Genre: romance, youth, love, enemies
Rolfagez dan Hesvior adalah dua Geng motor yang sudah menjadi musuh sejak lama. Bagaimana jika seorang Gadis tiba-tiba terlibat dan menjadi pemicu berkobar nya api permusuhan antara Michael Januarta (Ketua Rolfag...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari sabtu sore ini dua bus besar berjejer rapi di tempat parkir Champion High School. Keberangkatan untuk kegiatan Champion Healing dijadwalkan hari ini yang nanti nya akan diadakan selama beberapa hari. Untuk kegiatan ini diperbolehkan membawa kendaraan pribadi, namun masih ada beberapa siswa yang tidak di izinkan membawa, sehingga sekolah menyiapkan dua bus besar itu.
Baru turun dari mobil nya. Michael berlarian kecil mendekati teman-teman nya yang sedang berkumpul. Mendapati Kayla ada di dekat Reynand tanpa pikir panjang dia langsung bertanya kepada Kayla. "Cey dimana?"
"Yaelah anjir...baru nyampe udah nanyain Cey aja" Gevano yang sedang bermain game online bersama Kenzo langsung menggerutu sebal. "Pacar bukan..." lalu dia terkekeh pelan
Michael kesal tapi dia malas bertengkar dengan Gevano. Malas sekali. Sangat malas. "Belum dateng ya?"
Kayla menunjuk salah satu bus dengan isyarat matanya. "Cey nolak pergi bareng kita---tepat nya gamau bareng lo sih. Katanya dia pake bus aja" mereka memang membawa tiga mobil. Rencana nya tadi mobil pertama di isi oleh Reynand dan Kayla tanpa pengganggu, mobil kedua di isi Kenzo dan Gevano serta barang-barang mereka yang memenuhi seisi mobil, terakhir rencana nya Michael dan Cesie tapi semua hancur karena Cesie menolak di hari-H
"Kenapa kalian biarin?! Gue cari Cey dulu!" Michael meninggalkan teman-teman nya lalu masuk kedalam salah satu bus yang Kayla tunjuk. Dia mencari Gadis itu dengan sangat hati-hati, hingga matanya menangkap gadis berkepang dua di kursi paling pojok belakang sedang menyandarkan kepala dengan kedua telinga disumpal oleh earphone berwarna abu-abu
Michael menempatkan dirinya tepat disamping Cesie dan memperhatikan wajah Cesie dari samping. Bibir nya menyunggingkan senyuman tipis dengan salah satu tangan nya melepas satu earphone yang Cesie pakai. Gadis itu membuka mata nya dengan ekspresi terkejut yang sangat menggemaskan.
"Mika---ngapain?"
"Kenapa gamau sama gue?"
"Ga--gapapa. Gue mau disini"
"Lo marah sama gue?"
"Enggak!"
"Kenapa gamau?"
Cesie menghela pelan sambil melepas salah satu earphone nya lagi. "Gue gamau lo ikut kena masalah gue Mika" ungkap nya jujur. "Gue banyak banget masalah, gue gamau lo jadi ikut-ikutan"
"Kalau gue mau deket lo terus gimana? Gue mau terima masalah itu apapun itu asal di deket lo" Michael menatap lama kedua mata itu. "Gue mau jagain lo Cey"
Cesie sempat menunduk kala Michael mengusap pipi nya. Namun Michael langsung menaikkan dagu nya dengan pelan. "Pergi sama gue ya?"
"Gue selalu nyusahin semua orang Mika. Nanti lo kena bahaya karena gue" suara nya parau. Sejujurnya Cesie memang agak diam sejak kejadian Ethan hari itu. Dia dihantui rasa bersalah dan ketakutan yang mendalam. Awalnya dia tidak ingin ikut tapi demi Kayla yang hanya dekat dengan dia, Cesie memilih untuk ikut walau dia menolak pergi bersama dengan Michael. "Gue gapapa disini aja"
"Gue gak masalah disusahin sama lo---asal itu lo Cey! Mau gue mati sekalipun karena lo---"
"MIKA!" pekik Cesie marah. Gadis itu menempelkan jari telunjuk nya yang gemetar tepat di bibir Michael. "Tolong jangan bicara gitu...gue bukan siapa-siapa yang pantes lo jaga"
Michael meraih tangan Cesie lalu mengecup punggung tangan nya. "Lo orang yang penting di hidup gue Cey. Gue suka sama lo. Gue sayang banget sama lo. Jadi stop nyuruh gue ngejauh"
Cesie memandangi wajah itu cukup lama. Ucapan itu keluar begitu saja dari mulut Michael. Cesie bingung ingin bereaksi seperti apa namun dada nya sedikit berdebar-debar, apakah itu sebuah pernyataan cinta.
"Mi---mika bilang apa?"
"Gue suka sama lo" disaat Cesie terpaku, Michael menarik tangan gadis itu lalu menyampirkan tas yang Cesie bawa di salah satu bahu nya. Seiring menarik Cesie keluar dari bus, Michael melirik Cesie yang masih saja diam. "Gue rasa lo juga tau kenapa gue selama ini peduli banget sama lo. Keliatan ya? Gue mau ngomong tapi gue gamau nyinggung lo setelah masalah sama mantan lo itu"
Michael tersenyum lebar sambil menggenggam erat tangan Cesie menuju mobil nya yang terparkir di depan sana. "Gapapa enggak dijawab sekarang. Gue siap nunggu sampai kapan pun itu. Jadi jangan canggung sama gue oke?"
Cesie menunduk malu. Tadi nya ia ingin menangis tapi mendengar itu dia jadi cemas kenapa debaran jantung nya semakin tak terkendali. Ditambah lagi Michael menggenggam jemari nya secara terang-terangan sehingga dia dapat mendengar teman-teman Michael menyoraki mereka dari ujung sana.
"Mika malu..." ungkap nya jujur
"Malu?" Michael menolehkan kepala nya ke arah belakang dimana teman-teman nya berteriak kencang lalu memberi pelototan tajam nya. Seketika semua suara menjadi hening. Michael pun menarik Cesie ke dekapan nya dan merangkul Cesie agar dia tidak ditatap aneh-aneh oleh orang lain. "Gue tutupin, gak ada yang liat" dia bercanda menutup kedua mata Cesie dengan telapak tangan nya
"Sebenarnya gapapa sih, kan bentar lagi pacaran" kata Michael pede mampus
"Mika!"
"Apa sayang?"
"Gue cubit nih!"
Michael terkekeh lalu menunjuk bibir nya. "Jangan cubit. Cium aja"
"MICHAEL!"
[le mien]
"Gue gamau gugurin" dengan penampilan pucat dan mata membengkak entah sudah menangis sejak kapan, Zalea menunjukkan bukti transfer uang kedalam rekening bank Jeremy. "Nyokap sama Bokap gak tau gue transfer balik uang-uang ini. Tapi gue mohon pikirin sekali lagi Jeremy. Ini anak lo juga"
Jeremy yang sedang merokok seolah tak peduli dengan gadis itu. "Jadi lo mau gimana? Lo tau kan gue gak di izinin nikah sama lo. Nyokap sama Bokap gue gak setuju"
Air mata Zalea luruh kembali di iringi kepalan kedua tangan nya. "Gak setuju---gue bingung gak setuju kenapa? Gue hamil Anak lo Jeremy. Kenapa Orang tua lo bersikap---"
"Orang tua gue gak salah" Jeremy mematikan rokok nya dan menaruh nya di wadah asbak. "Menantu ideal mereka cuma Cey, gak ada yang lain"
Hati Zalea sangat sakit. Dia mengusap pelan perut nya. Hari ini dan detik ini dia mengakui bahwa ia menyesal melakukan semua hal bodoh ini. Dia kehilangan segala nya, teman baik seperti Cesie, pasangan yang menyayangi dia seperti Ethan, Orang tua nya bahkan malu mengakui dia Anak nya.
"Jadi gimana Jere? Gue gak tau mau hidup gimana lagi..." dia mencengkram rambut nya frustasi
"Kan gue udah ngasih penawaran itu, gugurin di luar negeri dan hidup lo aman. Tapi lo gamau---mau nyalahin siapa?" Jeremy terkekeh lalu mengambil bukti transfer uang ratusan juta yang Zalea berikan. Dia melihat nya sebentar lalu merobek nya. "Harusnya lo simpen aja karena gue gak butuh duit sekecil itu"
Zalea menyeka air mata nya. "Gue mau pulang"
"Silahkan"
Zalea menyunggingkan senyum penuh kekecewaan. "Lo mau berharap apalagi sama Cey hm? Mau berharap Cey balik sama lo? Jangan mimpi Jeremy, dia udah ada Mika yang jauh lebih baik dari lo dan lo---" dia menunjuk wajah Jeremy dengan sangat menantang. "---lo cowok terbrengsek bahkan gak pantes buat cewek sebaik Cesie"
Jeremy menggeram marah dengan mata mengikuti Zalea yang keluar dari cafe. Jemari nya mencari sebuah nomor lalu menekan panggilan. Dia mendekatkan ponsel nya ke telinga sambil berdiri ke jendela kaca untuk melihat Zalea yang sudah masuk kedalam mobil nya. "Tuh cewek udah keluar dari cafe. Habisi dia malam ini tanpa ninggalin jejak apapun. Ngerti?"