He's annoying!

2.2K 91 1
                                    

Navin dan keluarganya sudah memenuhi meja makan untuk sarapan. Kepala keluarga yang sedang menyantap roti dengan wajah tertutup koran yang sedang dia baca, ibunya yang sibuk menuangkan susu segar pada masing-masing gelas. Tak lupa si bungsu yang terlihat asyik sendiri memainkan PSP dengan mulut yang masih menggigit roti. "Pagi-pagi sudah melamun!" Reza membuyarkan lamunan Navin, namun pria itu terlalu malas untuk menjawabnya.

Febi yang merasa terganggu melihat sikap Navin yang janggal pun menyenggol lengan anak bungsunya. "Kakak kamu kenapa Win?" Tanyanya yang mendekatkan mulutnya pada telinga Narwin.
"Gak tahu, lagi berantem kayaknya sama kak Bella." Febi mengangguk-anggukan kepalanya seraya menatap Navin lagi. "Hey kak?" Sapanya hati-hati.

"Aku berangkat dulu."
"Hey mama belum," Mulutnya terkatup karna Narwin menarik lengannya. "Awin, kamu kenapa sih? Gak kasihan apa lihat kakak kamu?"

"Sudah ma, biarkan saja. Jangan kepo deh!" Jawab Narwin sepele. "Tapi kan mama khawatir sama kakak kamu! Kepo apa lagi? Mama lupa." Tanya Febi yang terlihat mengerutkan kening dalam. "Mau tahu urusan orang, itu kerjaan mama."
"Mau tidak mama urusi lagi?" Tanya ibunya menyudutkan. "Ini masih pagi ma, minum kopi dulu biar agak sehat." Jawab si bungsu yang menunjuk cangkir kopi ibunya dengan dagu. "Oh, iya."

"Narwin, kamu juga cepat sarapannya. Nanti telat."
"Iya pa, ini sudah kok. Aku berangkat ya ma, pa." Pamitnya yang mencium tangan ibu dan ayahnya.

   Begitu melihat wajah kedua temannya tak jauh dari rumah, Narwin kontan berlari menyusul mereka untuk pergi sekolah bersama. "Gue pikir hari ini lo bawa motor win, makanya gak gue susul ke rumah." Sapa temannya. "Kotor, belum gue cuci." Jawabnya yang perhatiannya teralihkan berkat Rio yang menepuk pundaknya.

"Itu bukannya Mika ya?" Tanya Rio menunjuk ke arah gadis yang sedang berjalan tak jauh di hadapan mereka. Walaupun jaraknya tidak begitu dekat dan terhalang oleh orang yang berlalu-lalang, Narwin begitu mengenali gadis yang disukai olehnya.
"Iya tuh Win, sudah sana!" Pungkas Dani seraya mendorong punggung Narwin yang mendadak sekaku kayu. "Gengsi ah!"
"Kalau gak mau berangkat bareng, gue nih yang maju!" Ancam Rio. "Yo, lo macam-macam sama Mika, gue gak jadi ikut klub tenis nih!" Pungkas Narwin balas mengancam. "Bercanda kali Win!" Katanya yang mengacak-acak rambut Narwin dan kembali mendorong sahabatnya agar menyusul Mika.

"Ehm, pa- pagi Mika." Gadis berambut hitam sebahu itu kontan membalikan badan. "Eh, um, pagi Win."
"Aku baru kali ini lihat kamu jalan ke sekolah, kamu gak dianterin hari ini?" Tanya Narwin diiringi suara berisik hatinya yang terdengar begitu lantang bagi telinganya. "Tadi sih di anterin."

"Tadi?"
"Iya, tapi setelah ikut anterin mama kerja ban mobilnya kempes. Karena gak bawa ban cadangan, jadinya jalan deh."
"Oh, begitu."

Tenang Win, tenang!

"Ke sekolah bareng, keberatan gak?"
"Ini, bukannya lagi bareng ya?" Tanyanya malu yang membuat hati Narwin semakin merusuh. "Iya ya, ya sudah. Lanjut lagi." Pungkas Narwin yang memamerkan senyuman canggung dan melanjutkan langkahnya diiringi oleh Mima.

"Makasih ya, sampai kelas segala." Ucap Mika begitu mereka tiba di hadapan kelasnya. "Iya, gak apa-apa kok. Um, mika." Narwin menghentikan langkah Mika di hadapan pintu. "Iya?"

"Pulang sekolah, bareng lagi, keberatan gak?"
"Ya."
"Serius?"
"Iya!"
"Ya sudah, kalau begitu nanti aku tunggu di gerbang ya?"
"Iya, boleh."

    Jantungnya terlampau kuat debarannya, perasaan berbunga-bunga pun kepalang membuatnya terbang hingga tak sadar senyum-senyum sendiri saat menuruni anak tangga. Tiba di dalam kelasnya, dia sudah disuguhkan senyuman menjengkelkan Rio dan Dani. "Cie, sukses besar!" Pungkas Rio menggoda. "Istirahat traktiran nih kayaknya yo!"

Villain In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang