Trembling

1.7K 65 0
                                    

Mengikat jariku dengan benda indah. Merencanakan apa yang tak ada di benakku di atas meja makanmu, sebelum aku menjadi istrimu. "Apakah kau benar-benar maharajaku?"

Satu hari saja Bella di rumah Aaron, tak butuh waktu dan cara yang sulit untuk mendekatkan diri dengan Livia. Gadis kecil itu sudah mau dipangku dan digendong ke mana saja.

Selagi menunggu kekasihnya pulang bekerja, Bella menikmati secangkir teh di halaman belakang, ditemani oleh Regina. "Ehm, Bella?" Sapa Regina hati-hati. "Iya kak, kenapa?"
Regi melirik dengan hati-hati ke arah jari yang dibalut cincin berkilau dan sedang menggenggam cangkir teh kesukaannya itu. "Aaron, melamar kamu?" Bella menelan teh itu dengan cepat, ia bisa merasakan jakun kecilnya terdorong air yang ia paksa untuk secepat mungkin turun ke dalam perutnya. Setidaknya itu jauh lebih baik, daripada ia harus merasakan betapa tidak enaknya tersedak dan terbatuk-batuk nantinya. "Em, Um. Itu. Kita cuma; tunangan kak. Iya, itu." Apa bedanya, Bella bodoh?! Hardiknya untuk dirinya sendiri.

"Aaron gak bilang at-" Deheman Aaron sangat jelas terdengar oleh mereka. Regina sangat yakin, bahwa pria itu memang sengaja melakukannya. "Bilang apa hayo?" Tanya Aaron menggoda kakaknya. "Gak. Apaan sih, ganggu obrolan kita saja!"

"Bae, kamu hati-hati ya! Dia suka begitu, suka membuat orang yang mengobrol di hadapannya merasa tegang." Pungkas Aaron dengan kerlingan sipitnya untuk Regina. "Jangan didengerin Bell! Jangan fitnah yang bukan-bukan deh, Bella jadi takut nanti main ke sini lagi."
"Hah! Orang kakak juga, yang bikin Bella takut!" Bantah Aaron yang menjulurkan lidahnya yang berwarna merah muda untuk sang kakak. "Sudah, berisik! Pulang kerja bukannya mandi, malah ngajak berantem sama kakaknya!" Pungkas Regina, sedang Aaron hanya menyeringai bodoh.

"Aku ke kamar dulu ya bae." Bella menganggukkan kepalanya saat Aaron sudah selesai mencium keningnya.

"Ya sudah. Kak Regi gak akan membuat kamu cemas ataupun takut. Karena nanti malam atau besok pun kamu akan tahu sendiri. Karena mama yang akan biara secara langsung." Ujar Regina yang membuat Bella semakin mati penasaran dibuatnya. Justru karena sudah diberi tahu, jadi makin merasa cemas dan takut! Batinnya. "Um, apa. Kalian mau membahas dan menanyakan soal hubungan kami?" Tanya Bella ragu.

"Memang kelihatannya kamu sudah bisa menebaknya. Jadi bisa dibilang, seperti itulah kurang lebih, memang itu yang ingin didiskusikan mama." Jelas Regina yang membuat jantung Bella terasa ingin pergi meninggalkan tempatnya.
Tenggorokan Bella kering, menelan ludah saja rasanya sangat kesat. Bella mencoba menenangkan tangan bedebahnya yang gemetar ketika meraih cangkir di hadapannya, untung saja Regina tidak melihatnya. Jika iya, itu hanya akan membuatnya yakin bahwa Regina merasa— ucapannya telah melemahkan sekujur tubuhnya.

"Aaron gak bicara apapun soal kepulangan mamanya. Dia, gak bicara sama sekali tentang akan diadakannya, perbincangan khusus sama tanteu Emi." Jawabnya cukup lama. "Aaron gak akan bilang apapun sama kamu, karena dia juga gugup. Karena itu, mungkin dia pikir kamu lebih baik tahu secara langsung."


    Menghadapi Regina saja, Bella rasanya sudah sangat gemetar. Bagaimana mungkin ia bisa, dihadapkan dengan ibunya Aaron dan membicarakan soal hubungan cinta yang ia jalin dengan putranya. Tentu saja ini berbeda. Ini hal yang serius, bukan hanya sekedar 'apa kabar Bella?'. 'Lama tidak main, bagaimana pekerjaanmu?'. Tidak!
Sedikit kesal juga pada kekasihnya, tak Bella pungkiri itu. Mengapa hal sepenting itu, tidak Aaron beritahukan padanya.

"Jangan sampai Regi membuatnya takut!" Ujar Aaron sendiri seraya melucuti pakaiannya.
Bella. Kalau regi bertanya soal ini dan itu. Bella jawab apa ya kira-kira? Sambung batinnya yang mengkhawatirkan perbincangan apakah yang kedua wanita di belakang rumah itu miliki.

Villain In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang