Yang italicnya banyak banget itu flashback yaa... jadi jangan bingung. thanks :)
--------------------------
"Halo?" Jean mengangkat telepon rumahnya yang baru saja berdering keras memecah keheningan di ruang tamu yang sepi itu.
"Jean, ini gue, Anne. Hang-out yuk keluar. Gue bosen di rumah terus, lagian hari senin nanti kan udah mulai masuk sekolah lagi. Hari terakhir liburan loh." Terdengar suara perempuan dari pembicaraan telepon tersebut, yang tak lain adalah sahabat terdekat Jean-Jeannefy Priscilla, yang akrab dengan nama panggilan 'Anne'.
"Hang-out? Mau kemana emangnya?" Jean menjawab sambil membaringkan diri ke sofa ruang tamunya.
"Ke mall aja lah, kayak biasanya. Gue denger lagi ada diskon tujuh puluh persen. Mau ikut gak? Vero aja ikut. Ayo lah,"
"Yaudah deh, lo jemput gue ya. Gue mau siap- siap dulu."
"Jangan lama- lama lo. Gue tinggal tar. Satu jam lagi gue ke rumah lo. Oke? Oke lah udah. Bye." Tut-tut Anne memutuskan sambungan teleponnya sebelum Jean menjawab.
"Eh, emang dasar makhluk kurang ajarr," Jean menaruh gagang telepon rumahnya yang berwarna hijua tua itu ketempatnya, lalu ia berjalan ke kamar dan bersiap- siap.
***
"Ma, Jean mau pergi dulu ya sama Anne sama Vero, mau ke mall doang kok kayak biasanya." Jean berpamitan kepada mamanya yang sedang sibuk memasak di dapur.
"Eh, iya. Hati- hati ya. Kalau pulangnya malem telefon mama dulu." Mamanya Jean, Eliza mengecup kening anak perempuannya.
"Dah, ayo jalan." Jean masuk ke mobil milik Anne yang dikendarai oleh supirnya. Mobil sedan berwarna hitam itu melaju ditengah ramainya ibu kota. Gedung- gedung perkantoran menjulang tinggi di sisi- sisi jalan raya.
Setelah sekitar setengah jam perjalanan, akhirnya mereka sampai juga di mall yang Anne bicarakan.
Anne langsung melesat menuju ke Dapartement Store, dan Jean? Ia pergi ke toko buku--yang merupakan tempat favoritnya di seluruh mall. Vero yang gak punya tujuan, mengekori Jean ke toko buku. Katanya dia sih, kalo temenin Anne belanja mah bisa ampe setahun kali.
***
"Gue bingung sama lo, cantik- cantik hobinya baca. Padahal, bakat lo kan banyak, Jean." Vero protes sambil menyenderkan tubuhnya ke salah satu tiang penyangga toko buku.
"Berisik, lo, Ver. Gue lagi konsentrasi baca nih. Hampir selesai." Jean memegang buku novel yang berjudul 'In a Blue Moon' karya Ilana Tan, pengarang Mega Bestseller sekaligus pengarang favorit Jean.
"Oke, selesai. Tadi lo nanya apa, Ver?" Jean mengembalikan buku novel tebal yang mempunyai cover berawarna biru tua itu ketempatnya lagi.
"Gajadi, deh Jean." Vero cengengesan. Jean hanya memutar bola matanya.
"Buku itu mana ya? Kok gue cari- cari gak ad-" Seketika, mata Jean tertuju pada buku yang telah ia cari- cari, terletak pada rak teratas. Mampus, Mana badan gue gak tinggi lagi. Jean berkata dalam hatinya. Udahlah, coba aja, gapapa. Lompat aja lah kalo gak nyampe. Batin Jean lagi.
"Aduh, dikit lagi..." Tangan Jean sudah menyentuh rak teratas, tetapi tidak bisa mengambil bukunya. Tiba- tiba, seorang lelaki berkaos merah datang menghampirinya.
"Nih." Laki- laki tersebut mengambil buku sasaran Jean dan memberikan buku itu kepadanya.
"Oh, ma-makasih." Ucap Jean terbata- bata dengan nada datar.
"Gak usah dipaksain kalo emang lo gak nyampe." Setelah mengatakan hal yang cukup membuat hati Jean panas, ia berjalan pergi. Jean masih berdiam di tempat, menatap punggung laki- laki berkaos merah itu yang sudah berjalan jauh dengan tatapan maut.
"Lo napa, Jean? Wih, tuh cowok siapa? Cool banget. Cakep lagi. Dia nanyain nomor HP lo?" Vero tiba- tiba muncul, gak tau dari mana asalnya, mungkin dia pakai pintu ajaib doraemon.
"Gatau. Bikin esmosi tuh cowok."
"Emosi, Jean, emosi, bukan esmosi."
"Ya, itu maksud gue."
***
Hari Senin pun akhirnya tiba, hari dimana murid- murid SMA Vreden masuk sekolah kembali. Kini Jean sudah masuk kelas 2 SMA, alias kelas 11. "Kelas kita gak diacak ya, muridnya?" Vero pagi- pagi udah cerewet di sekolah.
"Gapapa, justru lebih enak gini." Jean menjawab. "Selamat pagi, semuanya." Wali kelas mereka, Ms. Jennifer, yang sekaligus menjadi guru bahasa inggris di SMA Vreden, masuk ke kelas dengan seragam gurunya yang rapih.
"Kalian kedatangan murid baru, pindahan dari Amerika." Ms. Jenny mengumumkan. Seisi kelas heboh.
Ketika pintu dibuka, masuklah seorang anak laki- laki yang berpostur tubuh tinggi dan tegap. Rambutnya yang berawarna kecoklatan diangkat keatas. Mata cokelat lekatnya memandang seluruh isi kelas. Seisi kelas hening.
Beberapa saat kemudian, laki- laki tersebut memperkenalkan diri. "Selamat pagi, semuanya, nama saya Nathannael Fritzelus. Kalian bisa memanggil saya Nathan. Saya pindahan dari Amerika, tetapi orangtua saya asli Indonesia. Jadi, mohon bantuannya." Laki- laki itu tesenyum manis. Lesung pipi dan eye smile-nya langsung keluar. Seisi kelas kembali heboh, terutama bagi anak- anak perempuan. Kecuali Jean. Jean merasa wajah lelaki ini tidak asing lagi baginya.
"Jean, itu kan cowo yang pas hari Sabtu kemaren ada di toko buku." Vero menyenggol sikut Jean yang duduk di sampingnya.
"Oh, si cowo nyebelin itu ya?!" Jean tersentak.
----------------------------------------------
Hai! jadi gimana kesan pertama kalian sama part 1 ini? wkwwk komen aja, gak bakal aku makan kok :v dah ya... Votenya jangan lupa. Bhaiiii :*
Salam
Alice
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight
Teen Fiction[COMPLETED] Keluarga. Persahabatan. Cinta. Manakah yang akan kau pilih? Jeannie Harrington. Itulah namanya. Nama seorang gadis yang telah mengalami kepahitan hidup sejak usianya yang masih belia. Ia kini tumbuh sebagai seorang gadis yang membenci la...