Kolaborasi

1.2K 184 7
                                    

-

-

-

-

-

-

Cidaha
Niky-Neyko

_____________Kolaborasi_____________

Sudah lebih beberapa hari ini Marsha lebih banyak diam dari biasanya. Freyan sampai bertanya-tanya, apa yang sebenarnya yang buat Marsha seperti ini. Kenapa Marsha lebih banyak diam seperti ini?. Jujur saja Freyan merindukan sikap ketus Marsha padanya. Apalagi setiap debat, anehnya ia justru merasa terhibur.

"Kecoak Marsha! Awas ada kecoak di bawa kaki kamu!" Teriak Freyan mengusili Marsha

Marsha melirik ke bawah kakinya dan menghembuskan kasar. Marsha melirik sebal pada Freyan. Freyan nyegir tanpa merasa bersalah.sungguh di luar ekspektasi. Ia pikir Marsha akan menjerit ketakutan dan melompat ke pelukannya. Namun yang justru terjadi sebaliknya. Marsha bersikap biasa saja. Seakan sudah menebak keisengan Freyan.

"Kok kamu diam aja?"

"Memangnya aku harus apa? Berteriak terus lompat di pelukan kamu?"

Freyan menelan ludah. Kenapa Marsha bisa menebak rencananya

"Kamu bisa baca pikiran aku?"

"Emangnya aku cenayang"

"Terus itu, kok kamu bisa nebak rencana aku?"

Marsha mengedikkan bahu" aku nggak takut kecoak" jawabnya sambil melanjutkan pekerjaannya. Ia sedang membuat sarapan.

"Jadi kamu takutnya apa?" Tanya Freyan penasaran

Marsha menoleh "Di tinggal orang tersayang" jawab Marsha singkat

Freyan tertawa terbahak-bahak, padahal yang Marsha katakan itu serius

"Kamu takut nggak aku tinggalin?"

"Memangnya kamu siapa?" Marsha menjawab sambil tersenyum mengejek. Raut wajah Freyan seketika berubah masam

"Jadi kamu belum cinta sama aku Cha?"

"Belum" jawab Marsha tanpa basa basi

Mata Freyan sampai melotot. Ia bedecak. Entah mengapa Freyan merasa kesal sendiri

"Kamu pasti bohong kan Cha?"

"Nggak percaya ya udah. Kamu sendiri aja nggak cinta aku, masa mau maksa aku cinta kamu. Aneh banget"

"Kenapa harus aneh, kan wajar aja istri cinta suami"

"Ogah. Aku nggak mau cinta bertepuk sebelah tangan. Sakit tau. Prinsip aku sekarang. Lebih baik di cintai dari pada mencintai. Kalau di cintai, maka akan di ratukan, tapi kalau mencintai, aku pasti di babukan. Tapi akan lebih baik lagi kalau saling mencintai, saling memberi, saling menerima dan saling melengkapi. Dan.... Hal itu nggak ada di pernikahan kita"

Deg....

Kata-kata Marsha barusan dapat menghantam Freyan bagai di lempari batu tepat di dada.

                         ********

Di kantor, Freyan jadi terngiang-ngiang dengan kata-kata Marsha , Freyan jadi berfikir, mau di bawa ke mana pernikahan ini. Mereka memang berniat menjalani pernikahan dengan baik. Namun, apa jadinya bila mereka menjalaninya tanpa cinta sama sekali. Mungkin awal-awal semua akan terasa Baik-baik saja. Tapi tidak tau kedepannya. Pernikahan atas dasar cinta saja lama-lama bisa hambar, apalagi pernikahan tanpa cinta.

Tok..tok...tok..

Freyan tersentak saat mendengar suara ketukan di pintu. Ia mempersilahkan sekertarisnya itu masuk.

"Pak, ada perwakilan dari diamond grub " ucap Indira

"Persilahkan masuk"

Indira mengangguk. Ia pun segera keluar untuk menyambut tamu mereka

"Freyan Khaulah" ucap Freyan memperkenalkan diri pada sala satu kepala cabang anak perusahan diamond grub

"Zeansa Putra Harlan" ucap laki-laki yang sedang menyalami Freyan

"Zeansa. Panggil aja Zean biar lebih akrab. Apalagi setelah ini, kita bakalan sering ketemu"

Freyan tersenyum. Lalu mengangguk. Kedua laki-laki itu pun segera duduk di sofa yang ada di ruang kerja Freyan di temani sekretarisnya masing-masing. Mereka pun mulai membahas tentang kolaborasi perusahaan

                       **********

Keesokan harinya, akhirnya Aldo benar-benar mengundurkan diri. Namun ia juga membayar semua ganti rugi sesuai jumlah kerugian perusahaan. Sebenarnya tabungan Aldo tidak sebanyak itu. Ia terpaksa menjual apartemen dan pindah ke rumah yang lebih kecil.

"Aldo. Lu mau kerja di mana stelah ini ?" Tanya Freyan basa-basi, meskipun ia sakit hati dengan perbuatan Aldo, tapi ia tidak bisa benar-benar membenci. Ia sendiri aneh dengan dirinya. Bukankah seharusnya ia marah calon istrinya berselingkuh dengan teman baiknya sendiri, tapi ia justru merasa biasa saja. Hanya sekedar marah, tapi setelahnya, ia hanya biasa saja. Kurang baik apa lagi Freyan ini.

"Nggak usah sok perhatian" ketus Aldo sambil membersihkan barang-barangnya.

Freyan menghembuskan nafas kasar

"Ah, udahlah. Terserah Lo aja"

Malas berurusan dengan Aldo, Freyan pun beranjak dari sana

Setelah kepergian Freyan, Aldo menghela nafas kasar. Ia mencengkram erat kertas yang sedang di pegangnya

"Flora, Flora, Flora. Lu di mana?"

Sudah sekian lama ia memendam perasaannya pada Flora, tapi Aldo tidak memiliki keberanian untuk menyatakan cintanya. Saat ia sudah mulai memberanikan diri, ia justru mendapatkan fakta kalau gadis pujaannya telah menjalani hubungan dengan Freyan, sahabatnya. Aldo jelas sangat kecewa. Padahal ia justru lebih kenal Flora di banding Freyan, tapi Freyan justru yang lebih dulu memenangkan gadis pujaan hatinya itu. Tapi ia berusaha untuk mengikhlaskan. Namun setelah Flora tiba-tiba menghilang, ia jadi marah dengan Freyan. Ia pikir, pasti Flora menghilang karena ulah Freyan. Pasti Freyan sudah menyakiti hati gadis itu sehingga ia memilih pergi. Oleh sebab itu, Aldo jadi semakin membenci sahabatnya sendiri

To be continued......

Maaf kalau terlalu pendek, masih pusing soalnya

____________Kolabosrasi_____________




-

Pembantu Sialan //FreshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang