♡
Di ruang pengurus Humas rumah sakit, suasana dingin dan canggung begitu ketara. Disana terjadi pembicaraan serius antara seorang perempuan berusia empat puluh tahun bernama bu Nurma, dengan Anita. Yang mana Anita telah membahas perbuatan seorang perawat perempuan yang telah membuat Marie tidak nyaman, serta melakukan pelecehan. Dengan besar hati bu Nurma menyampaikan permintaan maaf dan akan meminta maaf secara langsung pada Marie. Dia pun mengatakan jika dirinya dan rumah sakit akan bertanggung jawab menangani masalah tersebut.
Sebelum memutuskan bangkit dari kursi, Anita bicara, "Saya ingin anda memastikan perawat bernama Yola itu akan mendapatkan hukuman,"
"Pasti," sahut bu Nurma meyakinkan.
Ilham seka keringat di dahinya, kemudian lanjut menyapu daun kering dan sampah plastik ke wadah plastik biasa disebut pengki. Setelah memastikan lagi tidak ada sampah yang tertinggal di depan toko, dia simpan sapu lidi, dan kembali ke dalam toko.
Mobil Anita masuk ke halaman rumah. Bibirnya tersenyum bangga melihat aksi sang adik yang baru saja selesai menyapu. Maklum, selama ini Ilham sangat jarang melakukan itu.Menemukan ada dua pasang sepatu laki-laki dan perempuan, Anita sudah dapat menebak jika itu pasti milik orang yang menjenguk ibunya. Setelah memasuki rumah, dia berjalan menuju dapur. Ingin mengambil air minum. Tetapi ketika melewati kamar sang ibu dengan pintu terbuka lebar, Anita mendengar suara ibunya memanggil. Dia pun segera balik arah untuk menemui.
Anita berdiri di ambang pintu. "Iya, mah?"
Di dalam kamar, ada sepasang suami-istri. Jika yang laki-laki Anita tidak tau. Tapi yang perempuan berkerudung itu, Anita sudah beberapa kali melihatnya, dikenal sebagai bu Dyah, teman ibunya.
"Sini!" suruh bu Lina.
Setelah sang anak berdiri di dekatnya, bu Lina memperkenalkan sepasang suami-istri itu sebagai teman semasa sekolah.
Si suami berkata, "Anita sudah besar ya. Cantik walaupun sepertinya tidak suka pakai rok." Diakhiri kekehan kecil.
"Hhahahaha,"
Kompak bu Lina, dan istrinya tertawa kecil.Sedang Anita tersenyum saja.
"Gitulah anak sulung saya mah. Tapi biar begitu, dia sudah cukup bisa masak, mengurus rumah. Genteng rumah bocor pun dia bisa benerin di atap." terang bu Lina yang nampak terlihat bersemangat meski wajahnya masih pucat.
Lagi. Ketiga orang tua di hadapan Anita kompak tergelak tawa.
Sudah kurang nyaman, Anita membatin, 'Naon ieu? Kalah ngomongkeun urang'
(Apa ini? Malah ngomongin gue)"Pasti cocok ya pak, sama Sandi. Sandi kan mau sama yang serba bisa." tutur bu Dyah.
"Iya, bu." balas si suami.
Batin Anita menggerutu.
'Itu nyari pasangan apa nyari pembantu?
Emang bakal mampu ngasih duit gaji berapa sih, mau pasangan yang serba bisa tuh? Jadi pasangan rumah tangga mah saling aja. Kerja sama. Bukan lebih ngandelin satu orang.'
'Hah.. Udah paham nih mereka mau bahas apa,'"Mm, mah," panggil Anita.
"Iya, teh.."
"Anita pergi dulu ya. Harus cepat kirim email di warnet."
Bu Lina yang awalnya nampak tidak senang pun akhirnya menyetujui.
Dalam kamar rawat inap Marie, kedua orangtuanya tercengang syok mendengar keterangan bu Nurma tentang kasus perawat bernama Yola. Awalnya ayah dan ibu Marie sangat tidak menerima kejadian itu, sampai ayah tak segan menunjukan emosinya.
"Bagaimana bisa rumah sakit sebesar ini memperkerjakan orang bermasalah?! Bisa-bisanya perawat itu mesum!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[NEW] Rahasia Mereka
RomanceKamu ingin mengetahui semuanya, & saya tau itu bisa terasa luar biasa, atau menakutkan akan hal-hal tidak pasti, atau yang tidak diketahui. Tapi ketahuilah, bahwa yang tidak diketahui tidak selalu harus merasa seperti ini. Mungkin kali ini; yang tid...