Anak Kita

1.5K 290 80
                                    

-

-

-

-

-

-

-

Niky-Neyko

Anak Kita
______________________________________

Hai Mek.Ngen. Kont

Freyan terpikir sendrian di ruang UGD. Melihat korban pemilik mobil mengalami luka hingga berdarah-darah membuat Freyan akhirnya membawa pemilik mobil tersebut ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan serius.

"Flora? Itu benar dia kan?" Gumamnya seorang diri di depan ruang UGD

Freyan masih belum bisa mempercayai kalau sosok pemilik mobil yang ia tabrak merupakan Flora, atau di sebut Flora Nadya Putri.  Nama Nadya adalah nama kesayangan Freyan dulu karena ia adalah mantan kekasihnya yang sudah lama menghilang tanpa jejak. Sudah sekian tahun berlalu, tentu Freyan tidak lupa dengan sosok itu. Sosok yang pernah menghadirkan rasa cinta untuk dirinya. Tapi sosok itu pula pernah membuatnya terpuruk tak berdaya.

Flora. Perempuan itu memang bukan cinta pertamanya, tapi ia memiliki kenangan manis dengan perempuan itu. Bila sebelum-sebelumnya Freyan hanya mengalami cinta monyet, maka dengan Flora, ia menemukan arti cinta yang sesungguhnya. Banyak hal yang sudah mereka lalui berdua. Bahkan Flora pula wanita wanita yang pertama yang mengenalkannya pada dosa terindah.

Banyak suka cita yang mereka lalui bersama Flora. Oleh sebab itu, Freyan begitu hancur saat mengetahui Flora menghilang tanpa jejak. Cintanya yang begitu besar membuatnya benar-benar hancur saat kehilangannya. Sejak itu, Freyan menutup pintu hatinya dengan rapat. Dan kalaupun ia menjalani hubungan, maka ia tak pernah menggunakan hati. Hanya sebatas hubungan saling melengkapi dan menghargai. Contohnya dengan Ashel.

Atau pun dengan Marsha yang saat ini, yang menjalani hubungan tanpa hati.?

Entahlah Freyan sendiri bingung dengan perasaannya yang masih abu-abu. Sejujurnya Freyan takut jatuh cinta lagi. Ia takut kehilangan, ia tidak ingin kembali hancur cinta yang kandas seperti dulu. Ia tak ingin kembali terpuruk karena kehilangan cintanya.

Pintu ruangan UGD terbuka. Seorang dokter keluar seraya melepaskan masker yang menutupi sebagian wajahnya.

"Dok, bagaimana keadaan Flora? Apakah kecelakaan tadi berakibat fatal?" Cecer Freyan khawatir

Dokter itu tersenyum" luka di bagian kepala tidak terlalu fatal. Hanya sebuah robekan di bagian pelipis dan sudah berhasil kami tangani. Tapi bagian kaki sepertinya kita harus melakukan X-ray untuk memastikan kondisinya" ujar dokter itu

Freyan menghela nafas berat. Ia tidak mengerti, kenapa harus di pertemukan lagi dengan perempuan masa lalunya itu dengan cara seperti ini. Apalagi saat ini ia sedang merasa tidak baik-baik saja.

"Terimakasih atas bantuannya dok"

Dokter itu mengangguk. Dokter itu juga mengatakan akan melakukan pemeriksaan X-ray dua jam kemudian. Karena Flora sudah sadarkan diri, ia pun meminta ijin untuk menemuinya sebelum menjalani pemeriksaan selanjutnya.

Freyan masuk ke ruang di mana Flora berada. Flora yang melihat keberadaan Freyan pun sontak membelalakkan matanya.

"Freyan? Ini benaran kamu kan? " Ucap Flora

"Hmm..."

"Jadi yang nabrak tadi itu kamu? Aku pikir aku hanya berhalusinasi " ujar Flora seraya terkekeh kecil

Tawa itu. Tawa itu begitu Freyan kenali. Persis sekali tawa yang ada di rumah. Dan tawa yang selalu berhasil membuat hati Freyan tenang dan damai. Tawa yang selalu berhasil membuat Freyan ikut tertawa.

"Kenapa kamu ngeliat aku kayak gitu? Ah, iya, gimana kabar kamu?"

"Aku baik. Sangat baik" sarkas Freyan

Flora tersenyum lirih " maaf. Pasti kamu marah ya sama aku, karena udah pergi tanpa pamitan dulu sama kamu, bukan?"

Freyan terkekeh kecil. Ia duduk dengan kedua tangan terlipat di depan dadanya.

Flora menghembuskan nafas pelan" maafin aku. Bukan maksud aku ninggalin kamu. Aku ... Terpaksa"

"Terpaksa?" Freyan tersenyum remeh. Terpaksa karena apa, pikirnya.

"Beneran. Aku nggak pernah berniat ninggalin kamu. Kamu tau kan kalau aku sayang beget sama kamu. Tapi... Seperti yang kamu tau, orang tua aku nggak suka sama kamu"

"Karena apa? Karena aku orang biasa? Karena aku hanya karyawan bisa, gitu?"

Flora diam. Tapi ia menggaruk pelan

Freyan terkekeh pilu.

Ya, dulu dia memang karyawan biasa. Maklum saja, ia baru bekerja selama satu tahun. Itupun beruntung ia mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah. Dia hanya seorang perintis, bukan pewaris. Jadi bagaimana mungkin ia langsung menduduki jabatan tinggi sementara ia saja bekerja di perusahaan orang lain.

"Maafin aku, Fre" lirih Flora dengan mata berkaca-kaca

"Jadi dimana kamu selama ini? Apa nggak ada sedikitpun niat di hati kamu buat hubungin ? Bukan menghilang gitu aja"

Tiba-tiba Flora terisak. Air mata bercucuran. Freyan memalingkan wajahnya, tak ingin ikut bersedih karena melihat wajah menyedihkan Flora.

"Aku di paksa mama buat nikah dengan orang pengusaha batu bara. Awalnya aku nggak mau, tapi meraka maksa. Bahkan mereka maksa aku buat pidah ke kota sebelah kemudian ke Kalimantan demi ngejauhin kita. Aku bisa apa. Aku hanyalah seorang anak yang harus nurut sama perintah orang tua" ujar Flora seraya terisak-isak

"Aku berusaha ngehubungin kamu, tapi semua alat komunikasi aku di sita. Bahkan mereka ngancam bakalan bunuh anak kita kalau aku berusaha ngehubungin " ujar Flora lagi seraya tersedu.

Mendengar apa yang di ucapkan Flora, sontak membuat mata Freyan terbelalak

"A--apa? Anak kita? Maksud kamu?"

To be continued

Halo mek, 8 part lagi kita ending ya ngentot.

Sehat-sehat deh buat kontol-kontol wadpet, yang selalu dukung author.

Jangan lupa Vote ya anjing. Jangan cuman di liatin dong ngentot, pencet vote dong apa susahnya memek

Pembantu Sialan //FreshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang