Ran off

1.4K 58 2
                                    

Bella masih pada langkah kakinya, berusaha meninggalkan Navin yang terus saja menyerukan namanya. "Bella?" Pinta Navin lirih. "Don't come any closer!!!"

"Jangan bilang kalau lo menyesali apa yang baru saja kita lakukan. I mean, kita saling membalasnya. Dan itu sudah cukup menjadi bukti nyata, bahwa lo pun menginginkannya. Right Bella?" Singgung Navin, yang enggan disalahkan. Karena memang kenyataannya, mereka berdua lah pelaku. Tidak ada korban. "Jadi maksud lo, gue melakukan itu karena gue pun menginginkannya. Dan itu semua atas dasar nafsu begitu?! Please Navin, tinggalkan gue sendiri!"

Gue terus mengelak, terus berlari darinya. Namun jauh dari dalam hati. Bella merasakan napasnya kian memberat, dan matanya pun kian memanas. Lo suka diperlakukan manis dan seolah-olah lo adalah 'spesial' baginya, kan Bella?! Dalam usahanya melarikan diri, Bella terus bertengkar dengan kata hatinya. "Gak bisa begitu donk Bell!"

"Tolong Navin, gue mohon! Jangan buat hidup gue yang sekarang ini terasa semakin susah!" Navin membiarkan Bella berlari, kali ini bukan menghampirinya dan menari-nari seakan ingin mendekatinya. Namun kali ini, Bella berlari karena ingin menjauh darinya.

      Bella masuk kembali ke dalam gedung itu. Saat ia hendak menaiki anak tangga, Natly menghadangnya. Dan hal itu membuat Bella takut, semakin malu dan tak ingin menunjukan wajahnya di hadapan Natly, apalagi di hadapan tamu-tamu ini, bahwa ia sedang menangis. "Hey, lo dari mana saja Bell? Wait, Bella lo, nangis?" Tanya Natly yang menyadari bulir-bulir air mata di wajah Bella. "Bukan apa-apa. Gue ingin sendiri, sorry Nat!"

"Iya, gak masalah. Kalau itu bisa membuat lo merasa lebih baik."
"Thanks!"
Bella meninggalkan Natly yang menggantung dengan rasa penasaran dalam hatinya. Karena dari kejauhan Alma melihat Natly yang seakan terlihat kebingungan, ia bergegas menghampirinya. "Ada yang salah!" Pungkas Natly yang menggigit ibu jarinya sendiri. "Bella? Kenapa memangnya?" Tanya Alma heran. "Dia nang-" ucapan Natly terpotong karena Navin yang baru tiba dari depan pintu masuk. Dengan langkah yang lemas, kemeja putih lusuh yang tidak rapih lagi. Dan tatapan kosong yang menghiasi wajahnya.

Pria itu pun sama halnya dengan bella, ia hendak menaiki anak tangga. Namun Alma dengan cepat menarik tangannya. "Mau ke mana, samperin Bella? Rasanya tidak perlu. Ini ada hubungannya sama lo kan?" Tuding Natly meyakini. Navin mangangkat wajah yang sebelumnya tertunduk, dan menatap kedua wanita itu dengan wajah yang menyedihkan. "Justru karena ini ada hubungannya sama gue. Gue rasa, lebih baik diselesaikan saat ini juga!" Jawabnya lemah. "Vin!" Pinta Alma, agar pria itu membiarkan Bella menikmati waktu sendiri di dalam kamarnya.
"Oke!" Navin menghembuskan napasnya dengan berat dan pasrah. "Vin. Jangan bilang kalau lo, nembak Bella?!" Tanya Alma curiga.

"For real?!" Nada suara Natly mengalihkan perhatian Navin maupun Alma, karena gadis itu terlihat benar-benar penasaran. "No, I just, kissed her." Dengan langkah lesu dan ekspresi wajah memilukan, Navin meninggalkan mereka dan kembali bergabung dengan para tamunya. "Navin tunggu donk, maksudnya gimana?" Alma seakan tidak perduli, jika teriakannya bisa membuat orang lain terganggu atau tidak. Yang ia butuhkan saat ini hanyalah kebenaran, dan apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka berdua.
"Navin, cium Bella?" Air muka Natly yang datar, tidak terlihat sesemangat pertanyaannya. "Cium, cium bibirnya Bella, begitu? Lantas, kenapa Bella nangis?" Tanya Alma dengan raut wajah serupa, dan dengan suara yang sama tidak bertenaga.

"Nangis karena dicium?"
"Nah, I don't even know! Kan lo yang lihat."
"Well, dia memang nangis. Dan, lipstiknya pun terlihat berantakan." Begitu saja terus, mereka berdua terlihat seperti orang dungu yang memaksa mencari satu jawaban akan suatu pertanyaan.

      Bella meneruskan tangisannya. Menumpahkan rasa pilu, sakit, dan rasa tidak percaya dalam dirinya. Mengapa harus berjalan seperti ini, di saat ada hal lain yang mengganggu pikirannya. Hal mengejutkan dan tak pernah terduga pun, kini ikut menghantuinya.

Villain In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang