You Kissed This Beast

1.5K 59 2
                                    

      Bella menatapnya, saat menjabat tangan pria itu dengan erat. Ia mengumpulkan segenap keberaniannya, takkan sudi ia menunjukan sikap ataupun tatapan yang lemah.

Dengan gagah beraninya ia mengangkat dagu lancipnya, hingga menunjukan leher jenjangnya. Ratu takkan sudi menundukan kepalanya, lalu membiarkan mahkotanya terjatuh sia-sia.
Navin terkejut akan sikap yang Bella tunjukan, wanita itu begitu kokoh. Keberanian yang bersinar di mata Bella. Dagu yang menunjukan leher indah nan jenjang itu, betapa anggun sikap yang Bella tunjukkan. Lemah, dan gemulai. Bagaikan sang putri yang sedang menyapa musuh terbesar bagi kerajaannya. Bagaikan bangsawan yang sedang mempertontonkan kekuasaan.

Namun jauh dari dalam hatinya, Navin mampu melihat dan menebak. Bahwa sikap yang sedang Bella tunjukan, adalah palsu. Dan semata-mata hanya untuk terlihat kuat dihadapan Aaron.

     Bella tidak melihat keberadaan Emi ataupun kerabat Aaron yang lain. Pria itu hanya menghampiri Navin dan dirinya seorang diri. Ia bertanya-tanya, haruskah ia mencari wanita paruhbaya yang gila berbisnis itu, hanya untuk bersalaman dengannya? Oh, terserah lah! Ia tetap akan melakukannya, saat ia punya kesempatan bertemu dengan mantan calon ibu mertuanya itu.
"Hay girls! Gimana kalau kalian bantuin gue ganti baju. Gue gak bisa kalau pakai sendiri, sudah terasa lengket penuh keringat. Bantuin yuk?" Ajakan dari Joan mengikis ketegangan bagi mereka semua. "Sure!" Jawab Natly seketika, yang juga merasa bahwa itu adalah hal yang cukup bagus.

"Um, lo sama Natly dan Bella saja ya Jo. Gue di sini, biar Lily sama gue Bell." Pungkas Alma seakan berusaha menyelamatkan sahabatnya. "Okay, tolong jagain Lily ya." Bella menyerahkan adiknya pada Alma.

"Ini Lily? Lily adik kamu?" Tanya Aaron dengan mata yang sedikit membesar. "Ya." Jawab Bella datar. "Oh, halo Lily. Come, kenalan sama kakak yuk?" Bujuk Aaron yang berlutut, mengintip wajah Lily yang malu-malu. Namun mata bulat gadis itu sedikit menyipit seakan memiliki arti, 'jangan dekat-dekat denganku orang asing!'
"Sorry, tapi Lily sedikit bermasalah jika bertemu dengan orang baru. Terlebih lagi, pada orang yang asing baginya." Bella sangat bermaksud dengan kata asing itu. Hingga ia yakin, Aaron pun mampu membacanya dengan mudah. Monster sepertimu, tidak diijinkan untuk menyentuh Lily! I will not allow it! Tambah batinnya murka.

"Apakah itu larangan, ataukah semacam aturan? Aku hanya ingin mengenalnya saja." Tanya Aaron yang seakan kecewa. "Hanya memberitahu saja."
"Ok guys, enough chit chat! Yuk Bell, Nat, antar gue ganti baju." Ajak Joan lagi yang memecah suasana dingin di antara Bella dan Aaron. "Um, lo berdua saja sama Bella ya. Gue di sini sama Alma, sekalian temani Lily." Pungkas Natly dengan senyuman meyakinkan. "Oh, okay. C'mon Bell!"

"Well. Gimana kalau kita minum beberapa gelas wiski di sana. Sekalian melepas rindu dengan Aaron?" Navin mengajak para pria untuk berkumpul bersama. "Sounds fun!" Aaron menyetujui tawaran si tuan rumah dengan senang hati. "What are you waitin' for? Now, let's go jerk!" Pungkas Navin pada Chris seraya menarik tangannya gemas. "Do not yelling at me!" Chris balas meneriaki Navin.

Joan diam saja, seakan-akan wanita itu membeku dalam kedipan mata. Bella bertanya sendiri, apa yang terjadi pada wanita itu, mengapa tiba-tiba diam membisu. "Jo, lo kenapa? Katanya mau ganti baju?" Tanya Bella keheranan melihat sikap yang Joan tunjukan.

"Ke luar dari kamar gue!" Tentu saja ucapan Joan memeranjat Bella. Ia mengajaknya masuk ke dalam kamar dan meminta Bella untuk menolongnya berganti pakaian, namun setelah mereka tiba di kamar, Joan malah mengusirnya. "Maksudnya, apa?" Tanya Bella makin bingung lagi.
"Gue cuma mau lo ke luar dari kamar gue, itu saja." Jawab Joan masih saja membelakangi Bella. "Well, oke. Kalau itu mau lo, gue akan keluar. Tapi sungguh, sikap dan ucapan lo itu adalah tanda tanya besar bagi gue." Ujar Bella yang enggan menyembunyikannya.

Villain In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang