Tamparan

1.3K 169 9
                                    

-

-

-

-

-

-

Cidaha......
Gibson.......

_______________Tamparan_____________

Bila kemarin Freyan pulang jam 9 malam. Kini Freyan pulang seperti biasanya, yaitu pukul 5 sore. Freyan pulang ke rumah dengan muka masam

'itu muka atau jeruk parut"Gumam Marsha saat melihat Freyan melewati dirinya dengan muka masam. Shasa sedang di kamar mengambil buku gambar, jadi tak ada alasan Marsha untuk memasang muka ramah.ia memasang wajah datar membuat Freyan mendengus melihatnya

Freyan masuk ke kamar kemudian menghempaskan tasnya ke atas sofa di kamar. Merasa lelah, Freyan pun segera membaringkan tubuhnya ke atas ranjang besar di dalam sana hingga tanpa sadar ia terlelap.

Namun belum lama ia tertidur, Freyan mendengar suara tawa renyah  dari luar sana. Lebih tepatnya di ruang tamu. Freyan mengucek kedua matanya. Mengambil ponsel melihat jam.

"Siapa sih datang jam segini" gumam Freyan heran sebab jarum jam masih menunjukan 17:34

Freyan berjalan keluar untuk melihat dengan siapa Marsha dan Shasa bercanda. Soalnya tidak biasanya kedua orang itu tertawa sebegitu renyahnya. Biasanya hanya ada kesunyian di rumah besar itu

Sampai nya di ruang tamu, mata Freyan terbelalak, entah sejak kapan ada Aldo di sana. Mereka tampak sedang menyantap bakso dengan di temani jus buah.

"Sialan, ngapain dia datang sore-sore gini?" Gumam Freyan kesal

Freyan menghampiri ketiga orang itu

"Lo....ngapain sore-sore kelayapan ke sini? Nggak punya rumah lo?"ketus Freyan heran melihat kedatangan Aldo sore-sore seperti ini bahkan dari pakaian yang Aldo kenakan, ia tidak pulang ke rumah alias malah langsung ke mari.

"Bukan urusan Lo"ucap Aldo acuh tak acuh

"Heh, yang Lo datangin itu rumah gue, wajar dong gue nanya"

"Emangnya kalimat tadi Lo itu sebuah pertanyaan? Bukannya sebuah sindiran" Aldo menjawab terus menyantap bakso" gimana Shasa, enak kan baksonya?"

"Enak om. Enak banget"jawab Shasa yang sedang menyantap bakso miliknya

Freyan mendengus kesal. Freyan melihat Marsha, Shasa dan Aldo menyantap bakso begitu lahap. Freyan seketika menjilat lidah menelan ludahnya. Perutnya tiba-tiba lapar.

"Dahlah, puyeng ngomong sama Lo, mana bakso gue?"

"Bakso Lo? Emang siapa yang beliin Lo bakso?"

"Lah itu mereka Lo beliin, kenapa gue nggak?"

"Duit Lo banyak, beli sendiri lah, gue cuman beliin Marsha sama Calon an---ak, ehh, Shasa"ujar Aldo cengengesan membuat Freyan kesal

"Papa mau makan bakso juga? Makan sama Shasa yuk, pa!" Ajak Shasa sambil tersenyum lebar. Freyan tersentuh dengan tawaran bocah perempuan itu, apalagi Shasa menawarkan sambil tersenyum sumringah.  Tangan Freyan reflek terangkat ingin mengusap pucuk kepalanya, tapi seketika Freyan menghentikan gerakannya. Bibir yang
Hampir tersenyum dalam hitungan detik kembali datar.

"Terima kasih. Shasa makan aja. Pa---pa nggak lapar kok." Jawab Freyan kaku

Lalu melangkahkan kaki kembali ke kamarnya. Di dalam kamar, Freyan menghembuskan nafas kasar. Entah mengapa Freyan kesal dengan kedatangan Aldo sore ini. Apalagi tampak begitu akrab dengan Marsha dan Shasa

Begitu pula hari-hari berikutnya. Aldo hampir setiap hari datang, Aldo datang dengan berbagai alasan. Seperti saat ini, Aldo datang untuk mengajak Marsha dan Shasa ke tempat wisata permainan air.

"Mau kemana?" Tanya Freyan saat melihat Marsha yang sudah terlihat rapi berdiri di depan kamarnya

Sebenarnya sudah sejak kemarin Marsha ingin meminta izin sebab Shasa memang sudah lama sekali ingin ke tempat pemandian air. Kebetulan beberapa hari yang lalu, Aldo menawarkan hal tersebut. Tentu saja Shasa merasa senang bukan main, salah satu impian Shasa adalah pergi ke tempat permainan air. Marsha yang tak kuasa melihat kebahagian shasa terpaksa mengiyakan, meskipun belum minta izin dari Freyan.

"Emm, aku sama Shasa mau ke ocean Park" ujar Marsha

"Sama siapa?"

"Emm,sama kak Aldo"

"Apa? Aldo?"

"Iya"

"Lu waras?"

"Apa?" Mata Marsha terbelalak saat mendapatkan pertanyaan seperti itu.

"Lu belum tuli kan?"

"Maksud Lo apa ngatain kaya gitu" kesal Marsha yang sudah memuncak.

"Kalau lu waras, lu nggak akan pergi sama Aldo. Lu itu perempuan bersuami. Apa kata orang kalau mereka tau, lu, istri gue, jalan sama laki-laki lain"

"Kenapa lu peduli?" Tanya Marsha dengan mata sinis

"Masih nanya, apa karena lu nggak bisa jaga Marwah seorang istri,hah?" Sentak Freyan. Entah kenapa Freyan benar-benar kesal saat mengetahui Marsha akan pergi bersama Aldo. Freyan pun tak habis pikir dengan temannya itu, kenapa bisa kecantol dengan perempuan seperti Marsha. Oke kalau Marsha masih lajang. Tapi ....Marsha ini sudah bersuami Loh. Dan suaminya itu temanya sendiri

"Emangnya Lo nganggap gue sebagai seorang istri?" Tanya Marsha membuat Freyan tertohok. Ia bahkan selalu bersikap semena-mena dengan Marsha. Apa lagi saat dengan Shasa. Freyan akan bersikap semena-mena sebab Freyan tau, Marsha pasti akan menuruti perintahnya bila di hadapan anaknya.

"Terlepas gue nganggap lu istri gue ataupun nggak, ingat, status lu itu adalah istri gue. Orang-orang yang kenal sama gue pun tau itu. Seharusnya lu bisa jaga sikap lo. Jangan seperti perempuan murahan!atau jangan-jangan Lo memang PEREMPUAN MURAHAN?" desis Freyan membuat Marsha benar benar sakit hati mendengarnya.

Plakkk.......

Sebuah tamparan mengenai pipi Freyan. Freyan sampai terkejut luar biasa saat mendapatkan tamparan kencang itu. Ini untuk pertama kalinya Freyan di tampar seseorang. Dan lebih menyulut amarahnya yang menamparnya adalah Marsha. seorang pembantu yang di angkat menjadi istrinya oleh ibunya. Sungguh tidak tau malu bukan, pikirnya seharusnya Marsha berterima kasih pada keluarganya sebab berkat keluarganya lah derajat Marsha biasa terangkat. Namun Marsha bersikap sebaliknya. Ia bersikap angkuh hanya karena Marsha berhasil menyelamatkan wajahnya di hadapan orang-orang.

"Lu....." Ucap Freyan memegang mulutnya yang keluar darah.

"Tutup mulut busuk Lo itu! Jangan hanya karena gue orang miskin jadi Lo bisa bersikap semau Lo. Bukannya Lo sendiri yang ngebebassin gue jelan sama Aldo? Lagi pula, gue memang pergi dengan sama dia, tapi semata-mata untuk membahagiakan Shasa. Apa salahnya gue pengen bahagiain anak gue? Ya, Shasa memang bukan anak Lo, jadi Lo nggak peduli sama dia. Tapi gue nggak bisa. Kalaupun Shasa minta buat ninggalin Lo, maka hari itu, detik itu gue bakalan ninggalin Lo tanpa pikir panjang. Karena Shasa adalah prioritas gua" tegas Marsha dengan suara bergetar, air mata yang turun tanpa izin

To be continued.....

_______________Tamparan___________

Pembantu Sialan //FreshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang