Ular Nagka Maraton SPECIAL

1.5K 161 4
                                    

-

-

-

-
-
Cidaha......
Gibson........

________MARATON SPECEAL________

Freyan pikir setelah pertengkaran mereka tadi, Marsha akan membatalkan rencananya untuk pergi ke taman pemandian water park. Namun dugaannya salah. Marsha tetap Apada rencananya, bahkan Marsha sudah berangkat sejak beberapa menit yang lalu

"Sial! Dasar istri durhaka" umpatnya kesal karena Marsha tetap saja pergi meskipun Freyan memarahinya

Kesal, Freyan pun merebahkan tubuhnya di atas ranjang, ia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang yang ia perintahkan untuk mencari keberadaan Ashel.

"Kenap lama sekali? Apa kalian tidak bisa bekerja?" Sentak Freyan melampiaskan kekesalannya pada orang suruhannya itu.

"Maaf, taun, kami sudah berusaha. Tapi kami memiliki informasi penting untuk tuan"

"Apa itu?"

"Menurut investigasi yang kami lakukan, kami mendapatkan informasi kalau pak Juna dan Bu Lia sebenarnya bukan orang tua kandung nona Ashel. Melainkan mereka hanya orang tua bayaran yang di minta berpura-pura menjadi orang tuannya"

"Apa kalian tidak salah informasi?"

"Tidak tuan kami bahkan sudah berhasil menemukan tempat tinggal dan Bu Lia. Mereka seorang suami istri yang di kenal dari daerah C. Bahkan kami sudah berhasil mengorek informasi dan mengaku kalau mereka di bayar oleh Ashel untuk menjadi orang tuannya"

"Brengsek, dasar ular nangka!" Geram Freyan yang benar benar tidak menduga kalau perempuan yang hampir ia nikahi itu merupakan seorang penipu. Bahkan ia membayar Sepasang suami istri yang dari daerah jauhnya  bukan main. Ia benar-benar tidak menduga ia akan di tipu mentah -mentah  seperti ini. Ia seperti orang bodoh karena bisa masuk ke jebakan perempuan itu, sandiwara begitu apik   hingga ia tidak menduga kalau Ashel sudah menipunya habis-habisan.

"Apa kalian sudah tanyakan keberadaan Ashel"

"Sudah, tuan, sayangnya mereka tidak tau. Mereka hanya bertemu saat nona Ashel membutuhkan bantuan mereka"

"Cepat cari Dimana si ular nangka itu berada. Aku tidak mau tau, pokoknya kalian Harus menemukan keberadaannya segera mungkin."

"Baik tuan"

Freyan melemparkan ponsel asal ke atas tempat tidur. Ia mengeram marah karena di bodoh habis habisan oleh perempuan yang hampir saja menjadi istrinya itu.

"Dasar, brengsek! Awas kau! Tunggu pembalasanku" ruang Freyan meninju udara

Di sisi lain Marsha sekarang berada di ocean park tampak sedang murung. Hatinya masih saja kesal apa yang di katakan Freyan tadi. Aldo yang berada di kolam bersama Shasa menoleh. Ia menangkap raut wajah murung Marsha. Aldo pun beranjak setelah meminta Shasa tetap berada di sana.

"Shasa di sini aja ya, jangan kemana-mana. Om mau bicara sebentar sama mama" ujar Aldo

Shasa mengangguk. Ia sedang bersantai dengan ban berenang memperhatikan Aldo yang berjalan menuju sang ibu. Marsha memang melarang Shasa bermain permainan yang agak ekstrim. Bagai mana pun, Shasa berbeda dari anak-anak yang lain. Tubuhnya yang lemah. Ia mudah kelelahan dan rentan sakit. Bahkan tubuhnya seringkali membiru membuat Marsha bingung apa penyebabnya. Tak jarang,Shasa mengalami mimisan bila ia kelelahan atau pun merasa ketakutan. Hal itu membuat Marsha selalu menjaga extra hati-hati. Ia tak ingin terjadi sesuatu pada shasa.

Mama Chika mengatakan akan kembali dalam tiga hari. setelah Bu Chika pulang barulah mereka membawa Shasa ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh.

"Kamu kenapa murung gitu? berat bangat kayaknya tuh pikiran" celoteh Aldo membuat Marsha tersenyum tipis

"Aku nggak papa kok, cuman kecapean aja"kilah Marsha. Mana mungkin pula ia menceritakan masalah rumah tangga pada Aldo. Meskipun ia baik , ia juga teman suaminya, rasanya tidak etis menceritakan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan laki-laki itu. Baginya masalah rumah tangga cukup  merekalah yang tau.

"Beneran? Bukanya ini ada hubungannya dengan Freyan ya? Apa terjadi sesuatu di antara kalian? Atau.... Freyan sebenarnya melarang kamu buat pergi dengan aku?" Cecer Aldo membuat Marsha kebingungan harus menjawab apa.

"Mama" teriak Shasa membuat Marsha menoleh. Mata Marsha seketika membulat saat melihat Shasa Yang berada di atas ban berenang terbawa arus air yang bergelimang karena pegerakan orang orang yang di dalamnya. Posisi Shasa kini sudah cukup jauh. Jelas saja marsha khawatir.

"Shasa!" Pekik Marsha khawatir. Bagai mana pun, Shasa masih kecil. Apalagi ia kini di bawah ke kolam yang cukup dalam,Shasa juga tidak bisa berenang, begitu pula dirinya. Jantung Marsha bagai di pompa kencang, Marsha benar-benar ketakutan

"Kamu jangan khawatir, aku bakalan bawa Shasa ke sini!" Ucap Aldo masuk ke dalam air. Ia pun segera berbenah mengejar ban Shasa. Setelah beberapa menit akhirnya Aldo berhasil mendapatkan Shasa. Aldo segera membawa Shasa menepi mendekati Marsha.

"Ya Allah nak, mama benar-benar khawatir tadi. Kamu nggak papa kan? "Cecer Marsha yang memang panik bukan main.

Shasa menggeleng pelan." Shasa nggak papa ma. Cuman tadi Shasa takut. Bagai mana kalau Shasa jatuh, kan Shasa nga bisa berenag"

Marsha tersenyum lembut"syukurlah kamu nggak papa. Nak, kita udahan dulu ya! Kapan-kapan kita kemari lagi"

"Tapi ma, Shasa masih mau main?"

"Iya sha, kasihan Shasa, dia masih pengen main. Baru juga satu jam" sela  Aldo

"Maaf kak, Shasa dan aku harus pulang" ujar Marsha kukuh mengajak pulang" Shasa nggak lupa kan, Shasa nggak boleh... Tuh kan, baru saja mama bilang"

Marsha seketika panik saat darah segar mengalir dari lubang hidung Shasa. Begitu pula dengan Aldo. Aldo mendadak panik. Marsha yang sudah terbiasa pun berusaha tenang. Marsha segera mengambil tisu dan menyeka darah yang mengalir di bawah hidung Shasa.

Setelah mimisan Shasa mereda. Ia pun mengumpulkan tisu bekas darah dan membuang nya ke tempat sampah.

Setelah mengalami mimisan,wajah Shasa tiba-tiba pucat. Aldo pun akhirnya setuju saat Marsha kembali mengatakan ingin pulang.

"Shasa sering mimisan gitu ya, sha?" Tanya Aldo saat mereka berada di dalam mobil. Tampak Shasa yang sudah mengantuk kemudian memejamkan matanya di pelukan sang ibu.

"Hmm"

"Udah di periksa ke rumah sakit?"

"Belum"

"Kenapa? Mau di periksa sekarang? Aku khawatir loh. Kita harus memeriksanya biar biasa tau apa penyebabnya"

"Kak Aldo nggak peluru khawatir. Shasa nggak papa kok. Shasa anak kuat. Terima kasih atas tawarannya" Marsha tersenyum tipis

Sebenarnya Marsha khawatir. Ibu mana yang tidak khawatir saat melihat anaknya sakit. Namun ia terlalu lelah untuk menceritakan perihal dirinya pada Aldo. Biarpun Aldo baik, tapi tetap saja ia orang asing. Terlebih Marsha memang orang yang tertutup. Ia tidak mudah untuk menceritakan perihal dirinya. Selain itu, ia tidak ingin Mudah berbalik hati pada seseorang. Pengalamannya membuktikan,tidak ada orang yang benar-benar tulus dan tidak ada orang yang bisa benar-benar di percaya.


To be continued.......

______MARATON SPECIAL_______

-

Pembantu Sialan //FreshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang