Pingsan Dabbel Up SPECIAL

1.5K 192 24
                                    

-

-

-

-

-

-

-

-

Cidaha...
Holobady24...

_

_______Dabbel  Up SPECIAL ________

"Kak Freya, jangan kak Freyan.."

Critttt...
Suara percikan darah

Darah mengalir jatuh ke lantai, dan sebagian terkena wajah Freyan

"Kak tangan kamu..."

Ternyata percikan darah itu hanyalah tangan Freyan, karena dia memegangnya terlalu keras dan sedikit maju di bagian ketajaman pisau, tapi Freyan tidak menghiraukannya, sakit hatinya lebih besar dari pada tangannya yang terluka

"Cepat katakan, gue benar-benar udah muak dengan kamu"

Marsha tambah kesal dengan Freyan, bisa-bisanya Freyan bisa menahan sakit tangannya, dan terus minta penjelasan darinya

"Jangan sembarangan menuduh! Aku tidak pernah menipumu apalagi sama mama Chika. Bahkan aku tidak pernah kepikiran akan menikah meskipun itu dengan mu"

Marsha memang tidak pernah berpikir akan menikah sebelumnya. Dulu ia memang bermimpi menikah dengan seseorang, tapi itu adalah Zeansa. Bukan Freyan. Apa lagi sifat mereka bertolak belakang. Selain itu, ia tidak pernah tertarik apalagi mencintai Freyan. Sebab saat ini, di hatinya masi ada nama Zeansa.

"Kalau kau tidak berniat menipu kami, lantas cepat jelaskan, apa alasanmu merahasiakan siapa Shasa? Katakan siapa Shasa sebenarnya?" Teriak Freyan kesal dan pisau masih di bawah leher Marsha

"Shasa, dia..."

Brukkk...

Tiba-tiba Marsha dan Freyan me dengar suara benda jatuh. Keduanya lantas berlari untuk mencari tau apa yang jatuh tadi. Dan betapa terkejutnya Marsha serta Freyan saat melihat shasa sudah terkulai tak sadarkan diri. Bukan hanya itu, mereka melihat darah segera mengalir dari lubang hidungnya. Sontak saja Marsha histeris. Ia memeluk Shasa seraya membangunkannya.

"Shasa, bangun, nak! Bangun! Ini mama. Bangun sayang" lirih Marsha sambil mengusap darah yang mengalir dari lubang hidung dengan ujung pakaiannya.

Freyan yang melihat itu sontak syok. Ia pun menginstruksikan marah segera mengendong Shasa untuk di bawa ke dokter

"Gendong Shasa sekarang. Aku mau ambil kunci mobil dulu, kita ke rumah sakit skarang" titah Freyan keluar

Jujur saja, jantungnya berdentum kencang sekali. Bahkan tangannya panas dingin. Freyan benar-benar menghawatirkan kondisi Shasa saat ini.

Marsha mengangguk. Ia pun segera mengendong Shasa keluar, sementara Freyan bergegas masuk ke kamar untuk mengambil kunci mobil. Setelahnya, Freyan pun segera berlari ke pekarangan rumah. Ia pun segera menekan kunci dan membukakan pintu untuk Marsha. Setelahnya, Freyan menyusul masuk dan duduk di bangku kemudi. Dalam hitungan detik, mobil pun melaju membelah kegelapan malam menuju rumah sakit

                             ********

Kini Freyan dan Marsha berada di rumah sakit. Sementara Shasa sedang di tangani di dalam ruang UGD.

Freyan melirik Marsha yang terus menerus menangis. Hati Freyan tersentuh, padahal mereka baru saja bertengkar hebat, seakan rasa apa lagi yang muncul di hatinya. Freyan pun menggeser tubuhnya dan merengkuh pundak Marsha. Menarik ke dalam pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di dada.

Isikan tangis Marsha masih terdengar jelas di rungu Freyan. Usapanya  punggung Marsha. Ia bisa melihat kalau Marsha begitu menyayangi Shasa. Padahal Shasa bukanlah anak kandungnya, tapi rasa cintanya nampak seperti ibu kandung sendiri.

"Sudah. Jangan nangis terus ! Shasa pasti sedih kalau sampai tau kau menangis karenanya"

"Apa Shasa akan baik-baik aja? Bagaimana kalau dia sakit parah dan tidak bisa di obati?"
Gumam Marsha merasa bersalah karena tidak bisa menjaga Shasa dengan Baik.

Marsha mendongakkan kepalanya. Ia menatap lekat wajah Freyan yang juga menatapnya.

"Kak, aku mohon, tolong Shasa! Tolong, sembuhkan Shasa! Aku janji, aku akan melakukan apapun sebagai gantinya. Menjadi pembantu seumur hidupmu tanpa di gaji pun aku mau. Atau kalau kau ingin aku pergi sejauh mungkin, aku bersedia. Asal kau membantu pengobatan Shasa. Kak, aku udah nggak punya siapa-siapa di dunia ini. Semua orang kejam padaku, tidak ada yang menyayangiku. Aku hanya punya Shasa. Kalau ia pergi, lebih baik aku mati saja. Aku nggak sanggup bila harus hidup tanpa Shasa. Aku mohon, kak. Aku mohon, tolong aku. Tolong Shasa!" Ucap Marsha menangis terus meminta mohon

Freyan bisa melihat jelas ketakutan yang begitu besar di mata Marsha.

"Aku bukan tuhan. Aku juga bukan dokter yang bisa menyembuhkan Shasa. Tapi aku janji, akan membantu pengobatan Shasa. Yang perlu kita lakukan hanyalah berdoa, semoga Shasa baik-baik aja"

"Marsha, aku tau kau sangat takut kehilangan Shasa. Dan jangan pernah katakan lagi mengatakan kalau kau sendiri. Apa kamu nggak pernah mengganggap aku dan mama sama sekali? Kamu ini sekarang keluargamu. Jangan sungkan meminta bantuan bila kau butuh. Aku selalu bersedia membantumu"

"Maaf, kalau aku buat kasar ke kamu tadi, jujur, aku menghindar karena takut bertengkar denganmu. Aku takut kata-kata ku menyakiti hatimu. Kamu terlalu banyak rahasia. Aku bingung harus menghadapi mu bagaimana, dan soal aku menyodorkan pisau di bawah leher mu tadi, aku minta maaf, aku benar- benar nggak tau kenapa aku jadi kaya gini"

"Cha, tolong jangan membicarakan kematian! Kematian itu takdir. Kita tidak sepatutnya menyerah saat kesempatan masih ada. Aku yakin Shasa bisa sembuh. Kamu harus kuat. Bagai mana Shasa bisa sembuh. Kau harus kuat. Bagaimana Shasa bisa bersemangat untuk sembuh kalau ibunya justru lemah seperti ini"

Untuk pertama kalinya, Freyan berucap panjang lebar pada Marsha. Marsha sampai terkesiama mendengarnya

Setelah satu jam menjalani pemeriksaan, akhirnya kondisi Shasa sudah stabil. Namun saat ini, anak itu masih terlelap

Kini Freyan dan Marsha sedang berada di ruangan dokter. Mereka ingin mendengar tentang penyakit yang Shasa derita.

"Dari ciri-ciri yang terlihat, anak tuan sepertinya mengalami penyakit leukemia atau penyakit darah. Namun untuk memastikan, kamu akan melakukan tes darah dan biopsi sumsum tulang terlebih dulu, berdoa saja hasilnya negatif" dokter itu berucap pelan, tapi cukup menyentak hati dan pikiran Freyan dan Marsha.

To be continued.......

Untung saja kamu mau bantu Marsha, free, skor masih satu sama

Tapi tidak dengan ini....

Dulu ia memang bermimpi menikah dengan seseorang, tapi itu adalah Zeansa. Bukan Freyan. Apa lagi sifat mereka bertolak belakang. Selain itu, ia tidak pernah tertarik apalagi mencintai Freyan. Sebab saat ini, di hatinya masi ada nama Zeansa.

Hati-hati free bisa saja kapal kalian bakalan  author drak😑


________Dabbel Up SPECIAL_________

-

Pembantu Sialan //FreshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang