Sex friend?!

3.8K 75 0
                                    

Dia sama menderitanya sepertiku, dan hanya dia yang mampu mengerti keadaanku. Setidaknya tolong hargai itu!

     Usai melihat-lihat pemandangan bawah laut, Bella dan Aaron mencari-cari pria itu, namun tak ada di mana-mana. Saat bangun tidur sebelum pergi snorkeling pun, Bella mencoba mengetuk pintu kamarnya. Namun masih tak ada jawaban sampai sekarang. Navin bahkan tak mengatakan apa-apa, jika ia takkan ikut. Telfonnya pun tak bisa di hubungi karena mati. Akhirnya Bella memutuskan untuk kembali ke kamar, mandi dan membersihkan diri. "Kamu sudah coba telfon lagi bae?" Tanya Aaron begitu ke luar dari pintu kamar mandi dengan handuk yang masih menggantung di lehernya. "Masih gak aktif. Masak sih dia pulang?"

"Gak mungkin lah, tega banget kalau dia sampai beneran pulang ke Jakarta tanpa ngomong apa-apa." Jawab Aaron meyakinkan. "Iya sih."

"Tidur saja yuk! Aku capek, besok pagi-pagi jam sembilan kita check out lho."
"Masih jam empat sore lho bae, masa mau tidur?"
"Badanku agak capek juga soalnya." Jawabnya seraya memijati pundaknya sendiri.
Melihat Aaron yang terus memijat-mijat pundaknya, Bella menghampirinya ke atas kasur. "Gak usah bae. Kamu cukup temani aku tidur saja." Tolak Aaron yang mencegah tangan Bella yang hendak memijati pundaknya, ia menarik kepala gadis itu dengan perlahan untuk tidur di dekapannya.

Mencium aroma tubuh Aaron yang menenangkan dan dipeluk erat oleh tangan kekar pria itu, akhirnya Bella ikut memejamkan mata.

     Navin terburu-buru, ia terlambat lagi. Ia tahu pasti dirinya dalam masalah besar, tidak memberi kabar pada siapapun, dan ponselnya juga mati. Ia benar-benar tak ingat sama sekali, bahwa hari ini adalah jadwal mereka untuk snorkeling. Walaupun ia yakin bahwa temannya pasti akan tetap pergi tanpa kehadirannya. Namun tetap saja, ia merasa tidak enak, karena tidak memberi kabar sama sekali.

Natly yang melihat Navin tergesa-gesa itu hanya mematung melihat Navin memakai baju dengan paniknya. "Sorry, gue harus balik sekarang." Pamit Navin dengan napas berantakannya. "Kalau lo bilang ada acara hari ini, kan setidaknya gue bisa bangunin lo lebih awal, biar bisa ikut snorkeling." Jawab Natly seraya menggosok sebelah matanya. "It's ok. Salah gue juga, karena sudah lupa. Oh, Nat." Navin menghentikan langkahnya dan kembali menatap Natly. "Ya?"
"Besok gue balik ke Jakarta." Jawab Navin sedikit berberat hati. "Jam berapa?"

"Pagi, jam sembilan. Lo kapan balik?"
"Um, gue kayaknya lusa deh."
"I see. Gue pergi dulu ya."
"Ok!" Natly membukakan pintu itu untuk Navin, dan saat ia hendak menutupnya— tngan Navin menahan daun pintu dengan kuatnya. "Nat," Ucapnya yang memberi jeda. "Ya?"

"Sampai ketemu di Jakarta." Navin merasa sangat yakin dengan ucapannya sendiri. Ia ingin berteman dengan Natly lebih dekat lagi, karena perasaan nyamannya ketika berada di dekat wanita itu. "Sure!" Natly tersenyum penuh keyakinan, hingga membuat matanya menyipit karena lebarnya senyuman itu. "Vin. Take care!" Tambahnya. "Lo juga. Hati-hati nanti pulangnya!" Jawab Navin yang membuat Natly mengangguk mantap. "Ok. See you!"

"Yeah! Sampai ketemu di Jakarta." Pamit Navin sekali lagi, dan Natly kembali menutup pintu saat Navin sudah benar-benar lenyap dan menjauh dari kamarnya.

Damn, ponsel segala mati! Navin terus mendumal dalam perjalanannya menuju lantai satu untuk ke kamarnya. Setibanya di depan pintu, ia mulai merogoh saku celananya dan meraih kunci kamar. Namun terdengar seseorang membuka pintu dari kamar di hadapannya, membuatnya yang belum memasukan kunci sedikit terkejut. Alma yang menatapnya dengan mata yang begitu dingin.
    Navin hanya mampu menelan ludah dibuatnya. Saat ia melihat Dimas mendekati Alma dari belakangnya, ia baru mampu membalikan badan, membelakangi Alma dan Dimas lalu masuk ke dalam kamarnya. Tanpa persetujuan, Alma pun ikut masuk walaupun tak diundang. Dimas yang cemas jika saja terjadi perkelahian di antara mereka, lagi; akhirnya ikut masuk juga. "Lo nginap. Di tempat dia kan?" Alma langsung mengutarakan apa yang sangat ingin ia katakan, ia tak perduli jika Navin marah ataupun tersinggung. Ia ingin mendengar kebenaran dari mulut pria itu secara langsung. "Ng- gak kok!" Dustanya. "Liar! Baju lo masih yang kemarin!" Bantah Alma saat itu juga. Navin yang merasa tak memiliki alasan lain pun hanya mengangguk mengakui dosa, ia tak mau membuat keributan. Karena ia juga sadar, bahwa sudah membuat teman-temannya cemas. "Dengar dulu Ma, jangan salah tanggap dulu! Gue lupa benar-benar lupa, demi apapun, gue gak ingat, kalau hari ini ada jadwal snorkeling. Dan, ponsel gue lowbate, akhirnya mati. Makanya tadi, pas gue bangun mau kabarin lo, gue rasa percuma. Jadi gue pikir, lebih baik langsung samperin kalian saja." Jelasnya panjang lebar. "Terus lo samperin kita? Gak kan?! Buktinya, malah gue yang masuk ke kamar lo." Jawab Alma. "About that. Gue pikir kalian mungkin lagi di luar." Jawab Navin taka ingin kalah. Lalu ada jeda di antara mereka berdua cukup lama.

Villain In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang