Better give up

1.4K 58 0
                                    

"Dia jadikan gue tunangan pun, itu tanpa sepengetahuan keluarganya. Mamanya Aaron sudah meminta menantu. Sebelum liburan, Aaron sempat mengobrol serius sama Regi. Saat itu dia bilang belum siap untuk menikah, kemudian gak lama nyokapnya telfon. Memang tidak menanyakan apa-apa, ataupun meminta Aaron untuk segera menikahi gue secara langsung! Namun setelah itu, dia pikirkan dengan matang. Dan karena itulah dia menjadikan gue sebagai tunangan. Karena dia pun belum ada niat untuk menikah. Tapi—" Bella menggantungkan ucapannya. "Tapi?" Tanya Alma menanti-nanti.

"Setelah keluarganya tahu, bahwa ternyata diam-diam Aaron melingkarkan cincin di jari gue. Mamanya langsung pulang dan undang gue untuk membahas soal itu. Gue gak ngerti!"
"Gak ngerti gimana? Sudah jelas kan, kalau ternyata Aaron itu mau nikahin lo."
"Bukan itu!" Bantah Bella saat itu juga yang membuat kerutan di kening Alma kian mendalam. "Terus?"

"Nyokapnya minta menantu. Aaron bilang belum siap, dan akhirnya dia putuskan untuk tunangan dulu. Lalu tiba-tiba setelah mamanya mendengar masalah kita tunangan, kenapa secara tiba-tiba pula dia mau ajak gue untuk menikah? Dia mau nikahin gue karena keinginan mamanya, gitu?! Kalau dia memang belum siap, ya. Kenapa gak bilang nanti saja? Jujur, gue juga gak ada pikiran sama sekali untuk menikah. Apalagi dalam waktu dekat!" Tanya Bella yang mengacak-acak rambutnya yang diikat tak beraturan itu. "Bell. Ya, mungkin awalnya dia memang belum siap, karena itulah dia memutuskan untuk tunangan terlebih dahulu. Dia jadikan lo tunangan, tandanya suatu saat dia ingin mewujudkan niatnya untuk menikahi lo itu jadi nyata. Dan berhubung nyokapnya sudah tahu, dan memang pada dasarnya dia juga sudah menginginkan sosok menantu, makanya Aaron pikirkan secara matang, untuk menikahi lo. Bukan berarti karena desakan ataupun kemauan nyokapnya!" Jawab Alma penuh keyakinan.
"Tunggu! Kenapa lo jadi jawab dan kasih masukan?!" Tanya Bella baru sadar. "Gue kan cuma minta lo untuk mendengarkan saja!" Sambungnya. "Habis lo bego! Kalau gue diam, lo bakal gini terus kayak orang idiot!" Hardik Alma yang didiamkan oleh Bella.

"Then, lo jawab apa?" Tanya Alma yang melihat Bella masih diam saja, dan hanya melempar tatapan bodoh padanya. Dilihat dari sorot matanya, Alma sudah yakin bahwa Bella belum memberi jawaban yang pasti, atas lamaran dari Aaron. "Lo sama sekali gak jawab apapun? Cuma diam saja seperti ini?" Tambah Alma menuding.
"Gue! Cuma bilang kalau gue butuh waktu." Jawabnya malas. "Dan, lo sudah tahu. Jawaban apa yang akan lo berikan?" Mata Alma menyelidik seakan sedang mencari jawabannya sendiri. "I don't even know, yet! Gue gak bisa berpikir secara waras. Besides—" Bella menjatuhkan pandangannya lemah.

Apa keraguan yang membuat gue bingung sendiri?

"Kenapa? Lo mau kan, nikah sama Aaron? Alasan lo terima tunangan Aaron, itu karena lo juga sadar. Kalau suatu saat status kalian akan berjalan lebih lanjut. Dan alasan lo terima dia, itu karena lo juga berharap kan, Aaron menjadi suami lo kelak?" Tanya Alma bersikap seakan dia adalah ibu Bella yang sedang menanyakan keyakinannya atas calon suaminya.

Who knows! I do love him. But, the thing is...

"Bell? Bell- Bella!" Sapa Alma yang mengguncang bahu Bella cukup kuat karena dia kunjung kembali pada kenyataan juga "Oh, sorry. Kenapa?"
"Lo kenapa sih?" Tanya Alma semakin memprihatinkan keadaan jiwa Bella. "Gue sendiri gak tahu, gue ini kenapa. Sudah lah, nanti lagi curhatnya. Gue sudah mulai gak mood." Dusta Bella berusaha menyelamatkan diri. "Gue gak ngerti apa yang terjadi sama lo. Apa yang lo rasakan, apa yang membuat lo bingung. Tapi gue cuma bisa dukung apapun keputusan lo nantinya, gue harap itu keputusan yang terbaik. Karena gue gak suka lihat lo kayak orang linglung seperti ini. Gue lebih senang lihat lo kayak orang gila, daripada kayak orang bego begini!" Ujar Alma seraya menepuk-nepuk punggung Bella pelan. "Lo bilang tadi, 'keputusan yang baik'?" Tanya Bella tidak yakin.

"I- iya. Kenapa?" Jawab Alma tak yakin. "Baik, untuk keduanya atau baik untuk ke satu pihak?" Tanyanya dengan sorot meminta kebenaran atas jawaban Alma. "Kalau lo sebingung itu. Coba tanya hati lo sendiri, pikirkan baik-baik dan cari jawabannya. Kalau menurut lo, itu adalah yang terbaik. Maka pilih! Di sini kalian yang menjalani, dan kalian pula yang tahu sendiri, jalan dan keputusan mana yang tepat. Karena pernikahan, itu diputuskan karena adanya komitmen, kesiapan dan keyakinan. Bukan keresahan apalagi kebimbangan." Jawab Alma dengan harapan bahwa itu bisa sedikit membantu Bella.
"Well. Memang gak salah, gue niat datang ke rumah lo. Thanks ya! Gue pergi dulu." Ucapnya berkesiap bangkit. "Enak banget lo! Sudah gitu doank? Habis itu pulang?!" Hardiknya dengan bibir menyungging sebelah. "Gue perlu sedikit bertapa lagi. Jadi jangan kangenin gue ya!" Pungkas Bella beranjak dan mulai menghampiri pintu depan rumah.

Villain In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang