-
-
-
-
-
Cidaha
Niky-Neyko________________Takut________________
Sesampainya di rumah, hari ini cukup melelahkan bagi mereka berdua, Marsha mencuci wajah, tangan, dan kakinya, lalu menggosok gigi dan menganti pakaiannya. Setelah semua ritual Marsha balik ke kamarnya untuk segera tidur. Tampak di sana sudah ada Freyan yang menunggu sambil bersandar di kepala ranjang. Marsha yakin, pasti banyak hal yang ingin suaminya tanyakan padanya.
Freyan yang melihat pergerakan Marsha pun menoleh. Ia menepuk sisi sebelahnya, Marsha pun segera mendekat dan ikut duduk di sana namun dengan sedikit berjarak.
Freyan menggelengkan kepalanya. Freyan pun segera menarik Marsha sehingga mereka bersentuhan. Freyan menyelipkan tangganya di belakang kepala Marsha lalu menarik kepalanya agar bersandar di sana.
"Kamu punya banyak hutang penjelasan sama aku, cepat jelasin" ucap Freyan tiba-tiba
Marsha seketika gugup. Padahal ia tahu, cepat atau lambat pasti suaminya akan menanyakan hal ini. Tentu hal ini sangat wajar. Meskipun pernikahan mereka belum di landaskan rasa cinta. Tapi tetaplah status mereka suami istri.Freyan berhak menanyakan apa saja yang sekiranya yang mengganjal di pikirannya
"Penjelasan apa?" Kilah Marsha. Ia belum siap mejelaskan segalanya. Entahlah, pikirannya sangat mumet. Rasanya ingin merebahkan diri dan tidur lelap. Nyatanya pertemuan dengan kedua orang di masa lalunya itu cukup menguras tenaga dan pikiran.
Freyan menoleh ke arah Marsha. Ia menoleh dengan sorot mata tajam.
"Kamu kenal sama dua orang itu kan?" Desak Freyan
Jelas Marsha paham maksud pertanyaan sang suami. Ia ingin kembali berkelit, tapi tangan nakal Freyan membuat Marsha memekik.
"Kak" pekik Marsha saat tangan Freyan masuk ke dalam bajunya dan, itulah kalian pikir aja sendiri kalau tangan udah masuk baju.
"Mau cerita apa nggak?" Ancam Freyan
"Kak Freyan ngancamnya gitu banget sih?" Protes Marsha yang kemudian kembali memekik karena ulah tangan nakal sang suami.
"Iya, iya. Chaca bakal cerita ihh. Lepasin dulu tangganya ini. Gimana mau cerita kalau tangannya di dalam sini!"
Freyan terbahak-bahak. Namun ia tak ingin menuruti permintaan Marsha. Hanya gerakan saja yang ia ubah.
Marsha mendelik. Ia menarik nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya
"Mereka itu... Mantan pacar Chaca sama sepupu Chaca yang tempo hari Chaca ceritain"
"Apa?" Freyan sontak memekik kaget tangan bahkan reflek meremas kencang gundukan itu membuat Marsha pun ikut memekik kaget
"Kak Freyan!!!"
Plak...
Marsha reflek memukul dada Freyan
"Maaf sengaja, eh nggak sengaja maksudnya" ucap Freyan membuat Marsha mendelik sebal "ohh jadi dia itu mantan kamu. Terus, kamu masih cinta sama dia?" Tanya Freyan penuh selidik
"Mau tau aja atau mau tau baget?"
"Ck, judes banget sih"
"Lagian kak Freyan juga kepo banget"
"Memangnya suami salah ya kalau nanya kayak gitu?"
"Nggak tau ah. Pusing"
"Pusing kenapa? Keinget mantan? Belum move on?"
"Kalau iya, kenapa? Masalah? Udah ah, aku ngantuk "
*Nanti dulu tidurnya. Cerita dulu"
"Mau cerita apa lagi sih kak? Kan aku udah ceritain semuanya "
Freyan menggaruk kepalanya sambil nyengir membenarkan apa yang Marsha katakan.
"Ya udah, tidur aja. Mau peluk?" Tawar Freyan sambil memainkan alisnya
"Nggak ada olahraga malam kan?" Marsha menyipitkan matanya membuat Freyan terbahak-bahak sebab ia pernah mengerjai Marsha dengan beralasan mengajak tidur yang berkunjung tidur yang enak-enak
"Nggak kok. Tapi kalau mau, aku siap" ucap Freyan. Marsha memukul Freyan dengan bantal sambil tersenyum geli. Semakin hari sikap Freyan semakin membaik
Ia memang suka bersikap menyebalkan, tapi sikap yang menyebalkan itu justru berhasil menghibur Marsha.Marsha merasa tak nyaman di hatinya setelah pertemuan dengan Christy dan Zeansa, tap kini justru merasa lebih baik. Rasa resah gelisa entah menguap kemana. Marsha pun mendekatkan tubuhnya pada Freyan kemudian melingkarkan tangannya di pinggan suaminya. Di bawah sorot mata Freyan, ia memejamkan matanya. Tak butuh waktu lama terdengar nafas teratur dari hidung Marsha. Marsha sudah terlelap, tapi tidak dengan Freyan. Ia menatap lekat wajah Marsha yang sudah terlelap dengan pulasnya. Freyan merasa perasaannya tidak nyaman. Entah apa alasannya, ia sendiri bingung. Tiba-tiba ia merasa takut. Entah takut atas dasar apa, ia belum mengertikannya.
***********
Di saat Marsha sudah pulas dalam tidurnya, di rumah lain, tampak Christy sedang mengamuk. Melampiaskan kekesalannya dengan melemparkan apa saja yang ada di dekatnya.
"Stop Christy stop! Kamu ngehancurin semua barang di rumah. Kamu pikir mama belinya dengan daun, hah!" Sentak Khatrina kesal saat melihat Christy melemparkan barang-barang yang baru di belinya
"Yang mama pikirin cuman uang dan barang aja. Nggak mikirin perasaan aku kayak gimana. Mama sama aja kayak Zeansa, ngeselin"
"Salah kamu sendiri yang bucin sama dia. Udah tau dia nggak suka sama kau masih aja ngejar-ngejar. Jadi makan tuh cinta"
"Mama kok bilang gitu sih? Mama nggak tau aja, sekarang Marsha udah nikah sama orang kaya. Mana suaminya ganteng lagi. Apa mama rela aka kalah sama perempuan sialan itu?"
"Apa? Apa tadi kamu bilang? Marsha nikah sama orang kaya? Gimana kamu bisa tau? Apa kamu....?"
"Ya, aku ketemuan sama Marsha di acara makan malam tadi. Dan mama tau, dia jadi cantik sekarang. Dia nikah sama orang kaya yang muda dan ganteng. Aku nggak rela kalah sama dia"
Jelas saja Khatrina Shok mendengarnya " kalau gitu, kamu harus buat Zeansa nikahin kamu, secepatnya"
"Gimana caranya?" Tanya Christy bingung sementara sudah beberapa tahun mendekati Zeansa saja, ia tetap tidak bisa mendapatkannya. Bila sebelumnya Christy merasa kebaikan Zeansa karena menyukainya, tapi kini Christy di tampar kenyataan yang sungguh menyakitkan. Zeansa mendekatinya hanya agar mendapatkan informasi mengenai Marsha. Ia membeli rumah itupun karena milik orang tua Marsha. Jelas artinya Zeansa selama ini mendekatinya hanya memenfaatkannya saja.
Khatrina tersenyum licik. Sebuah ide licik Khatrina melintas begitu saja di pikirannya
To be continued.....
_________________Takut_____________
-

KAMU SEDANG MEMBACA
Pembantu Sialan //Fresha
De TodoFreyan di paksa menikah dengan seorang pembantu yang notabene janda anak satu karena mempelai wanitanya kabur membawa mahar yang ia berikan untuknya. awalnya Freyan menolak,tapi sang ibu bersikeras memaksa. Freyan akhirnya terpaksa menikahi pembant...