[38] BEST FRI(END) (1)

3.3K 236 2
                                    

[Author's POV]

Hari Senin telah tiba. Walaupun telah berjarak tiga hari, tetapi peristiwa ketika Anne menembak Nathan di depan orang banyak itu masih membuat Jean kesal. Ia benar- benar tak mau melihat wajah 'mantan sahabatnya' itu lagi. Menyebalkan. Ia turun dari stasiun kereta lalu berjalan menuju ke sekolah dengan tampang malasnya. Ia sama sekali tidak mempunyai mood untuk ke sekolah jika Nathan hari ini tidak masuk.

Karena Nathan, ia menjadi semangat untuk menjalani hidupnya lagi. Bisa dibilang, Nathan adalah moodbooster-nya.

Sesampainya di pintu kelas, Vero langsung saja menarik tangannya, memaksanya untuk keluar kelas. Padahal, Jean baru saja melangkahkan satu kakinya ke dalam.

"Jean! Ceritain ke gue, tentang kejadian tiga hari yang lalu itu, pas Anne nembak Nathan. Itu maksudnya apaan sih? Gilak sumpah tuh anak pengen gue bunuh rasanya!" Vero menggeram kesal. Kedua tangannya dikepal dengan erat. Habisnya, Vero sudah benar- benar greget!

"Gatau. Gue males bahas masalah begituan," Jean menyelonong masuk kelas tanpa menghiraukan pertanyaan Vero.

"Ish, lo mah! Oke, tar pas istirahat ya! Ampe lo kagak cerita, gue gak bakal beliin lo cokelat lagi!" Setelah mengatakan hal itu, Vero membalikkan badannya sambil tersenyum jahil. Ia tau kalau dengan cara ini, Jean pasti akan menurut. ChocolateAddict mah susah ye!

"Oke, oke! Fine! Nanti pas istirahat gue ceritain!" Jean menjawab sambil mengerucutkan bibirnya.

"Nah, gitu dong." Vero merangkul Jean dengan ekspresi kemenangan. Udah dibilang, Jean itu pasti langsung takluk dengan namanya cokelat!

***

Bel istirahat berbunyi. Vero yang duduk di belakang kanan Jean segera menarik tangan cewek itu sebelum ia berhasil kabur. "Lo gak akan bisa kabur dari gue ya! Pokoknya, lo harus ceritain! Titik. Gak pake koma,"

"Kalo tanda tanya boleh?" Jean tersenyum cengar- cengir memamerkan deretan gigi putihnya.

"Gak usah banyak bawel. Ayo ke kantin sekarang. Gue udah laper tingkat dewa coy!" Vero menarik pergelangan tangan Jean hingga hampir putus. Wajar lah, Vero kan cewek perkasa. Ya jadi gitu deh.

Ketika Vero dan Jean sedang memesan makanan di kantin, tiba- tiba, mereka merasakan ada aura- aura gaib di sekitarnya. Oleh karena itu, mereka berdua menoleh dan mendapatkan—Anne bersama gerombolan Chrysella datang menghampirinya.

"Weh, Jean, tikungan di rumah lo tajem banget ya?" Vero mencoel pundak Jean untuk memberikan kode penyindiran kepada Anne yang kini berada di samping mereka.

"Behh, tajem. Melebihi pisau dapur di rumah gue," Jean menjawab sambil terkekeh dan mengangkat satu alisnya.

"Jean, gue—mau minta maaf," Akhirnya, Anne menunduk dan mengucapkan kata- kata yang membuat Jean dan Vero bergidik.

"Weh, lo mau apain calon kakak ipar gue heh?!" Oke, tambah satu lagi. Cella—yang sekarang statusnya sebagai calon-adik-iparnya-Jean, tiba- tiba datang dan mendekati Anne. "Dasar cewek gak tau malu! Udah tau kalo kembaran gue itu udah punya cewek. Dan ceweknya itu adalah sahabat lo sendiri. Masih aja berani nembak! Lo punya urat malu kagak sih? Atau jangan- jangan udah putus?!" Cella membentak Anne yang masih menunduk diam. Kini, mereka bertujuh menjadi tontonan para murid yang sedang makan di kantin.

"Cukup, Cell. Dia udah bukan sahabat gue lagi," Jean menjawab dengan nada datar, yang berhasil membuat Anne mendongak seketika.

"Jean, maafin gue. Iya, gue tau gue salah. Salah besar. Gue harusnya ngontrol emosi dan perasaan gue. Gue tau gue gak tau diri. Gue tau gue gak tau malu. Tapi, gue—"

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Anne, dan itu membuat para penonton yang berada di sana semakin heboh. Ya, Jean baru saja menampar pipi sahabatnya itu. Ralat. Lebih tepatnya lagi 'mantan sahabatnya'.

Anne terdiam sambil memegangi pipinya yang panas dan merah karena emosi Jean yang sudah mencak- mencak. Tak terasa, mata kedua cewek itu akhirnya mengeluarkan setets air mata.

"Lo tau gak, betapa sakitnya gue kemarin?!" Jean membentak Anne dengan seluruh sisa tenaga yang ia miliki. "Apa lo ngerasain apa yang gue rasakan? Apa lo—"

"Iya, gue bisa rasain apa yang lo rasakan." Anne dengan cepat memotong kalimat Jean, dan itu membuat Jean tertegun.

"Apa yang lo rasain kemaren, adalah perasaan yang udah gue rasain selama tujuh bulan ini! Asal lo tau, gue udah memendam perasaan ini sendirian selama tujuh bulan. Lo baru ngerasain perasaan itu selama sehari, dan gue? Tujuh bulan! Gue bahkan gak tau gimana kondisi hati gue saat ini! Hancur? Itu pasti. Gue udah muak Jean, sama lo!" Perkataan Anne sontak membuat seluruh tubuh Jean terdiam mematung, kaku seketika.

"Tujuh bulan gue menunggu, dan gak ada hasilnya sama sekali. Lo tau apa? Lo tau apa tentang perasaan gue? Lo gak tau apa- apa, Jeannie." Ucap Anne sambil terisak- isak. "Tapi....tapi.....setelah gue pikir- pikir lagi, setelah gue merenungkannya kembali..." Anne menunduk dan menggantungkan kalimatnya.

"Gue bodoh. Harusnya gue sadar kalo orang yang gue cintai itu gak bakal mencintai gue balik. Harusnya gue sadar, kalo orang yang dia cintai itu bukan Anne, melainkan sahabatnya Anne. Tujuh bulan gue menunggu, semuanya sia- sia. Dan....gue gak mau kehilangan sahabat gue, hanya karena masalah beginian," Anne menghapus air matanya pelan, dan.....Jean memeluknya.

Jean tidak peduli sesakit apa hatinya sekarang, ia hanya tak ingin Anne merasakan perasaan yang sama dengannya, seperti lima tahun yang lalu. Karena ia tau persis, bagaimana rasanya mencintai seseorang yang tidak mencintainya balik. One sided love—it's hurt.

"Lo....udah gue maafin kok." Jean berkata sambil terisak- isak di pundak Anne. Cewek itu pun memeluknya balik seraya berkata, "Jadi, kita bisa sahabatan lagi?"

"Sure. Apologise accepted. Right?" Jean tersenyum manis, dan meninggalkan sebuah lesung pipi di wajahnya. Seketika, tepuk tangan dan siul- siulan dari teman- teman yang berada di kantin mewarnai suasana istirahat itu.

"Jadi....gue boleh nanya gak, sejak kapan lo suka sama Nathan?" Vero mencairkan susanana.

"Emm, pada saat itu..." Anne menjawab sambil menunduk. "Itu sejak...kita pergi ke mall bareng, di saat hari terakhir liburan sekolah,"

---------------------------------------------

Haiiii!!! Kasian juga tauk sebenernya si Anne. Mungkin kalo aku jadi dia sih bakal lakuin hal yang sama /ditabok readers/ wkwkkw. Oke. Jadi, mau tau gimana sejarahnya? Tunggu part selanjutnya aja ya! vote and comment juga ya gaes!

Love, Alicia.



StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang