Tears on my pillow

1.5K 61 0
                                    

    Mendengar ucapan Natly, merasakan pelukan wanita itu dengan begitu erat, rasanya begitu getir. Ada rasa ingin menangis, namun enggan ia keluarkan. Menangisi kemalangannya sendiri, rasanya bukan pilihan yang tepat untuknya saat ini.

Setelah cukup lama Natly memeluk punggung pria itu, akhirnya ia turun dari kasur dan mengenakan pakaian, untuk menutupi tubuh telanjangnya. Kembali duduk di dekat Navin dan mengelus bahu pria itu. "Hey. Aku mau kasih kamu hiburan." Pungkas Natly yang membuat Navin mengangkat kepalanya yang sedari tadi terus menunduk, dan menatapnya yang sedang tersenyum riang. "Ayolah! Jangan pernah mengajak orang yang sedang patah hati untuk bercanda." Pinta Navin memelas.
"Siapa yang mau ajak bercanda!" Natly mengalihkan pandangannya, jarinya yang ramping itu terlihat sedang sibuk memainkan ponsel yang disambungkan pada televisi. Dan saat ia kembali menghadap pada Navin. Lagu itu dimulai, lagu yang membuat Navin bertingkah seperti orang bodoh di dalam restoran tadi. Lagu yang tak ingin Navin dengar di hadapan Bella.

Mata Navin seketika terbelalak memandang Natly, namun wanita itu masih berdiri di hadapannya dengan tatapan nalar, seakan sedang mengasihani. "Enak, kan? Aku tahu, sebenarnya kamu suka lagu ini, ingin mendengarkan lagu ini sambil menghayati liriknya satu persatu dan tenggelam di dalamnya. Karena lagu ini, adalah untaian rasa yang tak pernah Bella tahu. Dan selalu kamu simpan sendiri. Hanya saja, kamu gak mau mendengarkan 'Maybe' di hadapan Bella, iya kan?" Tuding Natly yang sudah mengetahui kebenarannya.
"Entah lagu ini yang menyedihkan, atau memang pria ini yang terlalu malang? Dari mana kamu tahu, kalau ini lagu yang aku suka?" Tanya Navin penasaran. "Simpel! Sudah beberapa kali, aku dengar lagu ini di mobil kamu. Dan-"  Natly kembali mendekatinya, berlutut di bawah kasur dan mengangkat wajahnya untuk memandang pria itu dari bawah.

"Hoping that you'll understand the things I wanna say. Lanjutin donk, ayok! Nyanyi!" Suara wanita di hadapannya itu begitu renyah di telinga. Senyumannya yang riang itu menggelitik perutnya, dan seolah sudah menghipnotis otaknya agar ia ikut tersenyum. "Hurry up!" Pinta Natly lagi.
    "Why don't you try, to open up your heart. I won't take so much of your time." Navin ikut bernyanyi cukup lama dengan suara yang lemah. "Maybe it's wrong to say please love me too, cause I know you'll never do, somebody else is waitin' there inside for you." Lanjut mereka berdua.

Karena Natly dan ajakannya yang memintanya bernyanyi, rasanya sedikit melegakan. Dadanya seakan mampu bernapas dengan lega kembali seperti biasa. "Lebih enak kan? Banyak gaya, pengen dengar lagu ini saja, sampai harus membuat keributan di tempat orang!" Ejek Natly dengan lidah yang menjulur. "Kayak gak pernah sakit hati saja, wajar lah." Bela pria itu untuk dirinya sendiri.
"Vin. Kamu yang paling terluka mendengar kabar itu, bahkan aku sendiri tidak menyangka, akan sekaget itu. Traktir aku satu botol wine yang berkualitas bagus, karena-" Tawa Navin luntur seketika, ketika melihat air muka Natly yang tiba-tiba serius dan tidak seceria tadi. "I'll tell you a secret!" Sambungnya.

"Apa?" Melihat sorotan mata Natly yang semakin tajam, membuat Navin merasa semakin penasaran namun takut dalam waktu yang sama. "Anggap saja ini hadiah atas rasa sakit yang kamu derita." Jawab Natly tanpa meminta balasan. "Apa sih? Bikin penasaran saja." Pita Navin tak sabar.
"Bella cemburu." Jawab Natly mantap, yang membuat Navin tergemap. "Eh?!"

"Uhuh! It was obvious. Cara dia berbicara, cara dia bersikap. Kaku, sekalipun semua itu ia lakukan pada pasangannya sendiri. Dan tiba-tiba ajak Aaron pulang, karena dia bilang sakit kepala? Nah, she was faking it." Natly mengerutkan dahi sambil menaikan bahu dan kedua tangannya. "Cemburu? Atas dasar apa?! Kalaupun iya, kenapa cuma kamu saja yang bisa melihatnya?" Tanya Navin masih tidak percaya dan mengira Natly membual saja untuk menyenagkannya.
    "Kelihatan kali! Kalau dia itu salah tingkah. Aku yakin karena. Dia kaget, dengar kita berdua pacaran, padahal yang sesungguhnya itu hanya bualan kamu saja. Yang gak mau terlihat menyedihkan ditinggal tunangan."

Villain In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang