♡
15 Mei
Tak bosan Anita memandangi persawahan, diiringi alunan indah suara suling bambu khas Sunda yang dimainkan oleh seorang bapak-bapak di bawah pohon jmabu batu yqng rindang. Di sebuah pondok, Anita duduk disamping Marie yang sedang mengobrol dengan Maryam. Tapi kemudian, dia merasa sedih ketika mendengar pertanyaan Marie.
"Maryam, apa kamu dan keluargamu memiliki rasa tidak suka atau benci pada kami?"
Maryam memandang penuh.
"Neng Marie.." Sepasang matanya menunjukkan kesedihan.
"Selama kita saling mengenal, keluargamu, serta kamu, hidup berdampingan begitu baik bersama kami yang mayoritas beda keyakinan disini. Ayah kamu juga banyak membantu warga sekitar dengan membuka lapangan pekerjaan. Tidak ada alasan untuk kami perlu melakukan itu terhadap kalian."Menenangkan hati Marie yang kemudian memeluk Maryam. Lalu mengusap pucuk kepala anak bungsu nya.
"Terima kasih, Maryam.""Sudah selayaknya kita saling menghargai dan hidup berdampingan dengan baik, neng.."
"Betul sekali,"
Anita turut merasa tenang dan terharu memperhatikannya.
Di sebuah kompleks perumahan di kota Jakarta seorang laki-laki paruh baya dan anak perempuan sulung nya kembali menginjakkan kaki di halaman rumah mereka setelah seharian ditinggal untuk berlindung dari kelompok kerusuhan, sementara anak-anaknya masih di tempat rumah kenalannya untuk mengungsi sementara. Dan hari ini, mereka mendapati rumah besar dua lantai mereka telah hangus oleh dibakar perusuh. Betapa sakit hati mereka berdua menyaksikannya. Terutama sang ayah yang telah bekerja keras sedari nol, berusaha bisa sukses hingga dapat memiliki rumah ini.
Melihat kesedihan dibalik wajah tegar ayahnya, perempuan itu merangkul tubuh tua renta nya, dan berkata, "Kita masih diberkati keselamatan, ayah,"
Ayahnya anggukkan kepala. Berat sekali hatinya. Tapi yang dikatakan anaknya benar.
Perempuan itu melangkah menuju teras rumah, kemudian menemukan secarik kertas dibalik pot yang terbuat dari semen. Dia buka, dan membaca tulisan; Jika kalian masih berani tinggal disini, kami akan memenggal kepala kalian.
Matanya membelalak terhenyak sangat kaget. Dirinya mulai dikuasai ketakutan lagi.
Ayahnya sudah berada di dalam rumah. Mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan hangus ini, meratapi semuanya.
Sudah tak ada hal tersisa yang masih layak dapat dia selamatkan. Karena para pelaku sudah menjarah semuanya yang ada di rumah ini. Hanya kenangan dalam memori yang tersisa, tentang rumah ini dan keluarganya."Ayah, lebih baik ayo kita pergi!" seru sang anak setelah menghampiri. Hatinya juga tak kalah sedih.
"Tak ada lagi harapan disini. Kita harus memulai hidup baru, di tempat yang baru.""Benar."
Sekuat mungkin dia berusaha tegar.
Dia gandeng tangan sang anak, melangkah pergi.Mereka luar biasa sedih, dan terpikir dalam benak, pasti orang lain juga banyak yang mengalami hal serupa dengan mereka. Terusir. Harus pergi jauh meninggalkan tempat berharga mereka.
Presiden Suharto tiba di Indonesia setelah memperpendek masa kunjungannya di Kairo, Mesir. Pada media, ia membantah telah mengatakan bersedia mengundurkan diri.
Suasana Jakarta masih mencekam. Toko-toko banyak ditutup. Sebagian warga pun masih takut keluar rumah.
![](https://img.wattpad.com/cover/376289634-288-k291212.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[NEW] Rahasia Mereka
RomanceKamu ingin mengetahui semuanya, & saya tau itu bisa terasa luar biasa, atau menakutkan akan hal-hal tidak pasti, atau yang tidak diketahui. Tapi ketahuilah, bahwa yang tidak diketahui tidak selalu harus merasa seperti ini. Mungkin kali ini; yang tid...