Another Ex

7K 152 0
                                    

      Pukul sembilan lewat lima belas menit, Navin tersadar dari lelahnya. Sinar mentari yang samar-samar menerobos masuk melalui gorden, memaksanya untuk membuka mata. Dia meraih bedcover yang lesu dan entah sejak kapan menyelimuti tubuh telanjangnya, air conditioner yang terasa semakin dinginpun memaksanya untuk kembali bermalas-malasan. Seraya kepalanya masih bersembunyi dibawah bantal, dia mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Ah, gue tidur sampai tidak pakai baju ya? Gila, capek banget seharian lembur!

Tangan kanannya memukul-mukul kepalanya yang terasa pusing dengan perlahan seraya mengingat bahwa semalam Cindy marah padanya, walaupun emosi mereka langsung mereda satu sama lain saat itu juga. Hal lain tetap saja mengganggu pikirannya
Mungkin sudah saatnya untuk membicarakan masalah ini. Bukan!

Masalah gue!
           
Dia berjalan lesu menuju kamar mandi dan mulai membasahi diri, air hangat kuku pun mulai membasuh kepala seakan memintanya untuk tinggal lebih lama. Namun dia tidak tergoda untuk berlama-lama ria dengan air hangat karena sudah sangat terlambat.

Celana biru gelap dan kemeja panjang biru langit tanpa dasi sudah membungkusnya. Tangan kanannya menarik tas yang berisikan laptop dan segala hal yang dia butuhkan untuk bekerja sementara tangan kirinya tidak kalah sibuk menggandeng jas biru gelap dan menggenggam kunci mobil.
Hari ini dia tidak sempat sarapan, biasanya dia selalu mampir ke Bubur Ngkong yang tidak jauh dari apartmentnya. Dan bubur Ngkong itulah, tempat dimana dia bertemu Bella. Bella dengan wajah sialan yang baru bangun tidurnya.

Navin terkagum melihat mata gadis itu, mata hitam gelap dihiasi bulu mata lentik yang terlihat sedikit bengkak. Saat itu Bella mengambil tusukan sate telur dari tumpukan daging ayam bubur Ngkong, yang sudah dia sisihkan karena itu adalah sate terakhir. Bubur ngkong begitu ramai pengunjung saat jam sarapan pagi, tak heran jika pengunjung berebut memburu bubur dan sate-satenya. Saat itu pula Navin mengajak Bella berkenalan, Bella si pencuri sate telurnya.

     Orang-orang dalam ruangan begitu sibuk mondar-mandir dalam kantornya, suara-suara gaduh yang meneriakan banyak kata. Cleaning service yang masih melap pintu dan jendela kaca, ucapan selamat pagi dari sana sini. Itu semua selalu menjadi pemandangan paginya. Dia memasuki pintu lift setelah meminta Agus untuk membuatkannya satu cangkir kopi hitam dan bawakan ke ruangannya.

Begitu dia membuka pintu, matanya teralihkan oleh styrofoam yang di bungkus kantong plastik putih di atas mejanya. "Gus, Ini siapa yang simpan ini disini?" Navin menyeruput kopi hitam panas yang baru diterimanya.

"Simpan apa ya pak?"
"Itu lho gus, plastik putih tuh!" Jelasnya yang  menunjukkan telunjuknya, memberi tanda pada agus akan apa yang dimaksudnya. "Oh itu pak, itu dari mbak cindy. Tadi dia titipin di resepsionis, katanya untuk sarapan pak Navin." Mendengar jawaban itu, Navin hanya terdiam.
Masih sepagi ini, dia malah melamun dikursinya sambil memandangi bubur ngkong dari Cindy tanpa berniat untuk memakannya. Dia tidak nafau, dia hanya tidak ingin melakukan apa-apa hari ini. Ada sesuatu yang mengganjal hatinya.

"Ni sayang, sudah ready ayam saus jeruknya." Alma menyodorkan satu piring makanan yang Bella minta. "Thank you baby." Katanya manja yang langsung menyantap makanan yang Alma buatkan.
"Absen lo bulan ini tuh banyak yang bolongnya lho Bell, bos tercinta lo kejang-kejang kalau ditinggal keseringan." Ejeknya yang memprotes sikap Bella yang sudah sebulan ini jarang bekerja. "Bodo lah, malas! Gue sibuk sama Aaron." Jawabnya sepele yang merasakan pipinya menghangat saat menyebutkan nama kekasihnya. Karena sibuk, mereka jadi jarang bertemu hingga akhirnya dia nekat sering bolos hanya untuk menghabiskan waktu dengan Aaron.
Seakan merasa bahwa mereka sedang membicarakannya, dua gadis yang duduk di meja makan itu menatap telfon yang sama. Nama Aaron tercantum dilayar telfon Bella, lengkap dengan embel-embel Aaron My Bae di ujung namanya. "Panjang umur, baru juga di omongin." Alma menunjuk telfon Bella dengan dagu lancipnya.

"Hallo my belle, kamu lagi apa?" Suara khas sang arjuna begitu jelas dan lembut dari sebrang sana. "Aku lagi di rumah Alma nih, kamu sudah makan?" Jawabnya sumringah dengan sepenuh hati, hati seorang wanita yang diluluh lantahkan oleh arjunanya. "First of all! Jam istirahat aku harus telfon kamu dulu, kalau sudah telfon baru aku makan. Kalau kamu?" Katanya yang menggoda Bella, membuat gadis itu semakin gila saja dibuatnya. "Bisa saja kamu! Aku sudah kok, dimasakin ayam sama alma." Alma menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Bella, merasa jijik sendiri melihat wajah sok imut yang Bella buat-buat.
"Good girl, ya sudah aku keluar dulu mau cari makan sama yang lain!" Suara langkah kaki Aaron yang menghentak diatas lantai kantornya begitu jelas terdengar oleh Bella dari balik telfon.

"Take care baby, I Love You."
"I love you too my belle." Aaron menutup telfonnya dan menuju parkiran, teman- temannya sudah menunggu untuk mencari menu makan siang.

     Aaron menghampiri Yudi yang sudah menunggunya di parkiran dan bergegas masuk kedalam Mobilnya, mereka berencana makan siang di daerah kemang. Sesampainya di restaurant ternyata sudah ada wajah yang tidak asing bagi mata Aaron, Emi kekasih Yudi sudah menunggu untuk makan siang bersama dengan beberapa teman kantor yang sudah ramai memenuhi meja. Mereka terlihat sibuk memandangi menu makanan dengan perut yang kelaparan. "Siang yank, tumben duluan aku?" Senyum Emi begitu merona menyambut Yudi dengan cipika-cipiki dari depan pintu restaurant. "Iya maaf ya, biasa Boss Aaron harus laporan dulu sama Ms. Bella, kalau dia mau kemana-mana." Alis menukik Yudi terlihat begitu menjengkelkan bagi Aaron.

"Pak Aaron pesan apa pak?" Suara Rika asistennya dengan ramah menawarkan menu pada atasannya.
"Ah, saya pesan nasi goreng sama sop buntut saja seperti biasa." Jawabnya yang bahkan tidak membuka buku menu tersebut, dia sudah cukup sering datang kemari setidaknya satu minggu satu kali dan paham betul menu-menu yang enak disini. Apalagi sop buntut dengan sambalnya yang enak dan segar.

"Oke pak, nasi goreng sama sop kayak biasa ya."
"Thanks." Jawabnya yang merogoh kantong jas yang dia gantung lesu dibelakang kursi, sebungkus rokok yang baru saja dia ambil Yudi rebut. "Damn man, gak punya rokok, bilang!" Ejeknya yang menyunggingkan senyuman menukik tajam. "Banyak, tapi gak gue bawa."

"Oh gue lupa mau tanya, toko bunga yang bagus dimana ya? Gue waktu itu pernah titip sama lo kayaknya, tapi gak tahu tempatnya. Gue mau pilih- pilih sendiri, sekalian biar tahu lebih banyak wawasan tentang toko bunga."
"Lo mau beliin bunga buat Bella?"
"Yank, kasih tahu alamat yang kemarin kita beli saja minggu lalu. Disitu bunganya banyak dan segar-segar lho ron." Emi menyarankan toko bunga yang dibelinya bersama Yudi minggu lalu di daerah kemang. "Iya sob, lo beli disitu saja. Paling tiga puluh menit dari sini, itu juga kalau macet! Bunganya bagus dan benar-benar fresh, Emi saja sampai simpan bunganya satu minggu lebih saking sayangnya untuk dibuang."

***

"Hallo Cin, nanti malam kamu sibuk gak? Aku mau ketemu, bisa?" Tanyanya yang menanyakan schedule kekasihnya melalui telfon. "Nanti malam aku isi acara di cafe, tapi jam sepuluh sudah selesai kok." Jawabnya yang berbunga-bunga karena Navin mengajaknya berkencan. Sudah hampir dua bulan ini Navin tidak mengajaknya berkencan, bahkan untuk bertemu saja, susah.

"Oke, kalau begitu aku kesana sekitar jam sembilan ya."
"See you baby!"

Oke, akan gue selesaikan ini semua. Sudah saatnya dan sudah seharusnya!

Seharian ini Navin seperti zombie, tidak mau makan dan malas mengerjakan apapun. Benaknya di penuhi berbagai pikiran yang mengganggu ketenangannya.

"Ma, gue balik dulu ya. Aaron mau ajak dinner jadi gue harus tampil cantik." Katanya yang menari-nari kegirangan. Tiga hari saja tidak bertemu Aaron rasanya begitu lama, dia sangat mendambakan kencannya. "Ya whatever! Tapi kalau bos ethan nanya-nanya kabar lo ke gue, gue gak mau jawab atau bikin-bikin alasan apapun buat lo ya. Deal?!"
"Ya, got that. Tenang saja, dia gak akan sanggup marah sama gue!" Dia menyilangkan kedua tangannya didepan wajahnya dengan penuh percaya diri bahwa Ethan tidak mungkin memecatnya. "Dadah sayang, kiss dulu dong tantenya!" Pintanya yang menyodorkan pipinya pada sheryl, putri kecil alma dan si kecil pun menuruti permintaannya.

"Hati-hati lo!" Alma melambaikan tangannya yang seketika itu diikuti oleh putrinya untuk memberikan salam pada Bella.

*** ***

"Maaf, aku sudah memikirkan hal ini dari kemarin- kemarin. Aku rasa kita harus, putus!"

Villain In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang