Birthday

1.1K 46 0
                                    

     Bella sedang menunggu-nunggu hari ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, ia selalu menantikannya selama enam belas tahun. Ia bersiap untuk mengunjungi toko bunga seperti biasa, untuk mendapatkan beberapa ikat mawar putih.

Tanda sekolah sudah usai terus saja mengiang. Dengan tergesa-gesa, karna tak ingin didahului oleh kakaknya, ia berlari dengan mulut tas yang masih terbuka.

"Kalian pasti pernah dengar soal rumornya kan?" Saat ia melintas, mereka membisikan kata itu, membicarakan rumor yang selama ini beredar ditengah keluarganya. "Ya, aku sudah mendengarnya. She's the jinxed one!" Satu dari mereka bahkan merasa tidak perlu repot-repot untuk berbisik. "Jangan terlalu keras, nanti dia mendengar!" Bisik salah satu dari mereka. "Biarkan saja, biar dia tahu, bahwa kehadirannya memang sangat mengganggu. Bahkan bisa dibilang tidak dibutuhkan! Sungguh disayangkan, Tristan punya adik seperti dia. Memang cantik sih, tapi kalau pembawa sial, untuk apa?!" Ketus salah satu dari mereka, yang berdiri tegak sambil menyilangkan tangan, membuat ia yakin bahwa gadis ketus itu adalah pentolan di kelompoknya, dan pastinya, salah satu penggemar Tristan pula.

"Bicara soal Tristan, bukankah hari ini, hari ulang tahun mereka? I mean, Tristan?"
"Oh iya. Duh, bagaimana gue bisa lupa, gue kan seharusnya kasih kado yang sudah gue persiapkan semalaman."Histeris, saat temannya memberitahukan hari jadi Tristan.

How stupid they are!
Membuat telingaku sakit, setiap kali mendengar ocehan bodohnya!

Termakan rumor menyedihkan, yang selama ini telah menghipnotis mereka menjadi sosok yang menyedihkan!

Pathetic. No, more like; tragic!

Ia berjalan dengan santainya, tanpa melirik, namun memasang senyuman tipis dan terasa dingin saat melewati gadis-gadis itu.
"Is she?"
"Hey, dia senyum-senyum merendahkan kita tuh!" Protes gadis berambut pendek itu, saat melihat adik Tristan melalui mereka dengan senyum yang seakan meremehkan. "Ya sudahlah, biarkan saja. Lebih baik kita cari Tristan." Gadis itu pun berlari tunggang langgang menuju kelasnya, ia yakin, pasti untuk mengambil kado yang ia bangga-banggakan baru saja.

"Ah... finally, ice cream. Mendengar ocehan gadis-gadis itu membuatku ingin menggigit ice cream." Ia membuka bungkusan ice cream itu dengan cepatnya, dan saat mulutnya sudah terbuka lebar, tangan besar sang kakak begitu terasa kuat mencengkramnya. "Found ya! Sudah aku tebak, kamu pasti ke sini untuk membeli ice cream."
    "Gotta problem with that?!" Ia menangkis tangan Tristan, dan mulai menggigit ice creamnya. "Tsk! Sebentar lagi musim hujan, jangan kebanyakan makan ice cream, kamu bahkan gak bawa jacket, kan?"

"Nah!"
"Ctk, sudah, yuk jalan." Mereka berniat untuk mengambil sepeda yang diparkir disamping gedung sekolah, dan rupanya sudah banyak gadis-gadis yang sedang mengerumuni sepeda Tristan.

"Hi Tristan, selamat ulang tahun. Aku mau kasih ini."
"Hell no! Gue yang dari tadi disini, jadi gue yang akan kasih kado ke Tristan lebih dulu." Gadis yang mencibirnya di depan kelas itu pun masih saja bersikap sok dan menjengkelkan. "Tristan, aku buatkan kue untuk kamu. Cobain deh, pasti kamu suka." Dengan centil dan sok manis, ia mengedipkan matanya beberapa kali.

Ugh, that girl.
I think i wanna throw up!

Melihat sikapnya yang sok manis dihadapan kakaknya, membuat ia geli, dan merasa mual ingin muntah.
"Buat gue?" Tristan terus menatap bungkusan yang digenggam oleh gadis itu. "Ehm, i-iya, ini buat kamu, sebagai hadiah ulang tahun." Katanya malu-malu.

"Tristan, hurry up- just take it already! Nanti kita telat, mama sudah menunggu tahu!" Protesnya pada sang kakak, membuat para gadis itu kesal karna adiknya tak sabaran menunggu. "Apa dia baru saja bilang, mama?" Salah satu dari mereka berbisik. "Iya, gue juga dengar."

Villain In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang