EMPAT TUJUH⚔

150 18 1
                                    

Ina duduk seraya membaca buku di atas ranjangnya. Dia menatap ke arah pintu kamar dalam diam. Tak berapa lama Vera membuka pintu. Mereka bertatapan selama dua detik, tetapi akhirnya saling membuang muka. Vera duduk di depan meja riasnya. Dia menyisir rambutnya secara perlahan sambil sesekali melirik Ina.

"Memang, kalau latar belakang jelek... mau berusaha menutupi pun tetap saja bakal ketahuan sifat aslinya," ucap Vera berniat menyindir Ina dengan rumor yang dia ciptakan.

Ina hanya meliriknya sekilas, namun dia tidak terpancing sama sekali. Melihat respon Ina yang pasif malah membuat Vera semakin menggebu-gebu.

"Apa kamu tidak mendengar berita  menarik belakangan ini?" tanya Vera pada Ina.

"Cerita buatan seperti itu tidak layak  disebut berita," balas Ina santai tanpa mengalihkan pandangan dari bukunya.

Vera cemberut masam. "Lihat, itu membuktikan kalau hal-hal tentangmu benar!" tukasnya.

"Atas dasar apa kamu membenarkan kabar yang tidak jelas asalnya?" Ina mendesah pelan.

"Itu... itu kan memang kenyataannya! Selama satu tahun lebih Aku menjadi teman sekamarmu dan Aku tahu jelas  sifatnya yang sebenarnya," jelas Vera.

"Tahu tentangku? Kamu yakin?" Ina menjeda beberapa detik. "Kita bahkan tidak pernah mengobrol sama sekali. Kamu juga tidak suka padaku."

"Ya tapi kan Aku juga bisa menilai sikapmu walau kita jarang berkomunikasi," enak Vera.

Ina meletakkan bukunya ke samping. Dia menatap Vera dengan raut muka bosan. "Aku bertanya-tanya kenapa kamu berbuat sesuatu yang kekanak-kanakan seperti itu."

"H-ha?" Entah mengapa kini Vera merasa gugup.

"Aku tidak peduli jika kamu melakukannya atas inisiatif sendiri atau karena perintah orang lain, tapi semakin lama perilakumu semakin menggangguku."

"Aku tidak mengerti apa maksudmu," Jari-jari Vera gemetar karena tegang.

"Rumor itu, kamu yang membuatnya bukan?" ucap Ina langsung.

Sejak kapan dia tahu?

Vera berfikir bahwa dia sudah bertindak dengan hati-hati. Dia yakin Ina tidak akan menyadarinya. Hanya saja, dia tidak tahu bahwa Ina sudah mengetahuinya sejak awal. Dan selama ini dialah yang berputar-putar dalam sangkar yang Ina buat.

"Apa sekarang kamu menuduhku?" timpal Vera tidak terima.

"Lalu mengapa kamu begitu gelisah?"

"Kalau begitu, berikan buktinya kalau Aku pelakunya!"

(Hening)

"Ahahahaha..." Ina tertawa terbahak-bahak seraya mengusap sudut matanya.

"Kenapa? tidak berani?" tantang Vera.

Ina berjalan ke arah lemari. Dia mengambil beberapa pakaian hingga membuat isi lemari sedikit berantakan.

"Apa yang kamu-"

Ina memotong ucapan Vera, "Gaun ini kamu pakai saat mengikutiku ke pusat pertokoan tanggal 12." Ina mengangkat gaun berwarna kuning di tanganya.

"Apa?" Vera seketika tercengang.

"Kamu memakai kaos ini saat mengikutiku ke taman kota tanggal 15, memakai baju ini saat ke galeri seni tanggal 19, memakai kemeja ini saat ke Cafe di jalan Charmant tanggal 21 dan apa perlu Aku mengatakan lebih banyak lagi?"

Walau sangat terkejut dengan pernyataan Ina, Vera berusaha menjaga ekspresi sealami mungkin. "Kamu kira itu bisa membuktikan bahwa Aku telah menuduhmu? Konyol!"

SereinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang