Crap, I'm late!

1.8K 73 0
                                    

Bella sudah rapi. Dia mengenakan jumpsuit putih bermodel shoulder romper, sedang kepala yang sudah dihiasi dengan floppy hat berwarna hitam. Tangannya tak kalah sibuk menunjuk-nunjuk koper besar di atas kasurnya, memastikan bahwa tak ada barang yang terlewatkan.

"Sunblock sudah, vitamin kulit dan rambut juga sudah. Makeup, peralatan tubuh lainnya sudah. Pembalut untuk jaga-jaga, juga sudah." Ujarnya mengingat-ingat semua barang bawaannya. "Alright, I'm ready. Wait for me beach!" Tegasnya yang mengepal kedua tangan, menunjukan kesiapan akan liburan yang begitu dinantikan. Karena ini liburan pertamanya bersama sahabatnya.
Aaron tak bisa menjemputnya, jadi Bella memesan taksi untuk mengantarnya ke bandara. Mereka janjian di lounge bandara, Dimas dan keluarga berangkat duluan, bahkan tiga puluh menit lebih awal. Sedangkan Bella, dia baru saja mengunci pintu kostnya.

Tubuhnya sedikit terperanjat ketika orang di belakangnya menepuk pundaknya. "Astaga ibu!"
"Ah, kaget ya? Maaf nak Bella. Pagi." Ujar wanita nyaris lima puluhan itu. "Pagi bu."
"Bella kayaknya mau pergi, ke mana? Sampai bawa koper segala." Tanyanya yang menunjuk koper Bella. "Oh, iya bu. Aku mau liburan seminggu, tolong titip kamarku ya bu!"

"Aaah, liburan toh. Ya sudah, hati-hati saja." Katanya dan Bella hanya mengangguk seraya tersenyum, kepalanya kontan menengok ke bawah ketika taksi yang dipesannya ternyata sudah tiba dan memanggil-manggilnya dengan klakson. "Bu, Bella berangkat dulu ya, taksinya sudah datang." Ucapnya yang berpamitan dan meninggalkan ibu kost yang berdiri di hadapan pintu kamarnya. Sopir taksi itu segera membukakan bagasi belakang, membantunya memasukan kopernya.

Tiba di bandara, Bella merogoh tas selempang kecil hitamnya dan mengambil ponsel. "Halo dim, sudah di lounge?" Tanyanya yang sibuk sendiri memiringkan kepala untuk menghimpit ponselnya, karena tangan sibuk dengan barang bawaan. "Iya nih. Tenang saja, kita belum pesan sarapan kok. Lo di mana Bell?" Dimas menghembuskan napasnya cukup keras, membuat Bella yakin bahwa dia sedang merokok di sebrang sana. "Oh, gue baru saja sampai bandara. Aaron sudah di sana belum?"

"Lah, belum. Gue pikir kalian berangkat bareng?"
"Oh, belum ya. Ya sudah gue ke situ."
"Ok!"

Bella menarik kursi, memberi celah agar dia bisa lewat dan mendudukinya. Di dalam lounge tidak begitu banyak orang, mungkin karena ini bukan liburan nasional, dan beberapa orang pun cukup banyak memilih menunggu jam keberangkatan di tempat lain. Untuk menunggu Aaron dan Navin, Bella ikut memesan kopi yang sama dengan kedua sahabatnya. Tidak sampai lima menit Bella meneguk kopinya, batang hidung sang kekasih sudah kelihatan. Aaron membungkukkan punggungnya dan mencium pipi Bella begitu tiba. "Pagi bae. Pagi semua, sorry gue telat."

"Aku juga belum lama sampai kok."
"Cuma Navin yang belum." Ujar Dimas menjabat tangan Aaron dan kembali duduk. "Iya nih, si kampret Navin ke mana Ma?" Alma diam saja tidak menjawab, hanya menggelengkan kepala lemas. Dia mencemaskan Navin yang dicurigai mengingkari janji. Gue gak suka cara lo, Vin! Batin Alma resah.
Dimas mencoba menelfonnya, namun tak ada jawaban dari pria bermata coklat yang sedang terlambat itu. Cukup memakan waktu untuk menunggu Navin, mereka khawatir jika terlambat jadwal keberangkatan. Ketika kesabaran sudah terlampau menjengkelkan, mereka semua menengok ke arah luar yang ditutupi pintu kaca— melihat Navin yang berlari kecil menghampiri.

Syukurlah, datang juga! Alma menghembuskan napas lega, dugaannya soal Navin yang takkan datang ternyata salah. Sedang Bella yang melihat sosok Navin yang barbeda dan begitu langka ini hanya terkungkung. Navin mengenakan V neck t-shirt putih polos, skinny jeans biru lengkap dengan sneakers berwarna senada dengan bajunya. Jarang sekali Bella melihat Navin berbusana se santai sekarang.
Memang dia sering melihat Navin memakai jeans selutut dan kaos, namun itu saat di apartment. Sedangkan saat di luar, seakan menjadi hal yang begitu langka. Bagai mengharapkan Adam Levine menikahinya. Biasanya Navin mengenakan kemeja, jas, bahkan selesai kerja dan belum pulang ke apartment saja— pria itu langsung pergi bermain dengan santainya. "Hrh, hmh— hhh, sorry gue kesiangan." Katanya yang tersengal-sengal mengatur napas. "Makanya jangan begadang, mentang-mentang libur!" Cela Bella yang mengerling dingin. "Sudah, mumpung Navin sudah datang, Ayok buruan pesan makan!" Dimas tampak sudah kelaparan, sedang Aaron yang menyetujui pendapat Dimas pun mengangguk mantap beberapa kali, lengkap dengan tangan yang mengelus perut.

Villain In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang