She was suffer. Just like me

1.3K 59 0
                                    

Bella merebut ponselnya yang berada di tangan Chris yang membuatnya sedikit kesal, mengapa pria itu harus menelfon Navin.
"Lo apa-apaan sih?!"
"Kamu itu sudah mabuk Bell, sudah ah nangisnya. Jelek banget mukanya!"
"Tetap saja lebih jelek muka lo kan saat nangis." Bella terus memukul-mukul dada Chris dan meneriaki pria itu dengan suara yang terdengar parau, serta riasan wajah yang berantakan. Luntur karena tangisan. "Sudah ah nangisnya! Bentar lagi Navin ke sini."

"You idiot! Lo kenapa suruh Navin sih chris?!"
"Kalau aku antar kamu pulang, memangnya kamu mau?!" Tanya Chris menyudutkan, meskipun dia sendiri sudah tahu jawabannya. "GAK!"
     "Gak mau kan?! Makanya aku telfon teman kamu, daripada aku membiarkan kamu naik taksi." Jawabnya yang menyesap sisa-sisa minuman dalam gelasnya. "Ya kan bisa telfon Alma."

"Dia mana kuat gendong badan kamu yang berat ini! Kalau kamu pingsan, aku juga yang repot!" Jawabnya mantap. "Oh, jadi lo gak mau gue repotin hah?!" Tanya Bella seraya menarik telinga Chris, hingga membuat pria bule itu meringis kesakitan.

Natly diam saja di kursinya, orang-orang terlihat sangat sibuk karena mendengar nama Bella disebut-sebut. Ditambah, hal yang membuat mereka terkejut— adalah orang yang menjawab telfon Navin itu bukan Bella, melainkan orang asing. "Gue jalan duluan." Ucap Navin tergesa-gesa. "Tapi Vin, kaki lo kan belum pulih. Lo gak akan bisa bawa mobil dalam kondisi seperti itu, mendingan sama gue saja." Seru Dimas yang mencemaskan kondisi Navin.
"That's ok! Gue bisa kok, kalau cuma nyetir."

"Dimas benar Vin, kamu belum sepenuhnya bisa. Nanti kalau di jalan, sakitnya terasa. Gimana?" Natly beranjak dari kursi, jaket tebal itupun sudah ia kenakan kembali; sedang tangannya sudah menggenggam pegangan kopernya lagi. "Kamu mau kemana Nat?" Tanya Navin curiga. "Ng, aku pulang saja deh." Jawabnya ragu-ragu. Keberadaannya di sini sepertinya takkan berarti, jika mereka semua akan pergi.
     "Ini sudah malam, jam satu lebih malah! Kamu menginap saja ya, aku antar kamu masuk ke kamar. Sehabis menyusul Bella, aku langsung pulang kok." Pungkas Navin seraya mencengkram kedua bahu Natly lembut. "Gak usah, aku pulang saja." Jawabnya dengan sorot meyakinkan. "No, you can't! Please Nat! Aku antar kamu ke dalam ya. Atau kamu mau ikut aku saja, gimana?"

"Jangan Vin, kasihan! Natly kan habis kerja. Mending loe istirahat di sini saja Nat." Bantah Alma yang membuat Navin mengajak Natly masuk ke dalam rumah, walaupun gadis itu tidak menjawab apa-apa.
"Kamu juga capek. Kalau kamu ikut, aku takut kamu sakit. Istirahat di sini saja ya. Karena kamar mandi di kamar tamu sedang rusak, kamu pakai kamar aku saja dulu." Navin merapikan sprei yang sedikit berantakan karena sudah ia tiduri kemarin malam. Lalu bergegas menuju dapur untuk membuatkan tamunya secangkir teh hangat sebelum pergi.

"Diminum ya, teh nya. Aku pergi dulu." Pamitnya yang mengelus pipi Natly lembut.
Natly menggenggam tangan Navin dengan erat, ia menatap pria itu lekat-lekat seakan berat melepaskan. "Nat. Maaf, aku harus temui Bella dulu. Aku gak akan lama kok." Ucap Navin yang seakan sudah mengerti apa yang ada dalam kepala Natly. Sejak tadi, Navin bisa menebak bahwa sesuatu terjadi pada sahabatnya dan mungkin ia ingin menceritakannya.

Navin meninggalkan satu ciuman di kening Natly yang mematung di atas kasurnya. Ia ingin menemani gadis itu, namun ia juga harus memastikan bahwa keadaan Bella baik-baik saja.
Natly terlihat senang, namun di balik sinar matanya, seakan menyimpan suatu kepedihan. Navin berjanji, seusai menemui Bella nanti, ia akan kembali secepat mungkin.

Navin memasuki bagasi, mobil hitam yang terparkir itupun langsung ia duduki. Tangannya mulai memasukan kunci dan kakinya pun siap untuk menancap gas.
Karena mobilnya hancur dan banyak kerusakan, ia memakai mobil ayahnya yang belum tentu akan mengijinkan untuk dipakai. Ditambah, jika kedua orangtuanya tahu bahwa Navin menyetir dengan keadaan kaki yang belum sembuh sempurna. Ia yakin, pasti ia akan dimaki-maki nantinya! Malam ini Navin akan menjadi anak durhaka yang membohongi mereka saja.

Villain In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang