Ashel

1.2K 241 65
                                    

-

-

-

-

-

-

Niky-Neyko

_______________Ashel_________________

Sepanjang perjalanan kembali ke kantor, Freyan tak henti-hentinya tersenyum. Bahkan Indira dan sopir kantor sampai terbengong-bengong melihat ekspresi tak biasa dari atasannya. Dalam hati mereka sampai bertanya-tanya, kenapa atasannya itu tersenyum-senyum sendiri? Bahkan sampai beberapa kali terkekeh sendiri.

Sang sopir sampai bertanya dengan Indira melalui isyarat, apa yang terjadi dengan atasan mereka tersebut. Indira menngedikkan bahunya pelan. Khawatir juga kalau ketahuan menggibah atasannya sendiri.

Sementara itu Freyan merasa sendang sekali. Ia mengingat jelas ekspresi Zeansa. Meskipun Zeansa sebisa mungkin menutupinya, tapi Freyan tetap bisa melihatnya, dari sorot mata ia bisa melihat kalau laki-laki itu tengah terbakar api cemburu. Namun Freyan tidak peduli. Ia hanya ingin menegaskan pada laki-laki itu kalau Marsha sudah hidup bahagia dengannya. Ia harap Zeansa segera mengubur dalam-dalam perasaanya pada Marsha. Meskipun ia belum mencintai Marsha, tapi ia pun tidak rela kehilangan wanita yang sudah menjadi istrinya itu. Sudah terlanjur nyaman. Oleh sebab itu, ia rela melakukan hal kekanakan seperti tadi.

Berbanding terbalik dengan Freyan yang tampak bahagia karena mengerjai Zeansa. Di dalam mobil Zeansa memasang wajah kesal. Sekertaris sampai kebingungan sendiri melihat wajahnya. Sungguh berbanding terbalik dengan ekspresinya saat di apartemen tadi. Meskipun jarang tersenyum, setidaknya biasanya ekspresinya masih terlihat normal. Sementara saat ini selain cemberut, terlihat sekali kalau Zeansa sedang menahan amarah.

"Langsung ke kantor atau ke tempat lain dulu pak?", tanya sang sekretaris mewakili sang sopir

"Ini jam berapa?"

"Jam dua siang pak"

"Seharusnya kita berada di mana?"

"Kantor pak"

"Kalau udah tau kantor, kenapa masih nanya hah?" Sentak Zeansa membuat sang sopir dan sekertarisnya tersentak. Bahkan sopir sampai reflek mengerem mendadak membuat tubuh ketiganya nyaris terjungkal .

"Kamu bisa nyetir tidak hah? Mau saya pecat?" Sentak Zeansa

"Ma-maaf pak,. Saya tidak sengaja" sang sopir begitu gugup. Ia pun segera menjalankan kembali mobilnya

"Brengsek!" Umpatnya membuat sang Sekertaris dan sopir benar-benar ketakutan

                          *******

Sampainya di kantor, Freyan kembali melanjutkan pekerjaannya. Tiba-tiba ia mengingat kalau ia menghubungi Marsha sesampainya di kantor. Ia pun segera mengambil ponsel dan mengetikkan sesuatu kemudian mengirimkan pada Marsha

[ Aku udah nyampe di kantor ] kirim.

Tring ....

Sebuah pesan balasan masuk sekitar 5 menit kemudian.

[Bodo amat ]

Mata Freyan membulat. Ia sampai melongo di tempat saat membaca pesan bernada jengkel itu.

"Dia kenapa? Apa aku ada buat salah?"

                         *********

Jarum jam menunjukan pukul setengah empat, Freyan tersenyum saat mengetahuinya. Ia sudah tidak sabar lagi untuk pulang. Ia melanjutkan kembali pekerjaannya agar bisa segera pulang ke rumah. Bahkan Freyan membayangkan ekspresi Marsha yang cemberut yang kesal padanya, entah apa alasannya.

Pembantu Sialan //FreshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang