Cemburu

1.2K 245 22
                                    

-

-

-

-

-

-

Niky-Neyko

______________Cemburu_______________

Sejak melihat sosok yang begitu ia kenali berada di pengadilan agama, Aldo jadi sering ke tempat itu. Ia sangat meyakini kalau sosok itu benar-benar sosok yang selama ia cari dan ia rindukan.

"Flora, itu pasti kamu kan? Tapi ngapain kamu di sini?" Gumam Aldo seraya memperhatikan lalu lalang berikut orang yang turun dari kendaraan roda empat tersebut. Namun setelah berhari-hari menunggu, ia tak kunjung melihatnya kembali. Bahkan sudah dua Minggu berlalu, ia tetap tidak melihat sosok itu lagi.

Bukan Aldo tidak pernah bertanya ke bagian informasi, ia bahkan sudah berkali-kali mencari tahu ke dalam apakah ada yang mengenal Flora di sana, tapi mereka tidak memberikan informasi apapun. Aldo pikir apa mungkin Flora bekerja di sana? Tapi rasanya tidak mungkin sebab Flora berkecimpung di dunia tata rias, mana mungkin ia tiba-tiba bekerja di pengadilan agama. Tapi Aldo juga tidak kepikiran kalau Flora sudah menikah dan bisa saja mengajukan gugatan cerai di sana.

"Ck, apa benar itu Flora? Gimana kalau bukan? Sama aja gue buang-buang waktu gue tetap berada di sini"

Aldo yang sudah lelah sekaligus lapar pun akhirnya pergi dari sana. 15 menit setelah kepergian Aldo, masuklah sebuah mobil mini Cooper berwarna merah ke arah pengadilan agama. Sosok wanita cantik dengan gaun senada dengan warna mobilnya pun turun. Sebuah kaca mata hitam bertengger di hidung, menutup bola mata yang indah. Ia berjalan dengan anggun di sana. Tak lama kemudian ia bersalaman dengan seseorang.

"Bagaimana pak? Apakah hari ini semuanya bakalan benar-benar selesai?"

"Nona Jangan khawatir. Hari ini semuanya Pati akan selesai sesuai harapan anda"

Perempuan cantik yang tak lain adalah Flora pun tersenyum. Mereka pun berjalan masuk ke dalam untuk menyelesaikan apa yang harus mereka tuntaskan hari itu.

*********

Karena Aldo tidak mau memberinya uang untuk kebutuhan sehari-hari, akhirnya Ashel memilih mencari pekerjaan di sebuah rumah makan, meskipun gajinya seadanya, setidaknya ia tidak perlu kelaparan

"Mbak, kalau capek, istirahat aja" ujar sala satu seorang rekan kerjanya

"Ah,nggak papa kok, Nung, cepek dikit aja. Maklum, bawaan hamil" jawab Ashel sambil menyeka keringatnya.

"Karena mbaknya hamil, makanya gak boleh terlalu capek. Jangan terlalu diforsir. Kalau mbak mau istrahat sebentar aja nggak papa kok, aku bisa handle sendiri. Lagian nggak terlalu rame juga kan"

"Yaudah kalau gitu, aku pulang dulu ya Nung"

Gadis bernama Nunung itu pun mengangguk.

Ashel pulang kerja menjelang malam. Saat memasuki rumah, ia langsung mendapatkan bentakan dari Aldo

"Kelayapan terus. Dari mana aja Lo, hah? Jual diri?" Sentak Aldo

"Kurang ajar!, gomong sembarangan! Gue baru puang kerja kenapa? Lo pikir gue nggak butuh makan? Sedangkan sejak kita nikah, Lo nggak pernah ngasih uang sepersen pun. Lo mau bunuh gue dan anak Lo secara perlahan?"

Jujur saja, Ashel sudah tidak tahan dengan sikap Aldo. Hanya saja, ia tidak memiliki tempat untuk pergi. Kedua orang tuanya sudah bercerai dan memiliki pasangan baru masing-masing. Tidak ada lagi yang peduli padanya

Ia tetap bertahan sebab ia tidak ingin anaknya seperti dirinya. Merasa di buang dan tidak di inginkan. Namun ternyata rasanya sesakit ini. Ashel sadar, ini buah dari kesalahan dari masa lalu. Oleh sebab itu, ia tetap bertahan dan bersabar, ia harap sekap suaminya berubah setelah anaknya lahir.

"Salah siapa yang mau nikah sama gua. Lo udah tau kalau gua nggak pernah mau dengan pernikahan ini, tapi Lo dengan liciknya nemuin nyokap-bokap gua. Jadi Lo rasain gimana rasanya nikah dengan laki-laki yang nggak akan pernah suka sama Lo" balas Aldo menohok relung hati Ashel. Tak ingin terus bertengkar, Ashel pun memilih masuk ke kamar. Namun kamar yang berbeda dari kamar Aldo. Siapa yang tahan berada di kamar yang dindingnya di penuhi oleh foto perempuan lain. Bila semuanya ia mencoba bertahan, maka sekarang ia tidak sanggup lagi. Ashel lantas memilih tidur di kamar lain.

                    ********

Freyan pulang di jam seperti biasa. Lalu lintas sore hari memang kerap padat merayap. Freyan menjalankan mobilnya penuh dengan suka cita. Namun yang tidak Freyan sadari, beberapa hari ini ada mobil yang selalu menguntit mobilnya. Mobil itu mengikuti secara perlahan, bergabung dengan mobil lain yang lalu lalang.

Saat mobil Freyan masuk ke pekarangan rumah, mobil itu pun menepi di tempat yang tidak begitu jauh. Dari dalam mobil, ada seseorang yang menatap tajam ke pekarangan rumah di mana ada seseorang wanita cantik yang menyambut suaminya dengan senyum merekah. Begitu pula dengan seorang anak kecil berlari mendekati dan langsung mengulurkan tangannya untuk di gendong, laki-laki yang tak lain adalah Zeansa itupun mencengkram erat stir mobilnya. Melihat interaksi Freyan dan wanita pujaannya membuat hati Zeansa sakit bukan main. Apalagi ia melihat sendiri dengan mata kepalanya Freyan mencium pipi Marsha. Marsha mencubit pinggang suaminya dan tertawa dan penuh kasih sayang. Ketiganya seperti keluarga yang harmonis.

Saat sedang memperhatikan ketiga orang yang sedang masuk ke dalam rumah itu, sebuah panggilan nomor tidak di kenal masuk. Zeansa mengerutkan keningnya saat melihat deretan angka tersebut. Ia pun segera mengangkat panggilan itu.

"Halo"

"Zeansa, ini a- - - "

Tut Tut Tut...

Zeansa berdecak saat mengetahui kalau itu merupakan panggilan dari Christy. Sejak hari di mana ia meninggalkan Christy begitu saja, memang sempat Christy menemuinya satu kali, Christy marah padanya karena sudah meninggalkan begitu saja di restoran.

"Kenapa kamu ninggalin aku Zeansa? Bukanya berterima kasih karena udah nolong kamu, tapi kamu justru ninggalin aku gitu aja. Kamu tau, aku harus sampai berdiri di pinggir jalan hampir dua jam karna nggak ada taksi lewat" protes Christy

"Berterima kasih" Zeansa tersenyum miring " gue nggak minta bantuan Lo ngaku sebagai calon istri gua, mulut Lo itu terlalu lancang. Jadi anggap aja itu hukaman buat Lo"

"Zeansa, kenapa kamu tega banget sama aku? Apa aku nggak punya kesempatan sedikitpun di hati kamu?" Lirih Christy yang memasang wajah sendu

"Stop bersandiwara Christy. Lo pikir gue peduli dengan Lo sama ibu Lo yang kejam itu? Gue minta Lo jangan pernah lagi telpon gua apalagi ketemu . Karena gue nggak mau berhubungan dengan manusia licik kayak kalian"

"Tapi Zean"

Zeansa mengibaskan tangannya. Ia pun segera berlalu dari hadapan Christy. Zeansa juga memblokir nomor Christy dan ibunya agar ia tidak menghubunginya lagi.

[ Zeansa, gue tau sangat benci sama aku. Oleh sebab itu, izinkan aku bertemu sekali saja. Aku hanya meminta maaf dan mengembalikan kunci rumah. Setelah ini aku nggak bakalan muncul di hadapan kamu lagi. Aku mohon]

To be continued....

Author udah mulai rajin up nya nih, tapi bikin tambah rajin lagi bayak vote atau komen🤐


-

Pembantu Sialan //FreshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang