Where are you?

4.3K 114 2
                                    

       Setengah botol whiskey cukup membuat kepalanya berat, hingga dia tersadar saat siang sudah hampir mendekati fajar. Celana, kemeja yang kusut dan kancing atasnya dibiarkan terbuka berwarna dark bown itu masih menempel pada tubuh berototnya dan meninggalkan rasa panas disana. Dia menjambak rambut bagian depan kepalanya, menyadarkan dirinya untuk beberapa saat sebelum dia sanggup untuk membangunkan tubuhnya. Tangannya sibuk mencari-cari telfon diantara lipatan selimut yang dingin karena diterpa air conditioner, telunjuknya langsung tertuju pada pesan masuk yang dikirim empat jam yang lalu. Sedikit kecewa, ternyata itu bukan pesan yang dia harapkan dari wanita yang ditunggu-tunggunya. Hanya pesan dan lima panggilan tak terjawab dari kantor yang menanyakan ketidak hadirannya hari ini.

Dia berniat untuk kembali menelfon Bella, namun dia urungkan dan melempar handphone itu pada kasur yang tak Berdosa.

Sesibuk itu setiap lo pergi! Gue cuma pengen cerita, but now what. Lo bahkan gak perduli!

Langkahnya langsung tertuju pada pintu kamar mandi, segala pakaian dilepaskannya seraya berpikir dia bahkan tidak tahu apa yang akan dilakukannya pada hari libur seenaknya ini. Orang yang ingin ditemuinya pun tak kunjung menjawab pesannya sama sekali. "Cepat atau lambat vin, lo akan ungkapkan semuanya!" Kata-kata Cindy masih berputar dalam kepalanya hingga membuat jari-jemarinya menjambak kepalanya semakin kuat. Yang memikirkan hal aneh yang terasa menghantamnya. Rasanya sesak, seperti ada seseorang yang sedang menindihnya. It's sickening!!!  Sentak hatinya yang mengira-ngira apa yang Bella lakukan disana, apakah Aaron tidak busa meninggalkannya sehingga dia tidak bisa menemuinya. Apa yang gadis itu lakukan dan berapa banyak sentuhan yang mereka lewatkan, hingga semakin lama pikiran itu menakutinya. I'm not supposed to be so cruel! Kenapa gue bisa berfikiran seburuk itu. Bukan hal yang aneh jika sepasang kekasih tidur barsama, kan?

      Navin sadar betul apa yang dia pikiran, dia menyalahkan segala pikiran-pikiran negative yang menyiksa dirinya yang tidak seharusnya berprasangka seburuk itu pada Bella. Walaupun kebenarannya dia tahu, Bella sering menghabiskan banyak waktu dengan Aaron. Menginap berhari-hari di apartment pria itu sudah menjadi hal yang sering Navin dengar, bahkan Bella tanpa ragu-ragu menceritakan hal apa saja yang dia lakukan di kamar Aaron. Ciuman, sentuhan, bahkan dengan bebasnya menceritakan ukuran Aaron.

"Hmh, kenapa ganteng? Lo lapar, belum makan ya telfon gue?" Alma menjawab telfon Navin dengan kedua tangan yang sibuk menguncir rambut-rambut lembut puterinya. "Lo lagi dimana, ma? si Bellek sama loe gak?"

"Gue di rumah lah, urus anak. Gak tuh, paling juga ditempat Aaron."
"Gue telfon dari semalam gak aktif handphonenya."
"Ya iya, gak salah lagi! Kemari cerita ke gue katanya Aaron ajak dinner, jadi mungkin abis makan nginap disana. Tapi ya, tahu sendiri kalau sudah pergi sama Aaron suka lupa waktu. Kenapa memang?"
"Huh, bukan apa-apa. Lagi galau saja."
"What, galau?!! Jangan bilang lo putus lagi, ya?"
"Hehe, emangnya gue segampang itu ditebak ya? Setiap kali gue bilang galau pasti pada nyangkanya gue putus cinta."
"But that's true, right? Lo gak bisa gitu pacaran yang awet!? Ctk ctk ctk."
"Ok, terserah. Sebelum lo ceramahin gue mending gue matiin telfonnya ya, bye. Thanks nenek!"
"Ya, bye!"

Navin masih seperti orang dungu, dia tidak tahu hendak berbuat apa karena merasa sangat kebosanan. Dia bergegas berpakaian dan meraih kunci mobil dan dompetnya di atas meja, jalan-jalan keluar mungkin akan membuatnya tidak merasa suntuk berada di dalam apartment. Nada-nada Carrie Underwood dia putar dan dibiarkan menemani perjalanannya.

Tiba di tempat tujuan dia memarkirkan mobilnya di depan toko, memanggil pelayan dan memesan kopi hitam dan Shisha. Dia menghirup shisha nya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan tenang hingga telfonnya yang berada dalam mode getar mengganggu pinggulnya. Saat melihat nama yang tidak asing dilayar telfonnya, tidak memakan waktu lama untuk dia menjawabnya. "Hallo sayang, bagimana kabarnya?" Suara lembut yang menggoda itu adalah wanita yang pernah menjadi kekasihnya.

Villain In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang