Hide and seek

2K 83 2
                                    

    Gadis itu membuka matanya, menengok ke arah jendela dan mendapati langit yang sudah terlihat biru. Bella masih tidak merasakan keberadaan Navin di kamar, dia pun membawa tubuhnya menuju kamar mandi dan melewati dapur. Namun masih tak ada tanda keberadaan ataupun kedatangan Navin.

Dimana lo, Vin? Tanya hatinya seraya memandang pantulan wajahnya pada cermin ketika membersihkan wajah.

Aroma kopi yang baru saja dia buat berpadu dengan aroma Navin yang memenuhi ruangan yang dia hirup bersama. Rasanya sepi, sangat membosankan tanpa Navin. Guyonan, godaan dan candaan nakal yang sering Bella dengar dari mulut Navin sudah terlampau menjadi bagian dari hidupnya. Tidak ada Navin selama ini tanpa kabar sangat membelenggunya, hingga dia memutuskan untuk kembali ke kamar mandi untuk menyegarkan diri. Mungkin saja kesepiannya terkikis, mungkin saat dia kembali Navin sudah ada di sini.

"Good idea." Ucapnya yang melihat pena dan kertas kecil di atas meja kerja Navin saat kembali ke kamar setelah membersihkan diri. Meninggalkan pesan pada secarik kertas mungkin bisa membantunya mengetahui di mana ataupun kemana Navin pergi, hingga tangannya dengan lincah menggores pena pada kertas yang tersaji.

*** ***

"Papa jadi ke Bandung?"
"Iya ma, nanti jam makan malam papa sampai rumah kok." Ucap Reza, sedang Navin yang mendengar percakapan kedua orangtuanya hanya diam tidak menggubris. Ayahnya sudah kepalang merusak pekerjaannya, biar saja dia berbuat semerdeka hatinya. Cela batin Navin.
"Memang masih ada urusan sama Hendra? Kemarin kan Navin baru saja dari Bandung, katanya sekalian ketemu Hendra juga." Tanya Febi ingin tahu. "Hendra undang papa makan siang, sambil lihat-lihat lapangan golf yang katanya baru itu. Dia mau ajak main bersama, dan Joan juga pulang ke Indonesia. Mama bisa ikut kalau mau, kita makan siang sama-sama, hmh?"

Navin sempat terperanjat mendengar nama 'Joan' di sebut-sebut oleh ayahnya. Sudah lama sekali dia tidak bertemu teman masa kecilnya, terakhir bertemu saat hari kelulusan SMA. Joan memutuskan untuk kuliah di L.A dan tinggal bersama orangtuanya di sana. Kerinduan sedikit menggoda untuk menanyakan kabar Joan pada ayahnya, namun gengsi dan kesalnya masih memuncak hingga hal itu tidak pernah tersampaikan. "Hari ini ada perkumpulan di blok A pa, arisan bulanan di rumahnya bu Emi. Sampaikan salam dari mama saja ya." Jelasnya meminta.

"Ya sudah. Navin, kamu coba datang! Sudah lama juga kan, kalian gak ketemu." Tegur Reza menyarankan Navin untuk menemui sahabat pertamanya, selain Bella dan kawan-kawan.
"Iya, nanti mungkin." Sesingkat itu jawaban Navin dan keheningan tumbuh lagi di antara mereka berdua. Dan seperti biasa juga, Navin selalu meninggalkan meja makan terlebih dahulu dan lenyap sesuka hati tanpa mengucapkan pamit kali ini.

Melamun menjadi aktivitas favoritnya satu minggu ini. Di manapun saat dia sendiri, sibuk maupun senggang. Rasanya lamunan sangat enggan untuk dia tinggalkan sekalipun hari ini dia bisa bernapas lega, karena stock yang dipesan banyak oleh Hendra sudah terpenuhi semua— begitupun dengan klien yang lainnya. Beberapa meeting selama dua hari kemarin dengan empat perusahaan lain juga sudah dia hadiri, dan membiarkan hasil akhirnya kepada ayahanda seperti biasa. Pemilik asli perusahaan yang sedang dia kelola selalu membuatnya geram. Tapi dia tak bisa membantah, lagi pula ini sudah termasuk kewajiban dan bhaktinya.

Navin meminta Dewi untuk memberi tahu siapapun jangan masuk ke dalam ruangannya, dia ingin beristirahat untuk beberapa jam di dalam ruangannya— dan bangunkan saat ada tamu yang ingin bertemu dengannya. Setelah Dewi mengiyakan permintaannya dan beranjak ke luar ruangan, dia mulai merebahkan diri pada sofa berbentuk huruf L. Memikirkan dan melamunkan hal bodoh itu lagi.
Navin sadar bahwa tindakannya kejam, karena tidak memberi satupun kabar, atau membalas pesan dari Bella. Saat dia bertemu dengan gadis itu, yang ada dalam benaknya hanyalah Bella dengan tendangan mautnya yang tidak akan habis mendarat di bokongnya sampai tidak bisa duduk.

Villain In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang