Wedding dress

1K 44 0
                                    

"Kamu, belum menjawab, mengapa kamu menyusulku kemari?" Tanya Bella yang enggan membebaskan Navin begitu saja. "Alma memintaku untuk menyeretmu pulang. Aku akan tetap melakukannya, sekalipun dia tidak memintaku." Ditenggaknya wine yang baru saja ia tuangkan ke dalam gelas itu. "Like i said before, aku akan mengejarmu selagi aku mampu." Sambungnya seraya mengangkat dagu Bella dan mencium keningnya.

"Aku kemari bersama Natly." Ungkapan Navin membuat Bella terkejut. "Sungguh? Lantas di mana dia?"
     "Dia bicara ingin berjalan-jalan, sebentar lagi mungkin dia akan pulang." Jawabnya seraya menaikkan satu bahu tak yakin. "Kenapa dia di sini? Ada pekerjaan?" Tanya Bella masih sedikit bingung. "Dia di sini menemaniku, untuk membawamu pulang." Bella tak menyangka, bahwa Natly pun akan bertindak sejauh ini. Ikut bersama Navin, dan berniat menyeretnya pulang.

Aren't they?

"Ada hal yang ingin aku tanyakan sama kamu." Tukas Bella serius. "Ya, go ahead!"
     "Bukankah, kamu dan Natly, pacaran. Lantas kenapa kamu di sini bersama dia, tapi niatmu adalah membawaku pulang?" Tanya Bella ragu. Namun sejak dulu, itulah yang selalu ingin ia pertanyakan. "Of course not silly!" Teriak wanita yang baru saja datang dengan banyaknya paperbag di genggamannya itu. "Oh, Natly. Oh my God, gue kangen banget sama lo." Bella dengan sigap memeluk Natly, hingga lupa akan apa yang baru saja dipertanyakannya.
"Idiot! Kalau kangen, kenapa lo gak pernah main, atau temui gue huh?! Stupid! Tadi lo bilang apa? Gue, pacaran, sama si navin ini? What a pain in the neck!" Natly memutar kedua matanya malas.

"So, you guys— not even?" Natly tersenyum-senyum jahil ke arah Navin, karena melihat reaksi di wajah Bella. "No, we're just friends Silly! Mana mungkin gue pacaran sama orang yang cintanya setengah mati sama lo. Bukan, tepatnya sampai mati!" Untuk beberapa menit, Bella merasa benar-benar bodoh merasa sudah tertipu akan hubungan manis di antara keduanya. "Oh— begitu." Lirihnya lemah.
      "Bella, Navin di sini untuk lo, gue juga. Tolong, berhentilah bermain-main dengan luka, sudahi sandiwara yang hanya menyiksa. Hentikan pernikahan itu, karena lo tidaklah bahagia. Bahagia lo ada pada dia, bukan pada siapapun, sekalipun lo mencoba-coba untuk terus mencarinya! Sebagai sahabat, gue gak suka melihat lo seperti ini!"

"Okay, first of all. Aku ingin kalian pulang, besok. Aku janji, aku akan menyusul, tapi— aku harus menyelesaikan urusanku dulu di sini." Jawab Bella cukup lama dengan sorot penuh keyakinan. "Janji?" Natly memeluk Bella erat sebelum gadis itu menjawab. "Janji!" Jawab Bella mantap. "Gue percaya sama lo; iya kan Vin?" Pria itu hanya melirik Natly tanpa memberi jawaban.
      "Baiklah, aku harus kembali ke kamar. Dan— aku akan secepatnya menyusul kalian." Bella melepaskan kedua bahu Natly sepenuhnya. "Ya, kita akan menunggu lo."

   Bella pergi meninggalkan kamar Navin, dengan seikat mawar putih cantik, dan perasaan bersalah setiap kali ia memberikan harapan palsu kepada orang lain. Selama ini, akulah yang terjebak dan masuk ke dalam permainan mereka yang terlihat begitu nyata. Dan bodoh, karena tak mampu membacanya. Hingga tanpa sadar, aku sudah secinta ini padanya.

Untuk yang terbaik. Untukku dan juga kalian, maafkan aku yang selalu berdusta ini! Karena bagaimanapun, inilah jalan yang sudah aku pilih, maka takkan mungkin aku mengingkari pilihanku sendiri. Jika untuk mencintai Navin pun aku bisa, walaupun tidak memilikinya. Maka membiarkan ia berada di tangan Natly, aku rasa itulah yang terbaik.

Bukan! Yang lebih pantas tepatnya! Memang seharusnya begitu...

"Selamat tinggal. Sampai berjumpa lagi, saat aku siap untuk menunjukan wajah tanpa rasa bersalahku dihadapan kalian."

Villain In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang