♡
Bukan di ruang IGD lagi, sekarang bu Lina telah berada di kamar rawat inap berisi tiga kasur pasien. Tapi dua sisanya kosong.
Di kursi dekat dinding, Anita sendu memandang sang ibu yang tergolek lemah di kasur dengan jarum infusan yang menempel di tangan kanannya. Wajah pucat pasi, suaranya begitu lirih pelan tiap kali bicara.
Sungguh, rasa bersalah menghujam hatinya mengingat sebelum kejadian ini dia telah bersikap tidak baik, berbicara lantang, kasar, pada ibunya.Ilham memijat kaki bu Lina. Dalam hati menahan kesedihan.
Sudah setengah jam berlalu sejak mereka datang ke rumah sakit, seorang dokter perempuan berumur yang sebelumnya memeriksa, sekarang kembali datang. Dokter menyampaikan bahwa bu Lina telah mengalami penyakit maag kronis sehingga menyebabkan komplikasi, akibat penanganan yang tidak tepat.
"Yang dialami bu Lina yaitu peradangan kronis pada mukosa lambung, menyebabkan hilangnya sel kelenjar lambung, akibat infeksi bakteri Helicobacter pylori. Jika tidak ditangani dengan tepat, gastritis dapat menyebabkan komplikasi yang parah, termasuk kanker. Kanker lambung." jelas bu dokter pelan-pelan.
"Kanker lambung..?" lirih Anita terkejut.
Ilham sama terkejutnya. Memandang sedih sang ibu.
Anita bertanya, "Apa dapat disembuhkan, dok?"
Bu dokter mengusap sesaat bahu gadis itu.
"Bisa..,"Malam telah hadir. Di kantor polisi, istri Alan tiba, menemui sang suami yang telah berada di balik jeruji besi. Matanya sudah berurai air mata. Masih tak percaya atas apa yang terjadi dan apa yang telah dilakukan suaminya.
Alan genggam tangan sang istri, seraya mulut mengucapkan kata maaf.Kembali ke salahsatu ruang bangsal rumah sakit. Air mata bu Lina jatuh ketika mendengar permintaan maaf Anita atas kejadian di toko. Hatinya telah berlapang dada memaafkan. Mengelus kepala sang anak yang kini menangis di atas pahanya.
Di lorong rumah sakit, Ilham tak sengaja bertemu gadis tinggi pujaan hati yang sedang menjalani masa pendekatan dengannya. Bernama Winda. Rambut pendek sebahu dengan jepit bunga berwarna putih, menambah kesan manis nan cantik di mata Ilham.
"Iya, kebetulan banget ya kita ketemu disini. Aku mau anterin selimut buat om ku yang nginep jaga sepupu." terang Winda menunjukan tas di tangannya.
"Sepupu kamu sakit apa?"
"DBD. Kalau mamah kamu?'
"Sakit lambung. Parah. Sekarang lagi ditemenin sama teteh."
"Teteh kamu yang belum nikah itu?!"
Nada bicara Winda biasa saja, tetapi bagi Ilham pertanyaan gadis itu dirasa kurang sopan. Dia tidak nyaman.
Kepalanya mengangguk."Dia udah 27 tahun kan?!" tanya Winda lagi.
"Sepupu cowok ku yang 26 tahun udah nikah, loh."Ilham semakin keheranan. Sementara Winda tidak menyadari.
Sudah sangat tidak nyaman dan malas menanggapi, Ilham memutuskan akan segera pergi. "Mh, aku pergi duluan ya,"
"Kok buru-buru?" Terlihat Winda menyayangkan keputusan Ilham.
"Iya. Dah!"
"Oke deh.. Dah!"
Kaki Ilham melangkah lebar. Batinnya berisik oleh kekesalan pada Winda.
'Naon sih? Hanjakal urang hayang ka si Winda,'
(Apaan sih? Nyesel gue mau sama si Winda)Tiba-tiba terdengar perutnya berbunyi keroncongan.
"Lapar.."
'Udahlah gak usah mikirin si Winda lagi! Hmm makan apa ya?'Telah pulang dari membeli makanan, Ilham mendapati sang kakak tengah membereskan alat makan bekas sang ibu.
![](https://img.wattpad.com/cover/376289634-288-k291212.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[NEW] Rahasia Mereka
RomanceKamu ingin mengetahui semuanya, & saya tau itu bisa terasa luar biasa, atau menakutkan akan hal-hal tidak pasti, atau yang tidak diketahui. Tapi ketahuilah, bahwa yang tidak diketahui tidak selalu harus merasa seperti ini. Mungkin kali ini; yang tid...