjemur semua bunga di kerangjang datar, di bawah sinar matahari langsung.
Selesai, nafas Marie berhembus panjang, sembari menikmati panorama alam pedesaan di seberang bukit.

[NEW] Rahasia MerekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang